Artikel Hidup Bersama Pasangan yang Tidak Mengenal Tuhan 与不认识上帝的配偶共同生活
1 Korintus 7:12-13
Apakah pasangan Anda mengenal Tuhan? Siapa yang paling pasangan Anda cintai? Jika pasangan Anda sangat mencintai Tuhan, Dia pasti juga mencintai Anda. Jika dia berhenti mencintai Anda, Tuhan pasti menegurnya, bahkan memukulnya.
Apakah pasangan Anda menyadari kesalahannya setelah ia berbicara kepada Tuhan? Apakah setiap kali pasangan Anda ingin berlibur, membeli sesuatu (bukan kebutuhan sehari-hari), akan mengerjakan suatu pekerjaan, ia akan mempercakapkan dengan Tuhan terlebih dulu? Apakah pasangan Anda melihat kehendak Tuhan lebih penting dari segala sesuatu? Katakanlah dia sudah membeli tiket, sudah memesan hotel, jika kemudian ia menemukan bahwa liburan tersebut tidak berkenan di hati Tuhan karena bukan waktunya untuk berlibur, melainkan ada hal yang perlu dia prioritaskan dulu, apakah ia memilih batal berangkat sekali pun harus mengorbankan biaya pemesanan hotel dan tiket?
Atau Apakah pasangan Anda telah menjauh dari Tuhan karena kecewa pada-Nya. Tidak heran jika Yesus mengatakan, "Berbahagialah mereka yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Mat. 11:6; Luk. 7:23). Pasangan Anda mungkin masih datang ke rumah Tuhan, bukan beribadah, tetapi demi menemani Anda. Ketika Anda berbicara tentang Tuhan dengannya, dia diam saja karena tidak mau berdebat dengan Anda. Bagaimana jika kita sudah menikah, kemudian pasangan kita menjauh dari Tuhan?
"Kalau ada seorang istri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Namun, kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai: BIARLAH IA BERCERAI (1 Kor. 7:13, 15)
Ketika Injil diberitakan di Korintus, ada orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Namun, pasangan mereka belum percaya. Jemaat Korintus menulis surat kepada Paulus menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan (1 Kor. 7:1). Paulus menyampaikan jika pasangan yang tidak beriman tidak menuntut cerai, tetaplah hidup bersamanya. Jangan bercerai dengannya. Namun, kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai.
Terkadang, saya menerima permintaan, "Mohon beritahu pasanganku supaya ia lebih mencintaku." Saya tidak sanggup membuat pasanganmu mencintaimu. Saya bisa mendoakan semoga pasanganmu mencintaimu. Roh Kudus akan menegurnya, menasihatinya, tetapi apakah dia mau menaati suara Roh Kudus?
Lea, seorang gadis sederhana yang hanya ingin seperti orang lain. Menikah, dicintai dan mempunyai keturunan. Namun, dia terjebak di dalam peperangan Laban dengan Yakub. Tiap kali mengingat Laban, Yakub merasa sangat kesal terhadap Lea. Hal ini terjadi karena di malam pernikahan Yakub dan Rahel, Laban menukarkan pengantin. Lea dipaksa mengenakan gaun nikah dan mengenakan cadar.
Lea patah hati. Bayangkan Yakub berteriak, "Kok kamu di sini. Yang saya nikahi Rahel, mengapa kamu ada di ranjangku. Singkir dari hadapanku. Sekalipun Lea sudah mempersiapkan sarapan Lea Kaya Toast, Yakub tidak mau memakannya karen marah. Dia membanting pintu dan pergi mencari Laban.
Setiap kali ada restoran baru yang dibuka, Rahel yang diajak Yakub. Lea dilupakan begitu saja. Yakub membelikan Iphone 17 Pro untuk Rahel, sedangkan Lea masih menggunakan Iphone 5s.
Sekalipun tidak dipilih Yakub, Tuhan memilih Lea. Musa adalah keturunan Lea, bukan Rahel. Tuhan mempersiapkan Mesias melalui Lea, bukan Rahel. Dari tahun ke tahun, Lea menangis karena tidak dicintai Yakub, tetapi Tuhan memilih Lea.
Pada hari ini, mungkin suami sudah tidak mencintai Anda lagi. Namun, Tuhan tetap mencintaimu.
Cinta adalah pilihan dan keputusan. Cinta tidak dapat dipaksakan.
Dibutuhkan dua orang untuk saling mencintai. Jika salah satu pasangan memutuskan untuk tidak lagi mencintai pasangannya, maka pernikahan itu pada hakekatnya berakhir.
Maafkan saya jika saya mengatakan bahwa ada perceraian yang terjadi tanpa diketahui manusia. Pernikahan hanya sisa cincin nikah dan piagam nikah saja. Komunikasi dingin atau mudah bertengkar, saling menggigit dan saling menikam.
Kita sering mendengar tentang "fall in love" (jatuh cinta). Kata ini bukanlah kata yang tepat untuk mengekspresikan cinta. Cinta bukan sesuatu di mana kita jatuh, tersandung atau terpleset ke dalamnya. Cinta adalah sebuah keputusan.
Jika pasangan Anda tidak mengenal Tuhan, maka ia tidak akan hidup sebagai anak-anak-Allah. Kita ingin beribadah kepada Tuhan di rumah Tuhan, tetapi pasangan kita mungkin berkata, "Sesekali tidak beribadah kepada Tuhan juga tidak apa-apa." Kita tidak mau berbohong kepada pelayan toko, tetapi pasangan kita mungkin berpikir, berbohong itu tidak apa-apa, toh restorannya sudah kaya. Toh kita hanya makan satu potong kue gratis saja.
Jika pasangan Anda tidak mengenal Tuhan, mungkin saja ia menggunakan kosa kata Anda untuk melawan Anda. Ketika Anda berkata, "Kita sudah hampir terlambat." Ia mungkin menjawab, "Waktu Tuhan pasti yang terbaik." Ketika Anda lakukan kesalahan, ia mungkin berkata, "Bapa ampunilah dia, sebab ia tidak mengetahui apa yang ia lakukan." Ketika Anda merasa lelah dengan pernikahan, ia mungkin berkata, "Nikahlah istri yang banyak, biar hidupmu sengsara seperti Salomo."
Bagaimana kita hidup bersama dengan pasangan yang tidak mengenal Tuhan?
Namun, kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai: BIARLAH IA BERCERAI. Dalam hal yang demikian saudara atau saudari itu TIDAK TERIKAT. Namun Allah memanggil kamu untuk HIDUP DALAM DAMAI SEJAHTERA. Sebab, bagaimana engkau mengetahui, hai istri, apakah engkau akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimana engkau mengetahui, hai Suami, apakah engkau akan menyelamatkan istrimu? (1 Kor. 7:15-16)
Mungkin Anda bertanya mengapa Paulus menggunakan kata "bagaimana engkau mengetahui apakah engkau akan menyelamatkan pasanganmu" bukan menggunakan kata "engkau PASTI menyelamatkan pasanganmu"? Iman merupakan keputusan pribadi. Anda tidak dapat membuat suami atau istri Anda beriman kepada Tuhan. Ia sendiri harus memutuskan untuk beriman atau tidak.
Hidup bersama dalam damai sejahtera mencakup kasih, keadilan dan keindahan. Ketika Anda melihat ada sisa nasi di wajah atau di pakaiannya, Anda bantu membersihkannya atau Anda memberitahunya supaya ia membersihkannya. Ini merupakan contoh kecil hidup kasih dan keadilan karena Anda menghormati pasangan Anda dan ingin dia tampil baik.
Memaki pasangan adalah tindakan ketidakadilan. Tuhan sendiri tidak memakinya. Anda boleh menegur dan menasihatinya, bukan memakinya, menghinanya atau memukulinya. Contoh lain seperti tidak selingkuh, tidak mempermalukan pasangan di depan orang termasuk tindakan kasih dan keadilan. Inti dari cinta yang mencakup keadilan adalah
Cinta yang mencakup keadilan artinya, cinta bukan sekadar perasaan, tetapi juga tanggung jawab, komitmen, dedikasi, perhatian dan pengertian.
Saya pikir kurang baik jika saya tidak menyinggung sekilias tentang singlehood (hidup single). Mungkin Anda berkata kepada Tuhan, "Tuhan Engkau tidak mengerti hatiku. Mengapa Engkau tidak memberikan pasangan hidup kepadaku?" Tuhan tidak bisa memaksa orang mencintaimu, begitu juga dengan Dia tidak bisa memaksa Anda mencintai orang lain.
Kita mungkin sering mendengarkan bahwa pernikahan itu takdir. Mungkin kita berkata, "Saya ditakdirkan menikahi dia. Sekarang, jadi stucked dengan dirinya seumur hidup. Bercerai juga tidak bisa, jadi pernikahan kami stucked." Pernikahan itu bukan takdir, tetapi pilihan. Misalnya, di ayat 2, Paulus mengatakan ada baiknya laki-laki tidak menikah, tetapi mengingat bahwa percabulan, baiklah jika ia memiliki istri sendiri. Atau di ayat 8-9, Paulus berkata, ada baiknya seorang janda tidak menikah lagi. Namun, jika mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka menikah. Perkataan Paulus di sini menunjukkan bahwa pernikahan adalah pilihan, bukan takdir.
Jika Anda menikah dengan orang yang pintar, Anda harus menerima jika ia selalu berdebat dengan Anda. Jika Anda menikah dengan orang yang bodoh, Anda harus menerima jika ia selalu tidak mengerti maksud Anda. Jika Anda menikah dengan orang yang cepat, Anda harus menerima jika ia sering tidak sabar.
Mengapa Paulus mengatakan bahwa lebih baik single daripada menikah?
- Memusatkan perhatian pada Tuhan (1 Kor. 7:32)
- Kebebasan dalam pelayanan (1 Kor. 7:35)
- Situasi - Waktu darurat (1 Kor. 7:26)
- Tanggung jawab sebagai pasangan hidup - Kesusahan badani (1 Kor. 7:28)
Lebih banyak waktu dan perhatian kepada Tuhan.
Lebih bebas dalam arti tidak perlu mengkhawatirkan keluarga. Nanti, suami bagaimana, istri bagaimana, anak bagaimana.
Paulus menggunakan kata "waktu darurat." Soalnya, saat itu mereka hidup di tengah ancaman penganiayaan. Waktu darurat buat Anda tidaklah sama dengan waktu darurat sahabat Anda. Mungkin waktu darurat Anda adalah orangtua yang sakit, sehingga Anda tidak mau menyusahkan orang lain. Atau waktu darurat Anda adalah keluarga dililit hutang.
Mungkin setelah menikah Anda menjadi generasi sandwich. Anak masih kecil, biaya pendidikan mahal, orangtua atau mertua sakit, biaya pengobatan mahal. Anda terjepit di antaranya. Orang-orang yang single dibebaskan dari tanggungjawab merawat mertua, pasangan yang sakit atau anak yang bermasalah.
Jadi, jika Saudara hidup single, hiduplah damai sejahtera dengan diri sendiri. Apakah Anda ingin menikah karena merasa kurang bahagia, kurang lengkap jika hidup sendiri? Tahukah Saudara bahwa ada banyak orang setelah menikah tetap merasa kurang bahagia dan kesepian? Orang yang dewasa tidak akan menggantungkan kebahagiaannya pada orang lain.
Perintah Tuhan adalah mengasihi sesama seperti diri sendiri, bukan mengasihi sesama dengan super love. Artinya, bagaimana kita mengasihi orang lain (pasangan) ditentukan bagaimana kita mengasihi diri sendiri.
Jika kita tidak bisa hidup dalam damai sejahtera seorang diri, kita juga tidak bisa hidup dalam damai sejahtera bersama pasangan kita. Damai sejahtera Tuhan memelihara hati dan pikiran kita. Sehingga kita dapat berdiam diri di saat hati kita bergejolak dan tetap tenang di saat pikiran kita messy.
Tips hidup dalam damai sejahtera dari Yesaya 26:3, yakni Shalom Shalom diterima orang yang percaya. Artinya, ketika Anda gembira, sedih, takut, marah, Anda mengarahkan hati kepada Tuhan dan mempercakapkannya dengan Tuhan. Mazmur 4:5 mengajarkan jika kita marah, berbaringlah di tempat tidur, berkata-kata dalam hati (bukan kepada pasangan) dan tetap diam.
Hiduplah dalam dalami sejahtera dengan diri sendiri dan dengan pasanganmu.
Ibadah Minggu GKI Duta Mas, 9 November 2025
Ps. Lan Yong Xing