Doa DAY 3 - Berdoalah dengan Lambat! Pray Slowly
Rabu, 12 April 2023
Berdoalah dengan lambat! Pray Slowly!
Dalam retreat ini, saya belajar pentingnya berdoa dengan lambat. Doa bukan sebuah upacara agama, juga bukan dekorasi spiritual. Kata-kata di dalam doa bisa menjadi kering dan kosong. Apabila kita ingin sungguh-sungguh mengenal TUHAN, mungkin ada baiknya kita menghindari copy-paste doa orang lain. Belajarlah berdoa dari firman-Nya (terutama Mazmur). Lagi pula, doa orang lain juga belum tentu benar. Ingatlah, doa bukan inisiasi kita, tetapi TUHAN. Doa merupakan respon kita terhadap TUHAN. Doa merupakan respon kita akan hidup ini kepada TUHAN. TUHAN yang berinisiasi menjalin persahabatan dengan kita, bukan kita (perhatikan doa Jumat Agung, 7 April 2023).
TUHAN Berbicara! God Speaks!
Sejak mula TUHAN berbicara. Dengan perkataan-Nya, Dia menciptakan. Bahkan Kristus adalah Firman yang menjadi manusia. TUHAN yang tidak berbicara bukan TUHAN. Dia berbicara karena Dia ingin mengajar anak-anak-Nya mengenal Dia. Dia ingin membimbing anak-anak-Nya dengan kebenaran-Nya.
Ada yang menyarankan agar dalam Persekutuan Doa, cukup berdoa, tidak perlu mempelajari firman TUHAN. Mungkinkah kita berdoa tanpa firman TUHAN, tanpa mengenal kehendak hati-Nya?
Doa tanpa firman TUHAN bagaikan seorang anak berusia 8 tahun yang masih menggunakan bahasa bayi - neh, eirh, heh, owh, aoh. Ketika belajar berdoa, kita seperti anak kecil yang belajar berkata-kata. Kita berkata-kata dengan memimik perkataan orangtua kita. Dalam doa, kita berkata-kata dengan memimik perkataan TUHAN.
Tahukah Saudara bahwa kitab Taurat menggambarkan kehidupan kita sebagai manusia? Kitab Kejadian berupa firman sebelum kelahiran kita. Kitab Keluaran merupakan kelahiran dan masa balita kita. Kitab Imamat merupakan masa kanak-kanak kita. Kitab Bilangan merupakan masa muda kita yang penuh dengan pemberontakan. Kitab Ulangan merupakan masa tua kita, menjadi dewasa rohani dan siap untuk memasuki tanah Perjanjian.
Hanya orang super hebat yang dapat mengerti firman TUHAN, tanpa TUHAN berbicara kepada-Nya. Bukankah Kristus mengajarkan bahwa kita membutuhkan bimbingan Roh Kudus, sehingga untuk itulah Dia diutus kepada kita? Dengan kata lain, Kristus mengajar kita untuk mendengarkan suara Roh Kudus untuk mengerti kebenaran.
Kekristenan adalah agama yang mendengarkan. Firman TUHAN berulang kali menegaskan tentang pentingnya mendengarkan, teliti dalam mendengarkan, mendengarkan dengan penuh perhatian. Untuk itu, kita perlu melatih diri untuk mendengarkan Gembala kita yang baik. Untuk mengenal suara TUHAN, kita perlu menjalin relasi yang dekat dengan Dia sehingga kita dapat mengenal suara-Nya. "Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Wahyu 13:9).
Ps. Lan Yong Xing