Artikel GADIS-GADIS BIJAKSANA DAN GADIS-GADIS BODOH
Matius 25: 1-13
Cerita atau perumpamaan tentang gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh hari ini tentu sudah sering kita dengar. Di mana kebanyakan pengkhotbah biasanya menyuarakan bahwa kita mesti menjadi orang-orang seperti gadis-gadis bijaksana itu! Dan kebanyakan dari kita pun akan secara otomatis mengiyakannya bukan? mengapa demikian! sebab kita berpikir menjadi seperti gadis yang bijaksana ini adalah pilihan yang sangat tepat daripada menjadi gadis-gadis bodoh itu! Namun benarkah demikian! Benarkah menjadi seperti gadis-gadis bijaksana itu adalah figur yang mutlak yang kita harus teladani ataukah ada hal-hal yang lain yang Tuhan mau sampaikan kepada setiap kita melalui kisah gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh hari ini? Untuk itu, mari kita telusuri lebih dalam, dan memohon tuntunan Roh-Nya yang Kudus!
Sebenarnya jika kita telaah lebih dalam bacaan kita hari ini, gadis-gadis bodoh tesebut tidaklah amat bodoh, namun iya—kurang bijaksana, sebab mereka tidak membawa buli-buli sebagai persiapan menyongsong sang mempelai. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mereka menganggap enteng undangan perjamuan kawin itu, undangan keselamatan itu, sehingga mereka tidak mempersiapkan diri dengan baik, mereka menganggap murah kemurahan Tuhan. Padahal, sebagai orang-orang percaya (yang mengenal mempelai) mereka mestinya mempersiapkan diri dengan baik, atau jika di dalam bahasa Filipi 2: 12, kita mestinya siap dan senantiasa mengerjakan keselamatan dari-Nya itu sebagai bentuk persiapan setiap kita. Inilah harusnya sikap kita sebagai orang-orang yang mengenal-Nya, terlebih lagi sikap orang-orang yang menantikan-Nya.
Seperti gadis-gadis bijaksana, gadis-gadis bodoh (saya lebih suka menyebutnya dengan gadis-gadis yang tidak bijaksana) bukanlah orang yang tidak mengenal Tuhan sama sekali. Mereka adalah orang-orang yang mengenal Tuhan, orang-orang di antara kita sekalian, karena mereka merupakan satu tim (sebagai sepuluh gadis menyonsong mempelai). Mereka juga bukanlah bodoh atau tidak bijaksana sama sekali. Namun mengapa mereka disebut bodoh adalah karena mereka tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan, yakni mempersiapkan diri. Mereka hanya mempersiapkan diri seadaanya, karena ia telah membawa pelitanya (biasanya tahan 4-5 jam an), namun perlu dicatat karena “mempelai lama datangnya” (ay. 5), maka pelita mereka hampir kehabisan bakar bakar.
Tetapi yang tejadi malah di luar perkiraan mereka—mempelai tiba (ay. 6) di saat mereka tertidur. Hal ini seringkali dialigoriskan dengan suatu keadaan kehidupan yang stagnan, ketiadaan kehidupan karena pikatan duniawi terseret pekatnya gelap kehidupan. Kedatangan mempelai pun sesuatu yang janggal, di mana pada waktu itu, pesta diadakan bukanlah pada malam hari, tetapi siang hari. Namun, dengan cepat tentu kita tahu, bahwa hal tersebut berbicara tentang akhir zaman, yang datangnya tidak diduga-duga, ia datang saat kita tidak siap, sehingga kita harus bersiap-siap dalam segala waktu seperti yang dilakukan oleh gadis-gadis bijaksana tersebut.
Karena tidak membawa minyak, maka gadis yang kurang bijaksana tersebut pun meminta sedikit kepada gadis bijaksana, namun jawaban gadis bijaksana sungguh mengejutkan, mereka berkata dengan jelas “tidak” (ay. 8-9). Jawaban gadis-gadis bijaksana ini perlu kita renungkan lebih dalam, apakah tindakannya itu dapat dikatakan bijaksana! Mengapa hanya memberi sedikit minyak mereka tidak bisa, padahal mereka membawa banyak minyak dalam buli-buli tersebut? Jika mau jujur, hal ini bisa jadi menandakan bahwa mereka tidak benar-benar bijaksana! Sebab, jikalau memang bijaksana mereka akan memberikan minyaknya itu bukan seperi Tuhan Yesus memberikan diri-Nya untuk kita. Tetapi ironisnya, gadis-gadis bijaksana itu malah tidak menyelamatkan teman seperjalanannya itu!
Sebagai orang-orang percaya apakah sikap egois dan mementingkan atau mempersiapkan diri sendiri saja itu juga ada di dalam diri kita? Jikalau kita berpikir “yang penting saya sendiri saja yang selamat, yang lain binasa, terserahlah” ini berarti kita tidak bijaksana sama sekali sebab bukan hal demikian yang diteladakan oleh Tuhan Yesus kepada setiap kita. Tuhan Yesus jelas memerintahkan agar kita memberitakan keselamatan dari-Nya itu. Ia tidak menginginkan agar keselamatan itu kita pegang erat untuk diri kita sendiri saja dan tidak mau membagikannya dengan memberitakannya dan bahkan membantu orang lain, teman seiman, rekan sekerja kita, bahkan orang-orang lain di luar sana. Dengan kata lain, Tuhan Yesus memberkati kita agar kita juga dapat menjadi berkat bagi orang lain.
Melalui kisah gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh hari ini kita telah diajar, diingatkan serta disadarkan bahwa sebagai orang-orang percaya kita semua telah berada di dalam undangan kerajaan Allah, dan sebagai orang-orang yang berada di dalam undangan-Nya itu maka kita harus mempersiapkan diri seperti gadis-gadis bijak dalam menyambut kerajaan Allah, dan tidak menggangap enteng keselamatan dari Allah, sehingga dengan demikian, kita mesti senantiasa mempersiapkan diri dengan mengerjakan keselamatan yang dari Allah tersebut. Kita juga diingatkan bahwa seringkali kita ngantuk dan bahkan tidur rohani dalam kehidupan ini, kita terlena dengan dunia ini, kita dilelahkan dengan berbagai hal sehingga kita letih dan jenuh, dan akhirnya kita pun lupa mempersiapkan diri dalam menanti kedatangan-Nya.
Hari ini Tuhan mau kita memeriksa diri kita, merenungkan kembali apakah selama ini kita menganggap enteng kesempatan dan anugerah-Nya itu! Jika kita diberikan kesempatan untuk menikmati hidup ini, untuk percaya pada-Nya, bahkan melayani-Nya apakah kita menganggap enteng? Apakah selama ini kita menganggap murah kemurahan-Nya itu? Mari kita sadar, dan bangun, serta membereskan hidup kita untuk menyongsong-Nya. Mari kita memerhatikan minyak dalam buli-buli kita apakah sudah dipersiapkan dengan baik! (Minyak dalam buli-buli adalah kehidupan rohani kita, kehidupan doa, perenungan firman-Nya, pengajaran-Nya, dll), yang membuat kita siap siaga dalam menanti kedatangan-Nya. Mari kita memeriksa diri kita bagian mana dari minyak dan buli-buli yang mesti kita persiapkan dan terus tingkatkan sehingga kapan pun kedatangan-Nya itu kita telah siap sedia menyambut-Nya! Maukah saudara berkomitmen untuk mempersiapkan diri di hadapan-Nya?
Kita juga diingatkan dan disadarkan bahwa kita mesti menjadi anak-anak Allah yang benar-benar bijaksana, peduli pada orang lain, tidak egois dan hanya mementingkan diri sendiri, tetapi menolong mereka yang membutuhkan uluran tangan kita, yang membutuhkan sedikit minyak dari buli-buli kita, membantu sesama kita yang kurang bijaksana dalam kehidupannya, sehingga kita boleh bersama-sama ke perjamuan-Nya yang kudus. Kedatangan-Nya bisa kapan saja sebagaimana yang kita saksikan di dalam bacaan kita hari ini. Maka dari itu, mari kita terus berjaga-jaga dan mempersiapkan diri dengan baik, memenuhi buli-buli kita dengan minyak-minyak-Nya, sehingga lampu kita tetap terus menyala di dalam menyongsong dan berjumpa dengan-Nya! Kiranya Tuhan menolong setiap kita. Amin!
Ev. Malemmita