Menolak Berdoa

Terkadang kita mengeraskan hati untuk berdoa. Yesaya berkata, “Mereka tidak mencari TUHAN semesta alam” (9:12). Ketika TUHAN memanggil raja Ahaz untuk berdoa, dia menolak (Yes. 7:10-12). Dia memilih untuk mengandalkan kemampuannya sendiri dan bersandar pada kerajaan Asyur (2 Raj. 16:7). TUHAN pernah menegur Saul yang tidak berdoa, tetapi dia bersikeras bahwa dia sudah berdoa (1 Sam. 15:19-20, 22-23).

TUHAN mengatakan, “sakit hati-Ku”(Yer. 8:19b) karena “mereka tidak mendengarkan suara-Ku dan tidak mengikutinya, melainkan mengikuti kedegilan hatinya” (Yer. 9:13-14). Yesus mengatakan, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, TETAPI KAMU TIDAK MAU (Mat. 23:37).

Seringkali kita berpikir kita sudah berdoa padahal kita belum berdoa. Karena ketika kita berdoa, kita hanya mengucapkan kata-kata yang bersifat rutinitas saja padahal kita belum berdoa. Atau kita berdoa, tetapi hati kita tidak berdoa. Hati kita belum tertuju kepada TUHAN. Kita menjadikan doa sebagai salah satu dari sekian banyak kegiatan, dan bukan sebagai relasi kita dengan TUHAN.

Ketika hatinya sangat sedih, Hana menghadap TUHAN dan mencurahkan hatinya (1 Samuel 1).

Pemazmur berkata, “Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku. Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru kepada-Nya” (Mazmur 116:1-2).

Sudahkah Saudara benar-benar berdoa?

Pastor Lan Yong Xing