Artikel Yunus 3- 4 - Doa di Saat Jiwa Bergejolak
Yunus 3-4
Saudara, ini merupakan khotbah saya yang terakhir sehingga saya memutuskan untuk memberikan Saudara poin-poin penting untuk diperhatikan. Demi menghemat waktu, saya putuskan untuk meninggalkan informasi-informasi yang dapat di Google. Toh, Saudara, tinggal google sendiri. Kita fokus pada beberapa poin penting untuk kita renungkan.
Tahukah Saudara betapa sedihnya hati TUHAN ketika doa kita hanya berisikan permohonan, tetapi kita tidak pernah mau mendengarkan Dia? Betapa kita melukai hati TUHAN apabila kita hanya menyampaikan keinginan hati kita kepada TUHAN, tetapi menolak melihat keinginan hati kita sendiri. Betapa kita membuat TUHAN sakit hati apabila kita menyampaikan pemikiran kita dalam doa kepada TUHAN, tetapi kita tidak mau pikiran kita diperbarui oleh Roh-Nya. Betapa kita menyakiti hati TUHAN apabila kita hanya ingin bersikeras dengan perasaan dan pikiran sendiri, tetapi tidak mau memperhatikan perasaan dan pikiran TUHAN.
Yunus melakukan kehendak Bapa, tetapi dia tidak mengerti hati TUHAN. Sehingga hatinya berulang kali bergejolak. Pertama, Yunus bergejolak di saat menerima panggilan TUHAN sehingga dia memilih melarikan diri dari tugas. Kedua, Yunus bergejolak saat melakukan kehendak Bapa, dengan harapan orang-orang Ninewa tidak bertobat sehingga menerima murka keadilan Allah. Ketiga, Yunus bergejolak melihat TUHAN tidak jadi murka sehingga dia marah atas belas kasihan TUHAN.
Apakah kita seperti Yunus yang melarikan diri dari tugas? Atau seperti Yunus yang mengerjakan tugas, tetapi tidak mengerti hati Bapa? Apakah kita seperti Yunus yang berdoa (pasal 2), tetapi belum sungguh-sungguh berdoa sehingga hati kita kembali bergejolak? Sering kali kita berdoa, tetapi kita tidak membawa hati dan pikiran kita ke hadapan TUHAN seperti yang dilakukan oleh raja Daud, atau perempuan yang mengurapi kaki Yesus. Hati yang bergejolak memang dibutuhkan. Kita tidak mungkin akan bertobat jika kita tidak bergejolak dan berduka atas dosa kita. Dukacita atas dosa kita sangat dibutuhkan demi damai sejahtera kita (Ibr. 12:11).
Mendengar seruan pertobatan, raja turun dari singgasananya, menanggalkan jubahnya, menyelubungi dirinya dengan kain kabung, lalu duduk di abu (Yun. 3:6). Kita tidak dapat bertobat tanpa merendahkan diri. Jika kita tidak merasa bersalah, kita tidak akan"mengubah cara berpikir" yang salah.
"MASING-MASING HARUS BERBALIK DARI TINGKAH LAKUNYA YANG JAHAT DAN DARI KEKERASAN YANG DILAKUKANNYA" (Yun. 3:8)
Pertobatan tidak dilakukan secara "grosiran", tetapi masing-masing. Pertobatan dilakukan dengan BERBALIK (mengubah pemikiran, perbuatan dan perkataan). Yunus sudah berdoa, tetapi hatinya belum berubah. Kita belum sungguh-sungguh berdoa apabila kita belum menyelidiki hati dan pikiran kita. Kita belum benar-benar berdoa apabila hati dan pikiran kita belum diperbarui Roh Kudus.
Yunus melakukan kehendak Bapa, tetapi tidak mengerti hati Bapa. Berpuasa merupakan kehendak Bapa. Orang-orang mengeluh mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa. Yesus menyampaikan bahwa murid-murid-Nya tidak perlu berpuasa selama bersama mereka. Mereka akan berpuasa kelak dalam kesedihan mereka. Membantu orang miskin merupakan kehendak Bapa, tetapi Maria mengerti hati Allah sehingga ia mengurapi Kristus dengan minyak yang mahal. Ia tidak menjualnya dan memberi makan orang banyak. Menyembuhkan orang sakit merupakan kehendak Bapa, tetapi orang yang mengerti hati Allah menyadari bahwa Lazarus harus mati demi menunjukkan kekuatan kebangkitan.
Sebelumnya, TUHAN telah mendidik Yunus dengan menggunakan badai dan ikan. Yunus berdoa memohon pengampunan dan penerimana kembali, tetapi Yunus belum mau mengerti perasaan dan pemikiran Allah. Maka TUHAN kembali mendidik Yunus, kali ini menggunakan pohon jarak dan ulat. TUHAN menumbuhkan pohon jarak, Yunus pun merasa nyaman dapat berteduh di bawahnya. Kemudian TUHAN mendatangkan ulat untuk memakan pohon jarak. TUHAN juga dapat memberikan kita kenyamanan seperti kekayaan dan kenikmatan seperti yang dikatakan dalam kitab Pengkhotbah. TUHAN juga dapat mendatangkan ulat untuk menghabisi kenyamanan kita. Jika hal seperti ini terjadi pada kita, mungkin ada yang mau TUHAN ajarkan kepada kita.
Dalam mendidik kita, terkadang TUHAN memberikan kita kenyamanan (pohon jarak) dan meniadakan kenyaman kita (ulat).
Kitab Yunus diakhiri tanpa menceritakan RESPON Yunus. Hal tersebut disengaja. Sebab, setiap kita adalah Yunus. TUHAN ingin melihat respon kita. Apa respon kita ketika kita diutus-Nya? Apa respon kita ketika TUHAN memerintahkan kita melakukan apa yang tidak kita sukai? Apakah kita beribadah karena merasa sebagai kewajiban kita sebagai orang Kristen atau karena kita mengasihi Tuhan? Dalam hidup kita, kita mengerjakan banyak hal sepertinya untuk Tuhan, padahal untuk diri sendiri dan orang lain.
Akhir kata, apabila kita tidak benar-benar BERDOA, sangat sulit bagi kita untuk mengerti pelajaran tentang doa yang telah kita pelajari 4,5 tahun ini. Jika belajar berdoa tanpa berdoa, maka kita belajar menyetir mobil, tetapi tidak pernah menyetir mobil. Atau bagaikan belaja mengetahui mie pangsit di dalamnya terdapat lauk apa saja, berapa banyak berat mie, dan jumlah bumbu-bumbu yang diracik ke dalamnya, tetapi kita tidak pernah memakan mie pangsit tersebut. Kita hanya membayangkan asin, manis, pedas, kenyal, tanpa mengecapnya.
Ps. Lan Yong Xing