Pendalaman Alkitab LESSON 1A - THE BEGINNING OF LIFE
LESSON 1A
THE BEGINNING OF LIFE
Mengapa kita berada di dunia ini? Apa makna dan tujuan hidup manusia? Apakah itu kebaikan dan kejahatan? Apa itu pernikahan dan apa peran serta tanggungjawab suami-istri? Mengapa dunia ini ada penderitaan? Beberapa pasal pertama dalam kitab Kejadian memberikan intisari dan fondasi untuk pertanyaan-pertanyaan di atas.
Kejadian 1:1-2 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.
Alkitab dimulai dengan mempergunakan “permulaan” dari segala sesuatu, yakni TUHAN menciptakan. TUHAN menciptakan langit (sky) dan bumi (atau tanah, darat). Kata “tidak berbentuk dan kosong” (tohu wa-bohu) merupakan sebuah ekspresi untuk menunjukkan kondisi sebelum penciptaan atau “kacau balau”. Begitu juga dengan kata “gelap gulita” menggambarkan kondisi pra-penciptaan atau hampa, kosong dan tidak berkehidupan.
Gambaran Roh Tuhan melayang-layang di atas melukiskan bahwa Allah yang hidup berada di atas non-kehidupan (tidak berbentuk, kosong dan gelap gulita). Kata “roh” (nepes) adalah kata yang kemudian menjadi kata “nafas”. Kita dapat mengatakan Allah yang hidup berada di atas non-kehidupan. Maka TUHAN menciptakan terang. Terang merupakan simbol penting dalam kehidupan. No light, no life!
Kemudian TUHAN memisahkan air yang di atas dengan air yang di bawah. Nah, air juga merupakan elemen penting dalam kehidupan. No water, no life!
Setelah ada cahaya dan air, TUHAN menumbuhkan segala jenis tanaman pada hari ketiga. Pada hari keempat, TUHAN menaruh benda penerang dan memisahkan terang dari gelap. Pada hari kelima, TUHAN menciptakan binatang-binatang laut dan burung-burung di udara.
Pada hari keenam, TUHAN menciptakan binatang dan manusia. Keistimewaan manusia adalah TUHAN menciptakannya menurut gambar dan rupa-Nya serta memberikanya tugas untuk bermitra dengan-Nya.
Ada beberapa hal yang perlu kita renungkan.
- TUHAN menciptakan, artinya Dialah yang memulai kehidupan dalam semesta ini. Dia adalah Allah yang hidup yang menghadirkan kehidupan. Tanpa TUHAN, kita tidak sungguh-sungguh hidup.
- Kehidupan tidak dimulai dari bekerja tetapi dari beristirahat. Mengapa demikian? TUHAN selalu mengatakan, “Jadilah petang, jadilah pagi”. Mengapa petang dulu baru pagi? Bukankah yang kita kenal selama ini adalah pagi dulu baru petang? Tampaknya kehidupan dimulai dari istirahat, atau berada di dalam Dia, seperti janin yang memulai kehidupan ini dengan berada di dalam kegelapan (rahim) dan dalam keadaan istirahat (rest).
- Mengapa TUHAN mengatakan, “Jadilah terang” pada hari pertama padahal benda penerangan baru diciptakan oleh-Nya pada hari keempat? Apakah terang yang dimaksud bukan terang secara fisik, tetapi terang dalam arti kehidupan? Sebab Yesus mengatakan, “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah TERANG dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai TERANG HIDUP.” (Yohanes 8:12). Kitab Wahyu memberikan pesan serupa - Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya (Wahyu 22:5).
- TUHAN memberikan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan biji-bijian sebagai makanan untuk manusia - Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu” (Kej. 1:29). Baru setelah air bah TUHAN mengizinkan manusia mengonsumsi hewan - Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau (Kej.9:3).
- TUHAN memberikan tumbuh-tumbuhan hijau untuk segala binatang - Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian” (Kej. 1:30).
Ps. Lan Yong Xing