Artikel Bertahan dalam Menghadapi Akhir Zaman
Lukas 21:7-19
Konteks perkataan Yesus saat itu adalah nubuatan tentang kehancuran bait Allah yang akan terjadi. Pada saat itu bait Allah belum hancur dan masih berdiri dengan megah. Bagi orang Yahudi, bait Allah itu melambangkan kehadiran Allah, dan kalau sampai hancur, maka identitas ketuhanan mereka akan ikut hancur, seolah-olah kepercayaan mereka terhadap Tuhan turut hancur. Hal ini seolah-olah Tuhan yang mereka sembah tidak bersama mereka lagi atau tidak berkenan kepada mereka lagi. Bait Allah merupakan lambang kehadiran Tuhan, lambang Tuhan memperhatikan umatNya.
Apa yang dinubuatkan Tuhan Yesus benar-benar terjadi yaitu pada tahun 70 masehi. Sangat mengerikan yang terjadi saat itu. Prajurit Romawi bukan hanya menghancurkan bait Allah namun juga membunuh banyak orang, begitu banyaknya yang meninggal sampai mayat ditumpukan begitu saja tanpa dikubur. Menurut Joshepus, seorang sejarawan Yahudi menuliskan kondisi Yerusalem telah terbakar dan hancur, lebih dari 1 juta orang yang mati saat itu. Saudara bisa membayangkan jika saudara adalah umat Tuhan saat itu? Jika kita menganggap Bait Allah itu sangat berharga maka kita bisa merasakan apa yang dialami oleh umat Tuhan saat itu, putus asa, merasa terpisah dari Tuhan, dan mengalami kesedihan yang luar biasa.
Apakah kita menganggap bahwa Bait Allah itu penting dan berharga?
Apakah bait Allah benar-benar hancur? Secara fisik (bangunannya) benar, tapi bukankah bait Allah itu sekarang tinggal di dalam diri kita sebagai orang percaya?
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah tinggal di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah itu kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian. 1 Kor 3:16-17
Ingatkah kita akan pernyataan Yesus ketika ia bersama seorang perempuan Samaria yang memiliki banyak suami. Bahwa akan tiba saatnya (bagi kita sudah tiba), orang percaya akan menyembah Tuhan bukan berdasarkan tempat lagi, harus di gunung Gerizim (orang Samaria) atau di Bait Allah Yerusalem (orang Yehuda) tapi di dalam dirinya masing-masing, karena dirinya akan menjadi tempat tinggal Roh Kudus yang akan memimpin untuk menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran.
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, ibu, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Yoh 4:21
Namun saatnya akan tiba dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa mencari orang-orang yang menyembah Dia secara demikian. Yoh 4:23
Bagaimana jika bait Allah saat ini hancur? Apa yang perasaan kita? hancur? Putus asa, merasa ditinggalkan Tuhan, kesedihan yang luar biasa? Apa perasaan kita ketika kita tahu, ada orang yang tadinya percaya kepada Tuhan, lalu kecewa dan merusak dirinya sendiri dengan hidup sesuai kehendak hatinya? Oleh karena itu jangan biarkan bait Allah dalam diri kita hancur!
Atau kita merasa biasa saja, tidak peduli dengan diri kita yang adalah bait Allah. Ingat dalam 1 Kor 3:17 tadi, orang yang membinasakan bait Allah akan dibinasakan Allah. Artinya ketika kita membinasakan bait Allah yaitu diri kita, maka Allah akan membinasakan kita, hidup kita terpisah dari Allah. Betapa berharganya diri kita di mata Tuhan, sehingga Dia rela tinggal di dala hidup kita. Untuk itu persiapkanlah diri kita agar menjadi bait Allah yang berkenan bagiNya, jangan dibiarkan hancur.
Apakah nubuatan Yesus tentang bait Allah yang hancur dan mengakibatkan penderitaan umat Tuhan sudah selesai sampai disitu? Atau bagaimana? Coba perhatikan apa yang terjadi pada waktu dulu tidak terjadi pada jaman sekarang? Bukankah keadaan kita juga sudah seperti akhir zaman?
Kesesatan, perang, pemberontakan, gempa bumi, penganiayaan, dll sampai sekerang juga tetap terjadi. Kesesatan contohnya begitu banyak informasi di media sosial yang tidak jelas kebenarannya. Dan lebih gilanya, orang dengan mudah menghakimi, memaki tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Banyak orang mengalami penderitaan secara mental akibat dari media sosial. Belum lagi ajaran-ajaran sesat yang mempengaruhi anak-anak muda sekarang, lihat bom bunuh diri di sekolah, dan itu tidak diketahui kan waktunya kapan. Apa saudara yakin di Batam tidak ada yang seperti itu? Jaman sekarang semakin kacau namun tampaknya banyak anak Tuhan yang tidak menyadarinya.
Nah jika demikan kita sebagai umat Tuhan harus bagaimana?
Dalam ketabahanmu, kamu akan memperoleh hidupmu. Luk 21:19
Hupomone artinya bertahan dengan ketekunan, kesabaran, atau ketabahan
Hupomone adalah sebuah sikap yang tabah dalam menjalani penderitaan dan berusaha mengubah hal yang sedang terjadi, yaitu penderitaan tersebut, menjadi hal yang mulia dan luhur. (William Barclay)
Apa yang membuat orang jatuh? Karena kehilangan fokus terhadap Tuhan. ketika terperosok dalam godaan di saat semua tenang dan kesenangan yang ada, pasti karena kehilangan fokus terhadap Tuhan. Dengan merenungkan firman Tuhan dan berdoa, maka akan mengarahkan hidup kita tidak terlena dengan keadaan yang ada. Dalam perenungan firman Tuhan kan ada saja yang perlu kita ubah dari diri kita. Karena meskipun keadaan di sekitar kita baik-baik saja, belum tentu dalam diri kita baik-baik saja. Jangan-jangan ada dosa dan pelanggaran yang masih kita lakukan, masih ada pemikiran kita yang tidak benar, untuk itu kita memohon pimpinan Roh Kudus untuk menyelidiki hati dan pikiran kita sehingga kita diubahkan menjadi lebih baik di mata Tuhan. Ini kan termasuk hupomone di masa tenang/senang.
Contoh sederhana, coba ketika kita berlibur, jika kita tetap setia dalam merenungkan firman dan berdoa, pasti akan berusaha untuk datang kepada Tuhan di hari minggu. Tapi kalau jarang, biasanya komentarnya, ah tidak apa-apa kalau minggu ini tidak ibadah juga, kan masih suasana liburan. Bahkan sebetulnya liburan hanya berubah pola dari rutinitas, bukankah kita seharusnya tetap merenungkan firman Tuhan setiap hari bahkan selama berlibur? Merenungkan firman Tuhan dan berdoa adalah bentuk hupomone yang menolong kita untuk tetap membangun bait Allah dalam diri kita.
Demikian juga ketika kesusahan yang terus menerus melanda, kecewa kepada Tuhan lalu mengalihkan fokus dari Tuhan tidak akan membuat diri kita menjadi lebih baik.
Cara bertahan (hupomone) adalah dengan tetap menggantungkan kepercayaan kita pada Tuhan dan percaya bahwa Ia akan menolong kita tepat pada waktunya. Percaya bahwa waktu Tuhan pasti yang terbaik untuk diri kita. Jika kita diizinkan untuk mengalaminya maka ada rencana Tuhan di baliknya. Yang perlu kita fokuskan adalah melakukan apa yang Tuhan percayakan kepada kita dengan setia. Contoh orang yang bertahan dalam penderitaan dapat dengan mudah kita temukan dalam bacaan tahunan GKI Duta Mas saat ini : Rut. Di tengah penderitaan yang dialami, dia tetap menggantungkan kepercayaannya kepada Allah. Di tengah penderitaannya dia tetap mengerjakan apa yang harus dilakukan untuk menghidupi dirinya dan mertuanya. Dia tetap mengasihi dan menghormati mertuanya terlihat dari apa yang dilakukannya, meminta izin untuk mencari makanan untuk mereka berdua. Dia melakukan apa yang benar di mata Tuhan. (seandainya para menantu perempuan juga bisa bersikap demikian kepada mertua perempuannya, dan mertua perempuan juga bisa mendoakan dan memberkati menantunya pasti kehidupan dalam keluarga jadi jauh lebih indah). Dan kita bisa lihat, ketika Rut dapat bertahan (hupomone), dia masuk ke dalam rencana Allah sehingga ia menikah dengan Boas dan dari keturunannya lahir Yesus.
Tetapi Rut berkata: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau untuk pulang dan tidak mengikutimu, ke mana pun engkau pergi, ke situ aku pergi, dan di mana pun engkau bermalam, di situ aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; Rut 1:16
Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: "Izinkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Jawab Naomi kepadanya: "Pergilah, anakku." Rut 2:2
Kondisi dunia yang tidak baik-baik saja, bukan berarti kita hanya pasif untuk bertahan hidup. Dalam filosofi sepakbola, bertahan yang baik adalah dengan menyerang. Daripada memfokuskan terhadap kapan bahaya yang akan datang, jauh lebih baik untuk fokus melakukan tugas yang Tuhan berikan kepada kita. Misalnya ketika dunia medsos tidak baik-baik saja, kita dapat men-counter-nya dengan hal-hal yang baik seperti tidak turut serta dalam ujaran kebencian, turut menyatakan kebenaran, atau dengan memposting renungan firman Tuhan yang membangun spiritual kita. atau minimal me-like firman Tuhan, share firman Tuhan yang kita dapatkan, karena semakin banyak orang yang like maka akan semakin besar tersebar di dunia maya. Dan sangat mungkin orang akhirnya bisa mengenal Tuhan dan kembali pada Tuhan melalui firman Tuhan yang ia lihat. Ini juga merupakan hupomone.
Ada cerita dari murid yg mau bunuh diri, dia tidak jadi bunuh diri karena melihat postingan status wa ttg Tuhan yang mati buat kita. Dia teringat bahwa hidupnya milik Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang kita post itu bisa kapan jadi berkat untuk orang lain. Tuhan bisa bekerja lewat segala sesuatu.
Jadi sebagai anak Tuhan, kita perlu mengingat bahwa kita adalah bait Allah, untuk itu kita perlu membangunnya, dan menjaganya bukan malah menghancurkannya. Agar bait Allah dalam diri kita dapat terus terjaga terhadap godaan dan tipu daya dunia di akhir zaman ini, maka kita perlu waspada dan bertahan agar kita tetap hidup. Untuk itu usahakan untuk selalu fokus kepada Tuhan dan mengerjakan tugas yang Ia percayakan kepada kita. kiranya Roh Kudus yang menuntun dan menolong kita dalam menjalani kehidupan kita.
Bertahan (Hupomone) dalam hidup ini dengan tinggal tetap dalam firmanNya dan taat melakukan tugas yang Tuhan percayakan kepada kita.
Pdt. Anthonius Widjaja