Search

Artikel Remah-Remah Roti

Matius 15:21-28

Apa hal pertama yang saudara lakukan ketika menghadapi masalah? Insting pertama manusia adalah mengandalkan diri sendiri untuk menyelesaikan masalah. Kita akan lakukan segala sesuatu sampai kita kehabisan cara. Pada saat itulah kita baru mencari Tuhan sebagai opsi terakhir. Dalam hidup kita sering menghadapi masalah, bahkan tidak jarang membuat kita putus asa. Di masa-masa tersebut, siapakah Tuhan bagi saudara? Apakah Tuhan adalah harapan terakhirmu atau Tuhan adalah satu-satunya harapanmu?

Firman Tuhan hari ini juga menceritakan kisah seorang perempuan yang sangat putus asa dan sangat membutuhkan pertolongan.
Matius 15:21
Lalu Yesus pergi
dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.

Markus 7:24
Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah
Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan.

Yesus pergi dari Gennesaret dan memasuki sebuah rumah di kota Tirus. Jarak Gennesaret ke Kota Tirus sekitar 35 mil atau butuh waktu sekitar 11-12 jam berjalan kaki. Kota Tirus terkenal sebagai:
- Kota perdagangan yang penting
- Hubungan ekonomi yang erat dengan Herodes Agung (Hubungan politik)
- Namun ada satu hal yang unik, koin silver hasil produksi dari Tirus memiliki kualitas yang lebih bagus karena kadar perak yang tinggi (sekitar 90-95%). Bahkan untuk membayar pajak Bait Suci di Yerusalem, orang Yahudi harus pergi ke money changer karena Bait Suci hanya menerima Syikal Tirus.

Secara ekonomi dan politik memang memiliki hubungan erat, secara umum orang Galilea tidak akur dengan orang Tirus karena banyak bisnis yang sebenarnya  hanya menguntungkan pihak Tirus.
Orang Tirus adalah bangsa bukan Yahudi, maka sebenarnya bagi orang Yahudi tidak boleh bergaul dengan orang bukan Yahudi. Mengapa?
- Orang Yahudi harus menjaga kekudusan.
- Perbedaan kepercayaan yang sangat berpengaruh pada pola makan, perilaku moral dan ritual.
Contoh: Orang Yahudi harus menjaga pola makan. Kalau zaman sekarang disebut Kosher (yang berasal dari Bahasa Ibrani (כָּשֵׁר kāšēr)/makanan yang layak dimakan orang Yahudi. Perilaku moral dan ritual: Orang Tirus menyembah banyak berhala. Dan penyembahan berhala ini banyak yang menuntut mereka untuk melakukan hal seperti mempersembahkan anak dan orang dewasa sebagai korban. Ada juga bisnis jual beli manusia sebagai korban persembahan. Ritual memotong diri mereka sendiri dengan pisau agar mendapat perhatian dari dewa-dewa.
- Flavius Yosefus, seorang sejarahwan abad 1 mencatat Orang Tirus adalah ‘musuh kami yang paling sengit’.

Bergaul dengan bangsa bukan Yahudi dianggap najis dan melanggar hukum Yahudi dalam menjaga kekudusan. Maka tidak ada orang Yahudi yang pergi ke Tirus jika tidak ada urusan. Jika kita perhatikan peta, Yesus berjalan ke arah utara, bukan numpang lewat saja. Apalagi jika kita perhatikan perikop sebelumnya Matius 15:1-20, Yesus baru saja berdebat dengan orang farisi tentang hal yang kudus dan najis.

Apa urusannya seorang Rabi/Guru Yahudi di kota Tirus? Markus 7:24 mengatakan bahwa Yesus tidak ingin ada yang tahu bahwa Dia berada disana. Tentu saja, hal ini sulit karena Yesus terlalu terkenal. Jika ada media sosial saat itu, dia mungkin orang yang paling dicari di dunia. Guru terbaik, Penyembuh terbaik, Pengkhotbah terbaik, Pengusir setan terbaik, yang terbaik dari yang terbaik. Dan benar, Yesus adalah orang yang paling dicari di kota Tirus oleh seorang perempuan yang tidak  dicatat namanya, seorang Kanaan dan bukan Yahudi, asal Siro-fenisia.

Matius 15:22
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru:
Kata ‘berseru’ dalam bahasa Yunani adalah Ekrazen (ἔκραζεν) berarti ‘berseru terus menerus’.

Perempuan ini berseru dengan sangat keras sehingga menarik perhatian semua orang. Perempuan ini berseru, bukan sekali, bukan dua kali, tetapi terus-menerus berseru dengan sangat keras memohon kepada Yesus:
“Kasihanilah aku, Tuhan, Anak Daud”
“Kasihanilah aku, Tuhan”
“Putriku, putriku disiksa oleh setan. Tuhan, Anak Daud, kasihanilah aku”

Ibu ini berseru dengan penuh kepedihan melihat putri yang dikasihinya menderita kesakitan. Teks tidak mencatat sudah berapa lama putrinya kerasukan setan. Mungkin Ibu ini sudah mencari solusi kemana-mana, cari dukun atau dewanya namun putrinya masih menderita kesakitan. Dan ketika ia mendengar bahwa Yesus ada di kota Tirus, tanpa pikir panjang dia langsung bergegas menjumpai Yesus.

Siapapun yang melihat tangisan ibu ini akan sangat ingin menolongnya. Namun, firman Tuhan mencatat bahwa Yesus sama sekali tidak menjawabnya (Mat 1:23). Dalam bahasa yunani, “Tetapi Yesus tidak menjawab satu katapun”, satu katapun tidak keluar dari mulut Yesus.

Saudara, apa hal yang paling menyakitkan dalam hidup kita?
Ketika orang yang kita kasihi menderita penyakit kronis dan kita melihatnya kesakitan setiap hari atau mungkin kehilangan nafsu makan dan berat badan, kita berseru kepada Tuhan untuk kesembuhan.
Ketika seseorang yang dekat dengan kita menderita penyakit mental atau depresi berat, kita berseru kepada Tuhan untuk melakukan sesuatu.

Tetapi ketika kita berseru kepada-Nya, Tuhan… diam…

Momen yang paling menyakitkan dalam hidup kita adalah ketika kita hanya mendengar suara tangisan sendiri. Ketika kita hanya mendengar suara.. kita.. sendiri.

Yesus yang diam bukanlah masalah kecil bagi Ibu ini. Ibu ini mungkin telah mendengar banyak mukjizat yang Yesus lakukan. Ketika dia menangis dan memohon, Yesus hanya diam…
Kemudian, Murid-murid Yesus sudah tidak tahan lagi dan meminta Yesus menolongnya.

Matius 15:23
"Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: "Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak."

Murid-murid sudah pernah melihat Yesus berinteraksi dengan orang bukan Yahudi, apalagi melakukan mukjizat. Matius 8, Yesus sudah pernah menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum. Murid-murid mungkin berpikir bahwa, “Yesus, lakukan saja seperti yang Engkau lakukan kemaren, daripada dia terus berteriak dan orang-orang melihat kita”.

Firman Tuhan mencatat Yesus yang diam…
Namun Yesus yang tidak menjawab satu katapun, mendengar setiap kata dalam  tangisannya.

1. The Loud Cries and The Silence
(Tangisan keras dan Keheningan)
Yet, God is listening
Tetapi, Tuhan sedang mendengarkan


Saudara, kapan terakhir kali saudara datang ke hadapan Tuhan dalam pergumulanmu dan berseru kepada-Nya? Atau apakah saudara saat ini sedang menangis dengan suara keras kepada Tuhan dan Tuhan tetap diam? Di masa-masa sulit kita, Tuhan mendengarkan setiap kata dalam tangisan kita bahkan ketika Dia hanya diam.

Saudara, apa yang lebih buruk dari keheningan? Yaitu akhirnya mendengar sesuatu tetapi tidak sesuai dengan harapan kita. Perempuan yang terus menerus berseru ini terus menantikan suara Yesus. Dan akhirnya Yesus menjawab,

Matius 15:24
Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”

Sama seperti ketika Yesus mengutus kedua belas muridnya pertama kali untuk melayani, Yesus secara spesifik berpesan kepada mereka,
Matius 10:5-6
Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "
Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Melihat Yesus yang sudah mulai berbicara, Ibu ini berlutut dihadapan Yesus dan berkata:
Matius 15:25
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: "Tuhan, tolonglah aku."

Respon Yesus selanjutnya lebih mengejutkan.
Matius 15:26
Tetapi Yesus menjawab: "Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Yesus yang terkenal sebagai Rabi yang baik dan ramah ini sepertinya tidak sopan dengan memanggil manusia sebagai anjing.

Namun, Yesus sedang menggunakan metafora anak-anak dan anjing untuk mengacu kepada prioritas. Sejak mula, Tuhan telah menetapkan bangsa Israel sebagai umat pilihan-Nya, menguduskan mereka, dengan tujuan agar Israel menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Menjadi umat pilihan berarti menjadi contoh yang baik, menguduskan diri dan melakukan kehendak Allah.

Israel adalah anak-anak yang terlebih dahulu disediakan roti karena mereka memiliki hubungan perjanjian khusus (covenant) dengan Tuhan.

Kata anjing di sini adalah Kunariois (κυναρίοις) mengacu pada anjing peliharaan dirumah.
Jika kita membaca Injil Markus 7:27,
“Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing."

Perhatikan, ”Biarlah anak-anak kenyang
dahulu”. Yesus sedang menegaskan ada prioritas dalam misi penebusan Allah. Misi utama Yesus adalah untuk orang-orang Israel, kemudian misi Tuhan secara utuh adalah menjangkau orang bukan Yahudi, bahkan seluruh bangsa seperti saudara dan saya. Israel adalah prioritas utama dari misi Yesus di dunia. Bangsa Israel dipanggil untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Sama seperti kita yang sudah mengenal Kristus, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama.  Jelas bahwa perempuan ini bukan bagian dari misi Yesus saat itu.

Terlepas dari dua jawaban yang tidak diinginkan, Perempuan ini justru setuju dengan apa kata Yesus.
2. “Yes, Lord, but the Crumbs”
“Benar Tuhan, tetapi Remah-Remah Roti.”

Matius 15:27
Kata perempuan itu: "Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya."
“Benar Tuhan,” Ibu ini tidak berdebat dengan Yesus
“Benar Tuhan,” Ibu ini dengan iman memandang kepada Yesus
“Benar Tuhan… namun remah-remah yang jatuh saja… tolong… remah-remah yang jatuh itu bisa menyelamatkan putri saya. Kami hanya mau remah-remah saja.”

Ibu ini sadar akan statusnya sebagai orang asing/bukan Yahudi.
Ibu ini sadar bahwa dia tidak layak akan anugerah Tuhan.
Dia tahu bahwa dia bukan apa-apa dan tidak pantas mendapatkan apapun.
Namun ibu ini meminta hanya remah-remah yang jatuh sisa dari roti bagian anak-anak.
Dia memandang dirinya sebagai Kunariois (κυναρίοις) atau anjing peliharaan yang memiliki tuan.

Remah-remah roti yang sebenarnya adalah sampah, yang biasanya disapu dan dibuang.
Dia memandang remah-remah roti tersebut sangat berharga untuk menyelamatkan putrinya. 

Seorang pastor Bernama Dr Robert Schuller memiliki hobi memelihara ikan koi. Dia mengamati pertumbuhan ikan koi dan menyimpulkan pertumbuhan ikan koi sangat bergantung padanya hidup. Ikan koi yang di pelihara di akuarium kecil, ia tidak akan pernah tumbuh lebih dari 2-3 inci. Jika di kolam yang lebih besar, mereka bisa tumbuh lebih dari 10 inci. Jika mereka hidup di danau besar dimana mereka bisa berenang dan meregangkan tubuh, mereka bisa tumbuh hingga 35 inci. Berarti, dimana kita menaruh dan memelihara ikan koi sangat berpengaruh. Saudara, dimana kita menaruh iman kita?

Ketika perempuan ini meminta remah-remah roti yang jatuh,
Matius 15:28
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya:
"Hai ibu,
besar imanmu , maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

Ibu ini memiliki iman yang besar kepada Yesus bahkan sebelum mukjizat terjadi.
Ibu ini menaruh imannya bukan dengan memaksa Yesus mengabulkan permintaannya.
Ibu ini menaruh imannya bukan karena merasa ada magic dalam remah-remah roti.
Tetapi Ibu ini menaruh imannya pada tuannya, Yesus, Sang sumber remah-remah roti yang jatuh.

Saudara dimanakah kita menaruh iman kita?
Iman menghasilkan harapan di dalam Tuhan meskipun belum terjadi apa-apa. Iman seperti ini memberikan kita harapan di masa-masa yang paling sulit sekalipun. Yesus berkata, besar imanmu. Yesus bukan melihat permintaannya, namun hati perempuan yang meminta remah-remah ini. Hati yang memiliki pengharapan sepenuhnya di dalam Yesus. 

Jika kita perhatikan ceritanya dari awal sampai akhir, Yesus TIDAK PERNAH meminta wanita itu untuk berhenti berseru atau menangis. Sebaliknya, Yesus hadir dalam tangisannya dengan keheningan.

Di saat-saat putus asa, maukah saudara datang kepada Yesus karena percaya DIALAH SATU-SATUNYA HARAPAN?
Di saat Tuhan yang hanya diam, maukah saudara terus menerus berdoa kepada-Nya?
Kita bisa terus berseru kepada Tuhan.
“Tuhan, aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Itu terlalu sulit. Bantu aku, kasihanilah aku”.
Dalam keputusasaan, perempuan ini terus menerus berseru dan menaruh harapannya hanya pada Yesus. Inilah iman yang besar dari seorang perempuan yang meminta remah-remah roti.


Ps Wennie Dong