Search

Pendalaman Alkitab Nehemia 7-8 - Pembaruan Spiritual

Nehemia 7-8

“Setelah tembok selesai dibangun, aku memasang pintu-pintu. Lalu diangkatlah penunggu-penunggu pintu gerbang, para penyanyi dan orang-orang Lewi” (7:1).

Pembangunan tembok Yerusalem selesai dalam 52 hari (6:5). Waktu yang diperlukan untuk membangun kembali tembok Yerusalem jauh lebih singkat daripada penantian dan persiapannya. Nehemia menunggu jawaban doa TUHAN agar dia dapat kembali ke Yerusalem selama 4 bulan. Perjalanan kembali sambil mengangkut kayu sekitar 3-4 bulan sehingga total hampir 8 bulan, sedangkan pengerjaan tembok hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 bulan. Ketika merenungkan bagian ini saya teringat dengan persiapan khotbah yang membutuhkan waktu 20 jam untuk khotbah yang berdurasi 30 menit.

Setelah restorasi tembok selesai, Nehemia menaruh fokus utama pada keamanan kota dan ibadah. Dia mengangkat petugas atau pelayan, yaitu:

  1. Penunggu pintu gerbang. Penunggu pintu bukan “usher”, tetapi petugas keamanan atau trained police. Biasanya, penunggu pintu bertugas dalam menjaga keamanan Bait Allah, tetapi berhubung lemahnya pengamanan kota, maka Nehemia menugaskan para petugas keamanan Bait Allah ini untuk menjaga keamanan kota juga.
  2. Penyanyi (singer) & Orang-orang Lewi. Nehemia tidak kehilangan fokus. Pembangunan kembali tembok Yerusalem harus mengarah pada memuji TUHAN. Orang-orang Lewi harus memimpin umat untuk beribadah kepada TUHAN. Nehemia menyadari bahwa runtuhnya tembok Yerusalem merupakan akibat dari mendua-hati dalam ibadah kepada TUHAN. Pemulihan tembok tanpa ibadah kepada TUHAN adalah kesia-sian, sama dengan pelayanan tanpa ibadah kepada TUHAN adalah kesia-siaan.

 

Apa yang dapat kita pelajari dari kepemimpinan Nehemia di Pasal 7?

1. Mendelegasikan Kepada Orang Yang Dapat Dipercaya

Untuk menjadi pemimpin yang baik, kita harus mengetahui bagaimana mendelegasi dengan tepat. To be good leaders, we need to know how to delegate well. Nehemia memercayakan keamanan kepada Hanani (kemungkinan besar Saudara Nehemia) dan Hananya yang merupakan panglima benteng atau komandan keamanan benteng. Nehemia mengatakan, “karena dia seorang yang dapat dipercaya dan yang takut akan Allah lebih dari pada orang-orang lain” (7:2). Kita mempelajari bahwa Nehemia cukup selektif dan berhati-hati dalam memercayakan tugas penting kepada orang. Mencari orang yang percaya memang harus menjadi pertimbangan penting dalam memilih pemimpin. Paulus pernah menasihati Timotius,

“Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain” (2 Tim. 2:2). Bagi Nehemia, selain “dapat dipercaya”, takut akan Allah menjadi kualitas penting bagi seorang pemimpin.

 

2. Berhati-hati dan Berjaga-jaga

Bagaimana mereka menjaga keamanan Yerusalem? Berkatalah aku kepada mereka: "Pintu-pintu gerbang Yerusalem jangan dibuka sampai matahari panas terik. Dan pintu-pintunya harus ditutup dan dipalangi, sementara orang masih bertugas di tempatnya. Tempatkanlah penjaga-penjaga dari antara penduduk Yerusalem, masing-masing pada tempat-tempat penjagaan dan di depan rumahnya.” (7:3). Menurut kebiasaan masa itu, pintu gerbang dibukan sebelum terang sehingga orang-orang dapat keluar-masuk untuk berbisnis. Mengapa peraturan yang dibuat saat itu adalah bahwa pintu baru boleh dibuka pada saat siang terik? Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penyusup yang masuk dengan memanfaatkan keterbatasan penerangan.

“Memang ada desakan dari saudara-saudara palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam” (Gal. 2:4a). Hal tersulit dalam pelayanan adalah ketika terjadinya penyusupan yang menyesatkan di tengah orang-orang percaya. Jika kita mau setia mengikuti TUHAN dan melekatkan hati kita kepada TUHAN, Iblis akan berjuang menarik kita dengan cara menyusup ke dalam pikiran kita. Pada hakekatnya, Iblis sangat tidak menyukai kedekatan kita dengan TUHAN. Misalnya, Iblis iri hati pada kedekatan Ayub maupun Daud kepada TUHAN sehingga dia berjuang untuk menyakiti mereka. Iblis juga iri hati akan kedekatan Petrus dengan TUHAN sehingga dia terus menuntut untuk menampinya. Tidak mengherankan jika firman TUHAN mengingatkan,

“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet. 5:8).

 

3. Mengenal Inti Masalah

Mengenal inti masalah merupakan hal krusial bagi seorang pemimpin. Sebab jika kita salah dalam mengenal inti masalah, solusi yang kita berikan juga tidak akan tepat sasaran. Nehemia menyadari bahwa inti masalah dari ketidak-amanan Yerusalem karena sedikitnya populasi yang tinggal di dalamnya.

“Adapun kota itu luas dan besar, tetapi penduduknya sedikit dan rumah-rumah belum dibangun.” (7:4).

Tampaknya sebagian besar penduduk yang pulang tinggal di kota mereka masing-masing. Menurut Willimson, para budak Bait Allah tinggal di dalam Yerusalem (3:26, 31; 11:21), sekalipun tidak semuanya (11:3). Mayoritas pemimpin senior tinggal di luar kota Yerusalem (11:3).

 

4. Menaati Suara TUHAN

“Maka Allahku memberikan dalam hatiku rencana untuk mengumpulkan para pemuka, para penguasa dan rakyat, supaya mereka dicatat dalam silsilah. Lalu kudapati daftar silsilah orang-orang yang lebih dahulu berangkat pulang. Dalam daftar itu kudapati tertulis:” (7:5).

Mari kita perhatikan dua hal dari bacaan di atas. Pertama, “Allahku memberikan dalam hatiku rencana untuk mengumpulkan para pemuka…supaya mereka dicatat”. Artinya, TUHAN menempatkan dalam hati Nehemia untuk melakukan sensus penduduk. Kedua, “kudapati daftar silsilah orang-orang yang lebih dahulu berangkat pulang.” Nehemia menemukan sebuah catatan tentang orang-orang yang pertama pulang.

Hati Nehemia selalu berfokus pada apa yang TUHAN kehendaki. Memperbaiki tembok, beribadah, memenuhi kota Yerusalem yang sepi. Tampaknya, fokus Nehemia tidak mengalami perubahan. Dia mencintai apa yang terdapat di dalam hati TUHAN, yakni pemulihan Yerusalem, bukan sekadar pembangunan fisik tetapi pembangunan spiritual.

Patut kita garisbawahi bahwa Nehemia tidak mendengarkan suara TUHAN secara audible. Nehemia mendengarkan suara TUHAN di dalam hatinya, baik di Pasal 1 maupun di Pasal 7. Tidak setiap orang mendengarkan suara TUHAN secara audible. Raja Daud juga tidak mendengarkan suara TUHAN secara audible. Sebagian besar komunikasi TUHAN dengan Daud adalah melalui nabi-nabi dan perenungan mazmurnya. Mungkin Salomo mendengarkan suara TUHAN secara audible di awal kepemimpinannya. Namun setelah Salomo sibuk dengan kesuksesannya, tampaknya Salomo tidak lagi mendengarkan suara TUHAN secara audible. Jika kita sudah melekatkan hati kita kepada TUHAN, akan jauh lebih mudah bagi kita untuk menerima apa yang TUHAN inginkan dari kita di dalam hati kita. Salah satu cara umum TUHAN berkomunikasi dengan kita adalah melalui firman-Nya dan menempatkannya di dalam hati kita melalui Roh Kudus. The most common way God communicates with us is by impressing His words within us through His Spirit.

TUHAN berbicara kepada Nehemia di dalam hatinya untuk melakukan sensus penduduk. Kemudian Nehemia mendapatkan konfirmasi dari TUHAN melalui penemuan catatan mengenai orang-orang yang pulang pada gelombang pertama. Menarik, bukan? TUHAN tidak sekadar berbicara, Dia pasti akan mengkonfirmasi juga. Williamson berkata, “The purpose of the gathering was to draw up a census of the population, on the basis of which an equitable decision could be taken as to who should be moved into the city.”(Williamson, H.G.M.. Ezra-Nehemiah, Volume 16 (Word Biblical Commentary) (p. 271). Zondervan Academic. Kindle Edition.).

 

Apa yang dapat kita pelajari dari Pembangunan Spiritual dari Nehemia pasal 8?

Ketika mempelajari kitab Nehemia, saya menemukan satu hal yang menarik yang berkaitan dengan Saat Teduh maupun Retreat pribadi. Yakni urutan Nehemia pasal 8-10.

  • Pembacaan firman TUHAN (Neh. 8)
  • Berdoa (Neh. 9)
  • Komitmen (Neh. 10)

Bukankah Saat Teduh dan Retreat pribadi juga begitu? Dimulai dengan membaca firman TUHAN, merenungkan di dalam doa dan berkomitmen melakukannya.

 

1. Mendengarkan Pembacaan Firman TUHAN

“Ketika tiba bulan yang ketujuh, sedang orang Israel telah menetap di kota-kotanya, maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel” (8:1-2).

Hari ketujuh adalah hari Sabat di mana TUHAN beristirahat setelah penciptaan. Tahun ketujuh juga merupakan tahun Sabat. Nah, di Imamat 23:24, Musa menyampaikan, "Katakanlah kepada orang Israel, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari PERHENTIAN PENUH yang diperingati dengan meniup serunai, yakni hari pertemuan kudus.”

Perhatikan siapa yang berinisiatif, apakah Ezra atau orang lain? “Mereka meminta Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab…” Mereka berkumpul untuk mendengarkan pembacaan firman TUHAN.  Mereka ingin mendengarkan TUHAN berbicara kepada mereka melalui firman TUHAN. Apakah kita merindukan dan mencintai firman TUHAN? Maukah kita memohon pengajaran TUHAN seperti Mazmur 119:66 “Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.”

 

2. Pentingnya Mendengarkan dan Mengerti

Imam Ezra membacakan firman Allah untuk orang-orang yang “dapat mendengar dan mengerti” (8:3-4). Tidak menutup kemungkinan ada yang tidak mengerti bahasa Yahudi, jika bahasa yang mereka kuasai adalah Chaldean. Namun kemungkinan ini sangatlah kecil jika mengingat kebiasaan orang Yahudi yang selalu menggunakan bahasa Ibrani di manapun mereka berada. Kata “dapat mendengar dan mengerti” juga bisa berarti pertemuan tersebut untuk remaja hingga lanjut usia, yakni orang-orang yang bisa mendengar dan mengerti.

Dalam aspek spiritual, pernyataan “dapat mendengar dan mengerti” mengingatkan kita tentang perkataan Yesus tentang betapa pentingnya mendengar dan mengerti.

Sikap umat dalam mendengarkan pembacaan firman TUHAN juga sangat menarik perhatian. “Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu” (8:4b). Mereka mendengarkan dengan penuh perhatian.

TUHAN berfirman,

"Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN” (Amos 8:11)

Pertanyaan reflektif untuk setiap kita adalah apakah kita lapar dan haus akan mendengarkan firman TUHAN setiap hari? Apakah sebaiknya kita menjadi gereja yang kaya akan program atau fokus di dalam firman dan doa?

 

3. Sikap Hati dalam Mendengarkan Firman TUHAN

Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam. Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri” (8:5-6).

Ezra berdiri di mimbar kayu yang dibuat khusus untuk peristiwa itu. Dia tidak sendirian, Ezra bersama dengan 13 orang yang lain dengan kata lain total 14 orang yang berdiri di depan ketika pembacaan firman TUHAN dilakukan. Satu hal yang cukup mencengangkan adalah mereka tidak mendengarkan pembacaan firman TUHAN ini sebentar. Mereka mendengarkan dari pagi hingga siang (8:4).

“Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: "Amin, amin!", sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah” (8:7).

  • Semua orang berdiri (8:6; 9:3)
  • Menyambut dengan “Amin, amin!” (8:7)
  • Mengangkat tangan (8:7)
  • Berlutut dan sujud menyembah (8:7)

Seorang teman saya, dia adalah seorang Methodist. Setiap kali beribadah, baik ketika memuji TUHAN dengan hymn maupun ketika mendengarkan firman TUHAN, dia selalu mengangkat tangannya. Saya mengenal baik teman saya ini, sehingga saya yakin dia tidak melakukannya demi dilihat orang. Namun itulah ketulusan dan kepolosan dirinya di hadapan TUHAN.

Kapan terakhir kali Anda mengangkat tangan saat memuji TUHAN? Kapan terakhir kali Anda berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN?

 

4. Mendengarkan Khotbah

Imam Ezra tidak sekadar membaca firman Allah, tetapi dia menjelaskannya atau dalam bahasa kita adalah “berkhotbah”. “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti” (8:9).

 

5. Ada Waktunya untuk Bersukacita

“Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: "Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!", karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.” (8:10).

Setelah mendengarkan firman TUHAN mereka berdukacita dan menangis. Pertanyaan untuk setiap kita adalah apa yang kita rasakan setelah mempelajari firman TUHAN? Jika kita tidak merasakan apa-apa setelah mempelajari firman TUHAN, hal ini mengimplikasikan ada yang tidak beres dengan hati kita.

Menurut Saudara, mengapa orang-orang yang mendengarkan firman TUHAN menangis?

Berhubung yang dibacakan Ezra adalah kitab Taurat Musa, maka kemungkinan besar umat menangis karena menyesali dosa mereka. Jadi dapat kita katakan bahwa setelah mereka menyesali dosa mereka, para pemimpin menyuruh mereka untuk bersukacita menyambut anugerah TUHAN. Mervin Breneman mengatakan, “They first understood their need for forgiveness; then they needed an explanation of God’s forgiveness and his grace.” (Ezra, Nehemiah, Ester, p. 226).

 

6. Ada Waktunya untuk Menikmati Makanan-Minuman

“Lalu berkatalah ia kepada mereka: "Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!" Juga orang-orang Lewi menyuruh semua orang itu supaya diam dengan kata-kata: "Tenanglah! Hari ini adalah kudus. Jangan kamu bersusah hati!”” (8:11-12).

Hal ini mengingatkan kita bahwa biasanya setelah Life Group, selalu ada acara makan-makan. “Maka pergilah semua orang itu untuk makan dan minum, untuk membagi-bagi makanan dan berpesta ria, karena mereka mengerti segala firman yang diberitahukan kepada mereka.” (8:13). Namun patut menjadi catatan kita bahwa mereka tidak sekadar makan-minum. Mereka makan-minum dan berpesta ria karena mereka mengerti segala firman yang diberitakan kepada mereka.

 

7. Pemimpin Harus Lebih Banyak Mempelajari Firman TUHAN.

“Pada hari yang kedua kepala-kepala kaum keluarga seluruh bangsa, juga para imam dan orang-orang Lewi berkumpul pada Ezra, ahli hukum Taurat itu, untuk menelaah kalimat-kalimat Taurat itu.” (8:14).

Tidak hanya umat yang mempelajari firman TUHAN. Para pemimpin juga mempelajari firman TUHAN. Pemimpin jemaat harus lebih banyak belajar firman TUHAN daripada jemaat.

 

8. Mempelajari firman TUHAN secara rutin

“Bagian-bagian kitab Taurat Allah itu dibacakan TIAP HARI, dari hari pertama sampai hari terakhir” (8:19).

Mereka membaca firman TUHAN selama 7 hari dalam festival Hari Raya Pondok Daun. Blaise Pascal (1623-1662) mengatakan, “All of humanity’s problems stem from man’s inability to sit quietly in a room alone.” (Persoalan semua manusia bersumber dari ketidakmampuannya untuk duduk diam di dalam kamar sendirian).

Kristus sering mengundurkan diri untuk berdoa. Misalnya,

“Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.”- Lukas 5:16

“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” - Markus 1:35

“Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku, yang menjaga tiang pintu gerbangku.” (Amsal 8:34). Maukah kita merindukan firman TUHAN setiap hari?

Pertanyaan Sharing

  1. Apa yang Anda pelajari dari Nehemia Pasal 7-8?
  2. Apa yang akan Anda lakukan untuk selalu lapar dan haus akan firman TUHAN?

 

Ps. Lan Yong Xing