Doa My First Listening Retreat
Saya pertama kali melakukan personal listening retreat pada tahun 2018. Pada saat itu, saya sedang mengikuti Executive Programme di Singapura. Hingga waktu itu, Retreat yang saya kenal adalah jadwal yang padat dengan banyak sesi yang diisi oleh pembicara disertai praise and worship. Program Executive yang saya ikuti menawarkan satu hari doa pribadi yang disebut dengan Day with Jesus.
Tidak ada program, jadwal maupun pembicara di Day with Jesus. Setiap peserta Executive Programme diberikan kebebasan untuk memilih mau berdoa di mana, mulai dari jam berapa dan merenungkan bagian firman Tuhan yang mana. Yang penting, Day with Jesus tersebut berlangsung selama 8 jam. Namun 8 jam tersebut bukanlah “magic hours”, tetapi merupakan waktu yang dengan sengaja diberikan secara khusus untuk bersama Tuhan.
Malam sebelum Day with Jesus, saya kesulitan untuk tidur. Karena hati saya dipenuhi dengan sukacita untuk hari di mana saya bisa mengkhususkan waktu untuk bersama Tuhan, memuji Dia dan melatih diri untuk mendengarkan suara firman-Nya. Intinya, mendekatkan diri kepada-Nya. Karena tidak seberapa tidur, saya sangat khawatir saya tidak sanggup berfokus untuk berdoa pada hari itu. Namun syukur kepada TUHAN, saya sangat menikmati waktu bersama Kristus pada hari itu oleh karena anugerah-Nya
Saya memulai Day with Jesus dengan berlutut dan berdoa kepada-Nya memohon agar saya dapat berfokus pada Dia untuk 8 jam ke depan. Setelah itu saya berangkat untuk mencari sarapan pagi dan menikmatinya dengan penuh rasa syukur. Saya memesan soya dan youtiaw, kemudian saya mengucap syukur kepada Tuhan karena dapat belajar mencari Dia.
Setelah sarapan, saya berangkat ke taman di mana saya bisa mencari tempat teduh untuk duduk dan berdoa. Saya duduk di bawah sebuah pohon besar dan berdoa kepada Tuhan sambil berusaha untuk berfokus pada Tuhan. Saya memohon pertolongan Roh Kudus agar saya dapat mengarahkan hati saya kepada-Nya.
Saya bertanya, “Tuhan, saya ingin mendekatkan hati saya kepada-Mu. Saya ingin belajar peka terhadap pengajaran-Mu.” Setelah beberapa waktu dalam keheningan, Tuhan berespons, “Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah” (Yoh. 8:47). “Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” (Yoh. 18:37). “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku” (Yoh. 10:14). Saya memohon, “Tuhan, saya ingin belajar mengenal-Mu. Saya ingin selalu dekat dengan-Mu. Tuhan tolonglah hamba-Mu yang lemah ini.”
Saya mengungkapkan perasaan saya kepada Tuhan dan menuliskannya di dalam jurnal saya (sebagian orang menyebutnya buku tulis). Setelah itu, saya berdoa, diri dan memohon Roh Kudus menginsafkan saya. Tiba-tiba, Tuhan mengingatkan banyak hal kepada saya. Saya menangis di hadapan-Nya dan berdoa memohon pengampunan-Nya. Setelah pengakuan dosa, saya menerima berita anugerah dari Tuhan. Di saat inilah, saya teringat dengan liturgi ibadah GKI. Saya baru menyadari bahwa saya sedang beribadah menggunakan liturgi GKI dalam Retreat pribadi saya. Bedanya, liturgi tersebut membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang, sebab ketika saya melihat jam, ternyata 4 jam telah berlalu.
Saya memilih untuk beristirahat, maka saya mencari makan siang. Saya memilih untuk memakan roti dan es krim. Setelah istirahat, saya mencari tempat yang berbeda untuk berdoa. Saya membuka dan membaca Injil Yohanes. Saya membaca dari pasal 6 hingga pasal 16.
Saya merenungkan,
- Tuhan mau saya mengenal Dia dengan benar (Pasal 6-7)
- Saya dapat datang kepada Dia dalam keberdosaan saya dan saya dimerdekakan melalui Kristus (Pasal 8)
- Saya harus belajar melihat dengan benar (Pasal 9)
- Saya harus belajar mendengarkan Kristus (Pasal 10)
- Di dalam Kristus terdapat kehidupan yang sesungguhnya (Pasal 11)
- Saya dipanggil untuk mengikuti Kristus (Pasal 12)
- Saya dipanggil untuk melayani (Pasal 13)
- Saya diciptakan untuk kekekalan (Pasal 14)
- Saya harus tinggal di dalam Kristus dan firman-Nya (Pasal 15)
- Roh Kudus akan menolong dan memampukan saya (Pasal 16).
Setelah perenungan, saya berdoa mengucap syukur kepada Tuhan atas pengajaran yang Dia berkenan berikan kepada saya. Saya memuji Tuhan di dalam hati mengingat tidak ingin dianggap sebagai orang gila di tempat umum. Saya bersyukur kepada Tuhan atas hari yang indah, di mana saya bisa mengkhususkan waktu hanya untuk berfokus pada Dia.
Di penghujung doa saya, karena merasa sangat lapar, saya mencari ramen dan ocha. Pengalaman tersebut mengubah pandangan saya tentang retreat. Ternyata, Retreat yang sesungguhnya sangatlah sederhana. Yang penting, kita mengarahkan hati kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang hidup. Dia adalah Allah yang dekat kepada anak-anak-Nya. Immanuel! Soli Deo Gloria!
Lan Yong Xing