Search

Artikel Bangkit dari Titik Nadir

Yoh 11:1-15, 25-29, 33-45

Pernahkah saudara mengalami di titik nadir atau titik terendah dalam kehidupan saudara? Dalam menjalani kehidupan kita, ada kalanya kita mengalami keadaan yang begitu menekan, begitu tidak bisa kita terima dan membuat kita frustasi, stress bahkan sampai depresi. Entah itu ekonomi, kegagalan dalam pekerjaan, kegagalan dalam percintaan, hubungan keluarga yang rusak, pengkhianatan, menderita penyakit berat dan lain sebagainya. Tak jarang orang menginginkan jalan yang pintas, mulai dari merusak diri, orang lain, melakukan tindakan kejahatan bahkan mengakhiri hidup.  Di satu sisi kita ingin menyerah, namun di sisi yang lain ingin tetap beriman dan bangkit. Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah : Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi pada kita? Tuhan maunya apa? Apakah  Tuhan ingin kita menderita? Dimanakah Tuhan?

Saat mengalami dan berada di titik terendah hidup kita, kita sangat mungkin mengalami apa yang Maria dan Marta rasakan. Mari kita perhatikan pada bacaan firman Tuhan. Lazarus saudara dari Maria dan Marta sedang mengalami sakit keras. Tidak mungkin kan jika hanya flu dan batuk , Maria dan Marta sampai mengirimkan kabar kepada Yesus di seberang sungai Yordan. Jarak antara Betania dan seberang Yordan kira-kira 150 Km dan ditempuh oleh Yesus 2 hari. Tentu saja ketika Lazarus sakit keras, Maria dan Marta begitu risau. Mereka begitu mengharapkan kehadiran Yesus untuk dapat segera menyembuhkan Lazarus saudara mereka. Namun apa yang terjadi? Yesus tidak kunjung datang dan Lazarus meninggal. Setelah Lazarus meninggalpun, Yesus baru datang setelah 4 hari Lazarus meninggal. Coba bayangkan perasaan Maria dan Marta, campur aduk. Mereka mengasihi Yesus, dan mereka pun tahu bahwa Yesus mengasihi mereka. Mereka percaya kuasa Tuhan Yesus, namun mengapa Tuhan Yesus tidak datang menolong bahkan Lazarus sampai meninggal. Tentu berbagai pemikiran berkecamuk dalam diri mereka, orang asing saja Yesus sembuhkan, koq Lazarus tidak mereka sembuhkan.

Koq mirip dengan kehidupan kita ya? Kita merasa mengasihi Yesus, kita percaya Tuhan Yesus mengasihi kita, dan Dia pastinya mampu menolong setiap persoalan yang kita hadapi. Namun mengapa ya Tuhan tidak bantu sehingga saya mengalami hal yang tidak enak dan menderita? Sementara orang lain yang baru mengenal Tuhan saja, mereka ditolong Tuhan, mengapa saya tidak, apakah Tuhan pilih kasih? Mungkin itu juga yang berkecamuk dalam diri kita pada waktu kita mengalami titik terendah dalam kehidupan kita.

Ketidakmengertian manusia akan pemikiran Tuhan

  1. Para murid : Tidak mengerti mengapa Yesus tinggal 2 hari lagi. Tidak mengerti mengapa Yesus mengajak mereka Kembali ke Yudea. Pemikiran manusia berdasarkan logika hasil dari analisa dari data yang mereka ketahui. Tinggal 2 hari lagi, wajar karena katanya Yesus Lazarus Cuma tertidur, begitu Yesus memberitahukan bahwa Lazarus tertidur itu maksudnya sudah meninggal. Mereka tidak mengerti juga apa maksudnya Yesus. Kembali ke Yudea pun mereka bingung, mengapa harus Kembali ke tempat tersebut. Bukankah mereka hampir dilempari batu disana. Jika Kembali ke Yudea artinya mereka siap-siap untuk mati. Maka tidaklah aneh Tomas mengatakan seperti ini di ayat 16. Lalu Tomas,  yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia." (Yoh 11:16) Pemikiran  Tomas sangat masuk logika banget, pemikirannya berdasarkan Analisa dan data. Ingat pada waktu murid yang lain memberikan kesaksian tentang kebangkitan Yesus? Tomas mengatakan sebelum dia mencucukkan ke tangan Yesus, dia tidak akan percaya.
  2. Marta dan Maria : Mereka percaya seandainya Yesus ada saat Lazarus masih hidup pasti tidak akan mati, sakitnya pasti Tuhan sembuhkan. Mereka percaya Tuhan mampu membangkitkan orang mati tapi hanya pada akhir zaman. Maria dan Marta tidak mengerti, namun respon mereka berbeda. Ketika Yesus menyuruh mereka untuk membuka batu kubur, Maria diam saja sementara Marta menyatakan keberatannya karena Lazarus susah 4 hari mari dan berbau. Kata Yesus: ”Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: ”Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.”(Yoh 11:39)

Mari kita perhatikan kehidupan kita. Bukankah ketika kita memohon pertolongan Tuhan, kita seringkali menggunakan pemikiran kita sendiri dibandingkan beriman dan percaya bahwa Tuhan akan tolong. Penyelesaian masalah kita, kita lakukan sesuai dengan pemikiran kita sendiri bahkan terkadang melanggar firman Tuhan. Kita tidak benar-benar tenang menantikan pertolongan Tuhan dan menanyakan kepada Tuhan apa yang harus kita lakukan. Kita begitu tidak sabar dan terlalu focus masalah cepat selesai sehingga berharap dengan instan atau cepat pertolongan datang dari Tuhan, tanpa merenungkannya dengan baik. Harusnya kita bertanya, mengapa Tuhan tidak datang cepat menolong saya, apa yang Tuhan ingin saya pelajari? Apa yang Tuhan ingin nyatakan melalui peristiwa yang saya alami?

Mari kita perhatikan perkataan Yesus dan pahami apa tujuan Yesus.

  1. Semua orang percaya bahwa Yesus adalah anak Allah yang berkuasa .
     Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan." (Yoh 11:4) Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya." (Yoh 11:14-15)

    Tuhan tahu yang terbaik, Tuhan tidak segera melakukan yang diminta orang-orang. Dia tahu waktu yang tepat, yaitu untuk memuliakan Allah.supaya orang-orang bisa percaya bahwa Yesus berkuasa melawan maut dan membangkitkan orang mati. Seandainya hanya sakit disembuhkan, mungkin ya orang-orang hanya menganggap Yesus sebagai tabib atau dokter saja. Tapi berbeda Ketika Dia bisa membangkitkan. Itu artinya tidak perlu takut, tidak perlu cemas karena hidup di dalam Yesus maka maut pun dapat dikalahkannya. Artinya di dalam Yesus ada kehidupan yang selamanya.
     
  2. Semua orang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang membangkitkan dan memberi kehidupan
    Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh 11:25-26)

    Apa yang hendak Yesus nyatakan? Dia hendak mengenalkan Tuhan kepada umat manusia. Yesus hendak menunjukkan betapa Tuhan peduli kepada mereka, betapa Tuhan begitu mengasihi umat manusia. Yesus hendak menyatakan bahwa kedatanganNya untuk menyelamatkan umat manusia dan manusia bisa hidup selamanya jika mereka percaya pada Tuhan Yesus. karena itulah Dia memperlihatkan bahwa diriNya mampu membangkitkan orang mati.

    Apa yang Yesus harapkan dari murid-muridNya dan juga Marta dan Maria? Iman kepercayaan bukan sesuatu yang stagnan/tidak berubah, iman itu perlu diasah agar bertumbuh dan semakin kuat. Yang tadinya imannya hanya berdasarkan pemikiran dari manusia kini mereka diajarkan untuk mengenal pemikiran Tuhan, sehingga iman dan kepercayaan mereka terus bertumbuh. Demikian juga jika kita rindu bertumbuh di dalam Tuhan maka iman kita pun akan diasah terus. Iman tidak berhenti begitu saja. Iman itu bertumbuh, sama seperti apa dialami Marta. Percaya kepada Tuhan bukan berarti membatasi Tuhan dengan pemikiran kita.

 

Bagaimana kita mengasah iman kita?

  1. Berjalan pada kehendak Tuhan bukan kepada pemikirannya sendiri.
    Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya." (Yoh 11:9-10)

    Artinya  dalam kehidupan di dunia ini ada yang merupakan pemikiran Tuhan ada juga pemikiran sendiri. Pemikiran dari Tuhan diibaratkan 12 jam siang hari sementara sisanya pemikiran sendiri yang diibaratkan 12 jam malam hari. Usahakanlah bekerja, bertindak pada siang hari karena terang sehingga kita tahu apa yang baik di mata Tuhan. Usahakan bekerja atau bertindak berdasarkan pemikiran Tuhan sang sumber terang tersebut sehingga jalan kita tidak terantuk.

    Masalahnya kita seringkali seperti para murid yang memiliki pemikiran sendiri, yang baik menurut kita sendiri. Itulah yang membuat hati Tuhan sedih.
    Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati? " Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. (Yoh 11:37-38)

    Bukankah ketika kita mengalami titik terendah dalam kehidupan kita pun terkadang sama reaksinya dengan mereka. Mempertanyakan dan meragukan Tuhan dan jalanNya.  Tapi seringkali ditengah kekurangpercayaan kita kepada Tuhan, bukankah Tuhan tolong kita juga. Oleh karena itu teruslah berjalan bersama Tuhan, peganglah terus tangan Tuhan meskipun terkadang kita dipenuhi keraguan dari pemikiran kita. Belajarlah percaya pada Dia dan jalanNya.
     
  2. Bersyukur! Sebelum Tuhan Yesus membangkitkan Lazarus, apa yang Dia katakan?
    Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas  dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (Yoh 11:40-42)

    Tuhan Yesus memberikan teladan pada kita, bagaimana memiliki iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Bersyukur dan percaya tujuannya untuk memuliakan Tuhan. Ketika mendapatkan masalah, belajar bersyukur, karena Tuhan hendak mengajarkan sesuatu yang indah yang memuliakan namaNya.

    Jika kita melihat kehidupan yang Tuhan berikan secara utuh, maka seharusnya titik terendah bukanlah titik akhir dalam kehidupan kita.  Tuhan hadir, Tuhan ada, bahkan Tuhan menghibur dan menguatkan kita yang sedang mengalami kesedihan, duka dan lara. Tuhan membangkitkan semangat dan pengharapan di tengah keputusasaan dan keluh kesah yang timbul dari kesengsaraan yang kita alami. Di dalam kuasa Rohnya, kita dibimbing dalam semangat untuk bangkit bukan untuk terpuruk. Bagi kita yang sudah pernah berhasil bangkit dari titik terendah seharusnya terus mengingat  bahwa Tuhan tolong kita. Dengan dipimpin oleh Roh Tuhan maka kita bisa hidup dalam damai dan pengharapan dari Tuhan. Ingat bahwa kasihNya membangkitkan kita, percayakah kita?
     

Ps Anthonius Widjaja