Search

Artikel Kebahagiaan Orang yang telah Menerima Roh Kudus

Galatia 4

Terkadang kebahagiaan adalah sesuatu yang tidak pernah tiba. Ada yang menganggap kebahagiaan adalah duduk di dalam bathtub sambil menikmati Lindt Chocolate dan segelas Champagne. Ada yang mengingini es krim Byakuya sebagai piala kebahagiaan.

Kita mengingini gaji yang lebih besar atau setidaknya sama dengan orang yang jabatannya setara dengan kita. Kita mengingini apa yang dinikmati orang lain karena kita melihatnya sebagai "kebahagiaan."

Firman Tuhan di Galatia 4:15 mengatakan, "Betapa bahagianya kamu pada waktu itu! Sekarang, di mana kebahagiaanmu itu?" Semakin kita mengejar kebahagiaan yang diberikan roh-roh dunia, semakin tidak bahagia kita. Sebab, kita menikmati kebahagiaan palsu. Lebih tepatnya, kita "ketagihan", kita mengalami "kecanduan" kesenangan.

Perhatikan Paulus patut kita renungkan, "Aku telah habis akal menghadapi kamu." (Gal. 4:20). Perkataan tersebut menunjukkan bahwa ia telah lelah. Lelah menghadapi kita, lelah dalam membimbing kita. Apakah kita telah melelahkan direktur spiritual kita? Paulus juga mengatakan, "Aku khawatir kalau-kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia." (Gal. 4:11). Susah payah kita dalam mengajar, belajar dan melayani juga akan sia-sia jika kita kembali menghambakan diri kepada roh-roh dunia.

Pelayanan menjadi pertunjukkan. Kita menunjukkan kemampuan dan menampilkan keterampilan. Doa menjadi manipulasi. Kita melaksanakan keinginan kita. Kita menjadikan diri kita sebagai keturunan Hagar. Padahal TUHAN memanggil kita untuk menjadi anak-anak janji (Gal. 4:28) di mana kita dilahirkan menurut Roh (Gal. 2:29), keturunan perempuan merdeka (Gal. 4:31).

Di manakah kebahagiaan kita yang mula-mula? Sebagai orang yang dilahirkan menurut Roh, kita harus meyakini bahwa Dialah yang berbicara di dalam batin kita sehingga kita menyapa TUHAN sebagai Bapa. Kita harus menyadari bahwa kita tidak dapat memanipulasi kuasa-Nya. Justru, ketika kita mengosongkan diri dari keinginan sendiri, kita menerima kehendak-Nya. Mengapa kita meminta petunjuk Tuhan? Karena kita ingin mengenal hati-Nya, mengerti pemikiran-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Itulah kebahagiaan kita, yakni hidup di dalam Tuhan!

Ps. Lan Yong Xing