Search

Artikel Sungguhkah Aku Telah Melihat Dia Yang Melihat Aku? 我竟然看见了看顾我的神

Kejadian 16:13

Kemudian Hagar menyebut nama TUHAN, yang telah berfirman kepadanya itu,

"Engkaulah El-Roi, sebab katanya, Sungguhkah di sini aku telah MELIHAT Dia yang MELIHAT aku" (Kej. 16:13)

Apakah Anda sering menangis seorang diri? Orang tuamu tidak mengertimu? Suamimu selalu menyalahkanmu? Istrimu memandang rendahmu? Tuhan selalu melihat kita. Dia melihat segala sesuatu yang kita kerjakan. Dia melihat segala sesuatu yang kita pikirkan. Dia melihat hati kita. Apakah kita melihat Dia?

Saya tidak tahu seperti apa kehidupan Hagar. Saya coba membayangkan, mungkin saat lahir, orang tuanya sangat berbahagia dan bangga dengan kecantikan Hagar. Saya tidak tahu apa yang kemudian membuat Hagar menjadi budak. Apakah orang tuanya juga adalah budak. Atau orang tuanya mengalami kesulitan keuangan sehingga menjual Hagar sebagai budak kepada Firaun.

Firaun menyambut Abram dengan baik karena perempuan itu. Abram mendapat kambing, domba, lembu, keledai jantan, budak laki-laki dan BUDAK PEREMPUAN, keledai betina dan unta. - Kej. 12:16

Sarai, istri Abram MENGAMBIL Hagar, hambanya, orang Mesir itu dan memberikannya kepada Abram, suaminya untuk menjadi istrinya. Ketika itu, Abram sudah tinggal di tanah Kanaan selama sepuluh tahun - Kej. 16:3

Mungkin Hagar belajar dengan cepat, bekerja dengan sangat baik dan menjadi seorang budak yang berprestasi di istana Firaun. Firaun kemudian menghadiahkan Hagar bersama hadiah-hadiah lainnya kepada Abram. Jangan tanya saya mengapa Firaun bisa jatuh cinta pada Sarai yang berusia 65 tahun. Ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Ada yang mengatakan bahwa Sarai sangat cantik. Jika Anda mau tahu jawabannya, Anda boleh tanya Androni (suami Sarah), mungkin dia tahu jawabannya.

Firaun dibohongi Abram (bapa yang ditinggikan sebelum berubah nama menjadi "Bapa bangsa-bangsa") bahwa Sarai (my princess sebelum berubah nama menjadi Sarah (princess) bukan istrinya.

Usia Abraham

Peristiwa

75

Meninggalkan Haran menuju tanah yang akan Tuhan tunjukkan kepadanya (Kej 12)

 

Berangkat ke Mesir karena terjadi kelaparan (Kej. 12)

85

Tuhan membuat janji dengan Abraham (Kej. 15)

85

Atas desakan Sarah, Abraham mengambil Hagar sebagai istri (Kej. 16)

86

Ismail lahir (anak Hagar)

99

Tuhan memperbarui janji dengan Abraham yang telah dirusak oleh ketidaksabaran mereka

100

Ishak lahir (Kej. 21)

 

Hagar dan Ismail diusir (Kej. 21)

137

Sarah meninggal dunia di usia 127 (Kej. 23)

160

Esau dan Yakub lahir (Kej. 25)

175

Abraham meninggal dunia (Kej. 25)

Sepuluh tahun berlalu (Kej. 16:3) dan Sarai masih belum juga mengandung. Sarai mungkin putus asa. Kemungkinan pada tahun yang sama, Tuhan membuat janji dengan Abram bahwa dia akan memiliki keturunan dari anak kandungnya serta akan mewarisi tanah Kanaan. Namun, sepertinya Sarai ingin membantu Tuhan menggenapi janji tersebut.

Mungkin kita juga sering ingin membantu Tuhan. Ketika seseorang tidak percaya, kita memaksanya percaya. Padahal iman tidak dapat dipaksakan. Ketika seseorang tidak ingin menikah, kita memaksanya menikah dan kita berkata ini tujuan hidup yang Tuhan berikan kepadanya. Padahal kita tidak tahu kehendak Tuhan baginya. Ketika gereja tidak bertumbuh kita memaksa gereja bertumbuh, padahal tugas kita hanya menabur, menyiram dan memupuki, pertumbuhan merupakan pekerjaan Tuhan. Pada saat anak kita tidak dewasa dalam berpikir kita memaksa dia menjadi dewasa padahal kedewasaan tidak bisa dipaksakan, tetapi melalui kesadaran. Kita sering ingin membantu Tuhan, tetapi kita malah membuat kekacauan.

Menurut Saudara, berapa usia Hagar saat dia dipaksa oleh nyonyanya untuk menjadi istri tuannya? Anggap saja Hagar menjadi hamba Firaun di usia 12 tahun. Maka setelah 10 tahun berlalu, berarti Hagar menjadi istri Abraham di usia 22 tahun. Nah, saat itu Abraham sudah berusia 85 tahun dan Sarah berusia 75 tahun. Setelah mengandung, Hagar mulai memandang rendah Sarah. Sarah tidak memahami hati manusia bahwa akan ada hari seperti itu jika ia memaksakan Hagar menjadi ibu pengganti untuk menghasilkan keturunan. Sebaliknya, Hagar juga tidak memahami hati manusia, sikapnya mengundang pembalasan dari Sarah.

Bayangkan Hagar yang sedang mengandung berkata, "Saya pengen makan salmon. Perutku gede, tolong tuangkan teh. Pokoknya saya mau makan moon cake rasa Yuzu. Saya ga peduli, pokoknya saya pengen! Kandunganku pengen makan!"

Sarai mulai kesal dan sering menghentak-hentakan kaki di hadapan Abram. Apakah saya masih istrimu? Apakah kamu masih mencintaiku?

"Penghinaan yang kuderita ini adalah kesalahanmu!" (Kej. 16:5). 都是你的错!

Abram tidak mengerti hati perempuan. Saudara tahu mengapa dalam budaya Tionghoa, laki-laki selalu berdiri di sebelah kiri perempuan? Karena “woman is always right." Karena kesal, Abraham berkata kepada Sarai, "Dia hamba, terserah kamu mau berbuat apa?" Abram tidak berani melindungi Hagar. Para suami, yang mana yang akan Anda bela? Anak perempuanmu atau istrimu? Atau berpura-pura tidak tahu?

Kira-kira apa yang dilakukan Sarai terhadap Hagar sehingga ia melarikan diri? Mungkin Sarai berkata, "Kamu ini hanya budak, tahu?" Mungkin Sarah menuang teh di atas kepala Hagar. Melempar sandalnya ke wajah Hagar. Hagar menangis seorang diri. Berkali-kali dia melihat Abraham, tetapi Abraham hanya pura-pura tidak melihat dan menyibukkan diri dengan instagram.

Mungkin di tengah malam, Hagar lekas packing pakaiannya, rotinya, tumblernya ke dalam ransel. Anggap saja dia sudah hamil 5 bulan. Dia melarikan diri tanpa pamitan. Dia depresi, tetapi dia tidak bunuh diri.

Mengenai sebutan "malaikat" dan "Malaikat TUHAN" sudah saya bahas di artikel GKI Duta Mas, Saudara bisa baca sendiri di aplikasi GKI Duta Mas. Mari kita perhatikan perkataan Malaikat Tuhan.

"Hagar, hamba Sarai, DARI MANAKAH ENGKAU DAN KE MANAKAH ENGKAU AKAN PERGI?" (Kej. 16:8)

Tuhan bertanya bukan karena dia membutuhkan jawaban kita. Dia juga tidak bertanya karena Dia tidak tahu. Setiap kali Tuhan bertanya, Dia ingin kita merenungkan secara mendalam. Pertanyaan Malaikat Tuhan mungkin membuat Hagar mengingat dua hal. Pertama, mengingat momen menyenangkan di masa kanak-kanaknya. Mungkin dia mengingat masakan mamanya. Mamanya mungkin sering bantu dia mengikat rambut dan mengantar dia sekolah. Selama ia menjadi budak di keluarga Abram, semuanya baik-baik saja. Masalah mulai berdatangan sejak ia memandang rendah nyonyanya. Kedua, dia mengingat momen menderita di tempat Abram.

Mari kita perhatikan jawaban Hagar,

"Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku." (Kej. 16:8).  Hagar hanya menjawab setengah dari pertanyaan Malaikat TUHAN. Dia menjawab "asal"nya (coming from), tetapi tidak menjawab "tujuannya" (going to).

Mengapa ia tidak menjawab "Ke manakah ia akan pergi?" Mungkin Hagar sedang menuju Mesir. Namun, dia mungkin tidak tahu tujuan hidupnya setelah ini.

Apakah Anda sedang pergi dari kesusahan yang Anda derita? Apakah Anda sedang meninggalkan zona yang tidak nyaman? Terus, ke mana Anda pergi? Saya tidak sedang bertanya, setelah ini Anda akan makan siang di mana. Mungkin ada yang sebelum kebaktian sudah beritahu pasangannya bahwa nanti setelah ibadah kita makan di sini ya? Saya sedang bertanya, "Apa langkah berikut perjalanan hidup Anda? Apa pembaruan diri yang akan Anda kerjakan?"

Lalu kata Malaikat TUHAN kepadanya,

"Kembalilah kepada nyonyamu, TUNDUKLAH di bawah kuasanya." (Kej. 16:9).

Saat sedang mengandung, Tuhan ingin Hagar kembali ke situasi yang tidak nyaman (Kej. 16). Namun, saat Ismail sudah remaja, Tuhan membiarkan Hagar dan Ismail meninggalkan Abraham (Kej. 21).

Ada waktu kita harus melarikan diri dari kondisi tidak nyaman, ada waktu kita harus kembali ke kondisi yang membuat kita tidak nyaman. Sebab, kita TERLATIH dalam kondisi yang tidak nyaman. Hikmat kita dipertajam dalam situasi sulit.

Tidaklah mudah bagi Hagar untuk menguatkan hati dan kembali kepada Sarai, nyonyanya.  Mungkin dia berpikir, "Jika saya kembali sekarang, bukankah saya akan makin menderita? Bukankah kuda yang baik tidak kembali kepada rumput sebelumya?"

Kembali kepada nyonyannya bisa berarti harus sering menangis seorang diri. Dihina, direndahkan, ditindas. Namun, Hagar percaya pada perkataan Tuhan dan kembali kepada nyonyanya.

Setidaknya, dia dan Ismail tinggal bersama Abram selama sekitar 15-16 tahun. Bukan waktu yang singkat juga. Mungkin Tuhan ingin Ismail bisa mengenal Abram dan tinggal bersamanya hingga masa remajanya. Ismail dan Ishak sama-sama terhubung kepada Abram, tetapi terpisahkan oleh Hagar dan Sarai.

Saat Anda menangis seorang diri, Tuhan melihat dan Dia peduli. Saat Anda terus menyalahkan diri tidak berguna, Tuhan melihat dan Dia menyayangi. Saat Anda merasa seorang diri, Tuhan melihat dan Dia menyertai. Melihat Tuhan yang melihat kita membuat kita melihat kasih-Nya, penyertaan-Nya, dan kehendak-Nya.

Dilihat Tuhan tidak mengubah kehidupan kita. Kita perlu melihat Tuhan yang melihat kita. Sebab, jika kita hanya dilihat Tuhan dan tidak melihat Tuhan (dalam iman), kita tidak mengenal-Nya. Oleh sebab itu, kita mengarahkan hati kepada Tuhan untuk melihat Tuhan yang melihat kita.

Dalam kondisi yang tidak nyaman, kita melihat Tuhan sedang melatih kita. Dalam situasi sulit, kita melihat Tuhan sedang mengajar kita hikmat-Nya.

Melihat Tuhan yang melihat kita membuka pikiran kita untuk memperhatikan kehidupan kita, apakah kita sedang melarikan diri atau kita melatih diri, apakah kita tahu ke mana kita sedang melangkah. Apakah kita sepertinya sedang maju, tetapi sedang melarikan diri?

Melihat Tuhan yang melihat kita membuka pikiran kita untuk memilih situasi sulit demi  pendewasaan kita.

Apakah kita menikah karena takut kesepian, takut tidak ada yang jaga? Apakah kita melarikan diri dari panggilan Tuhan karena takut kesusahan? Apabila Tuhan ingin Anda kembali ke situasi sulit untuk melatih Anda dalam anugerah dan berkat-Nya, apakah Anda bersedia?

Berulang kali Abraham dan Sarah melakukan perbuatan bodoh untuk merusak perjanjian Tuhan. Namun, berulang kali Tuhan melindungi Abraham dan Sarah serta memperbarui perjanjian-Nya. Tuhan tidak pernah ingkar janji! Perjanjian Allah mulia!

Ps. Lan Yong Xing