Doa GKI Duta Mas Belajar Berdoa
Di penghujung tahun 2018, yakni dalam doa solitusi, saya bertanya kepada TUHAN, "Bapa, apa program untuk tahun pelayanan yang baru?" Di dalam batin, saya mendengar, "Ajarilah jemaat-Ku berdoa!" Saya tidak mengerti maksudnya. Namun, saya mengenal suara yang saya dengar di dalam batin saya. Saya mengenal bahwa itu merupakan suara Gembala Agung saya, Kristus Yesus. Saya meminta program, tetapi malah diperintahkan untuk mengajar jemaat TUHAN berdoa. Dalam hati saya berpikir, "Berdoa bukan program. Lagi pula, bukankah setiap orang percaya pasti bisa berdoa?"
Dalam keheningan, saya kembali mendengar dalam batin saya, "Anak-Ku, ajarilah jemaat-Ku berdoa, sebab kamu sendiri tidak berdoa!" Kali ini, saya menjawab, "TUHAN, saya berdoa!" Suara tersebut kembali berkata, "Anak-Ku, engkau tahu bahwa engkau tidak berdoa!" Pada saat itu saya langsung menangis. Saya merasa bersalah di hadirat-Nya karena selama ini saya tidak mengerjakan apa yang penting bagi-Nya.
Saya tidak mengerti apa yang TUHAN maksudkan dengan berdoa. Dia juga tidak memberitahu bagaimana saya harus mengajar jemaat-Nya berdoa. Saya juga tidak mengerti mengapa doa sedemikian penting untuk kehidupan berjemaat. Sejak perjumpaan tersebut, saya mulai belajar berdoa dengan memelihara disiplin rohani, merenungkan firman TUHAN dan menulis jurnal.
Karena merasa bodoh, saya mencari dan membaca buku Listen to God karya Charles Stanley, Surprised by the Voice of God (Jackdeere), God Whispers (Karyn D. Kedar), Listening to God (Joyce Hugget) dan Invitation to Solitude and Silence (Ruth Haley Barton). Ternyata, buku-buku tersebut sangat memberkati saya.
Saya belajar memperhatikan bagaimana tokoh-tokoh iman berdoa seperti Abraham, Yakub, Daud, Salomo, Daniel, Yeremia dan seterusnya. Di awal-awal mengajar jemaat berdoa, saya sering menangis di hadapan. Saya merasa tugas tersebut terlalu berat bagi saya dan seolah-olah tidak ada hasilnya. Orang-orang berpikir saya gila atau sesat. Namun, berulang kali TUHAN mengingatkan saya untuk tetap FOKUS. Dia juga berjanji bahwa Dia menyertai dan Dia menegaskan bahwa Dia Sendiri yang akan membimbing dan mengajar jemaat-Nya. Sejak itu saya merasa jauh lebih lega, karena menyadari bahwa saya tidak seorang diri. Lagi pula, TUHAN yang akan mengajar jemaat-Nya, saya hanya ikut serta.
Ternyata doa bukan sekadar memohon, tetapi mendengarkan firman-Nya. Doa bukan monolog, tetapi dialog. Merenungkan dan mengerti firman-Nya menjadi hal yang sangat krusial bagi jemaat-Nya. Yesus Sendiri menjelaskan, "yang ditaburkan di tanah yang baik artinya orang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah" (Mat. 13:23). Doa mencakup merendahkan hati, bertobat, dan melatih kepekaan spiritual untuk mengenal suara-Nya. Yesus berkata, "Domba-domba-Ku mengenal suara-Ku". Doa juga mencakup mengenal TUHAN dengan benar, sehingga firman-Nya masuk ke dalam jiwa kita. Melalui perenungan firman TUHAN, jiwa kita menyatu dengan firman-Nya (Yoh. 15:7) di bawah pimpinan Roh Kudus sehingga kita belajar mengenal pikiran dan perasaan Kristus (Efesus 4:7).
Bertahun-tahun telah berlalu sejak saya pertama kali mengajarkan jemaat berdoa. Kini setiap Anggota Majelis Jemaat sudah bisa belajar bersolitusi dan merenungkan firman-Nya. Pembelajaran firman TUHAN melalui Oasis Spiritual Tengah Minggu menjadi wadah penting dalam mengajar jemaat bergaul akrab dengan TUHAN. Seorang penatua mengatakan, "Kita diajarkan untuk tidak minta-minta terus, tetapi mendengarkan TUHAN, mengerti firman-Nya, berlutut dan mengenal TUHAN dengan benar."
Doa merupakan persahabatan kita dengan TUHAN. Sebab, di dalam doa kita tidak hanya mengekspresikan pemikiran dan perasaan kita kepada TUHAN, tetapi juga memperhatikan pikiran dan perasaan-Nya. Oleh karena itu, doa harus disertai dengan perenungan firman TUHAN dan inspirasi Roh Kudus. Tidak mengheran, apabila gereja mula-mula menaruh fokus yang besar pada firman dan doa (Kis. 2:41). Para rasul mengatakan, "kami sendiri akan memusatkan perhatian pada doa dan pelayanan firman" (Kis. 6:4). Tanpa firman-Nya, kita sulit untuk berdoa dengan benar dan tanpa doa firman hanya sebatas pengetahuan belaka. Perpaduan doa, firman dan pimpinan Roh Kudus membuat kita menerima firman hidup yang memperbarui hidup kita.
Orang-orang sering bertanya tentang metodenya. Sebenarnya, doa tidak bisa dimulai dengan metode, tetapi harus dimulai dengan hati. Doa harus dimulai denga sikap yang benar (Lukas 18:9-14). Tanpa kerinduan dan cinta kepada TUHAN, metode menjadi tidak ada artinya. Pemazmur mengatakan, "Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup" (Mazmur 42:3a). Yeremia mengatakan, "Firman-Mu itu menjadi kesukaan bagiku, dan sukacita hatiku" (Yer. 15:16).
Akhir kata, belajar berdoa sungguh penting bagi kehidupan kita karena TUHAN memiliki rancangan yang terbaik untuk kehidupan kita. Ketika berdoa apakah kita lebih banyak berbicara atau lebih banyak mendengarkan? Do you want to develop a listening heart? Maukah Anda memelihara hati yang mendengarkan? Sangat banyak yang Dia ingin ajarkan kepada kita. Dia juga ingin memberikan kita berbagai nasihat dan membimbing kita. Ketika TUHAN berbicara, Dia tidak akan bertele-tele. Sering kali kita tidak dapat mendengarkan TUHAN karena kita tidak percaya bahwa Dia peduli pada kita. Kita tidak mendengarkan suara Sang Gembala karena tidak mengenal suara-Nya. Kita kita perlu belajar memperhatikan suara Gembala kita, Yesus Kristus. Ketika merenungkan bagian ini, saya teringat dengan perkataan, "Sebagian besar orang mau TUHAN yang mereka inginkan (God, they want), tetapi tidak mau datang kepada TUHAN yang sebenarnya (God Who is)."
Nah, bagaimana kita mengarahkan hati (tune in our hearts with Him) kita kepada TUHAN? Kita memberikan diri kita dan waktu kita untuk Dia. Kita masuk ke dalam hadirat-Nya (enter into His Presence).
Maukah Anda belajar berdoa dan mengenal Dia lebih mendalam lagi?
Ps. Lan Yong Xing