Search

Artikel Ditegur Bapa

Pengkhotbah 4:17

Perkataan Tuhan bagaikan pedang yang sangat tajam. Saat firman Tuhan menusuk, hati kita yang terbuat dari kaca tersebut pun pecah berkeping-keping. Teguran Tuhan berada di atas pelayanan, persembahan dan perbuatan baik kita. Bayangkan jika kita melayani Tuhan bertahun-tahun, memberikan persembahan yang banyak dari transfer ke transfer dan melakukan perbuatan baik dari orang ke orang, tetapi jika kita tidak memahami kehendak Tuhan, semuanya menjadi sia-sia. Tuhan lebih suka kita mendengarkan Dia daripada kita melakukan sesuatu untuk Dia (Pkh. 4:17).

Bayangkan anak yang sulung yang bekerja di ladang bapanya. Ia mencangkul dan menanam, menyiram dan memotong dahan. Bertahun-tahun berlalu, tanamannya tidak menghasilkan buah yang baik. Namun, ia tidak mau berkonsultasi dengan bapanya. Padahal bapanya memiliki benih yang baik dan sistem perairan yang baik. Anak sulung memilih bekerja sendiri tanpa makan bersama bapanya. Bapanya terus menunggu anak yang sulung ini untuk menemuinya. Sebab, anaknya ini sering bekerja sambil bersungut-sungut. Banyak mengeluh dan berkeluh-kesah. Bapanya memilii solusi dan inspirasi, tetapi ia malah memilih ambisi dan ekspresi.

Teguran Tuhan memperlihatkan "what went wrong" (apa yang salah), apa yang harus diperbaiki. Berbeda dengan teguran manusia yang cenderung berfokus pada perbuatan, Tuhan ingin memperbaiki hati yang error. Meskipun kedalaman hati manusia bagaikan Dwarves yang hidup dan menggali harta di dalam pegunungan yang sangat dalam (The Hobbit), Tuhan menyelidikinya dan ingin memperbaikinya. Jika kita mau membuka hati kita, Tuhan akan memperbaiki hati kita. Prosesnya memang sangat menyakitkan, tetapi pemulihannya mendatangkan sukacita besar.

Ps. Lan Yong Xing