Artikel Bagaimana Kehidupan Yang Sungguh Berbahagia?
Mazmur 1
Mazmur 1 mengajar kita kehidupan yang sungguh BERBAHAGIA (אַשְׁרֵי ashrei)
Mazmur 1:1
BERBAHAGIALAH (אַשְׁרֵי ashrei) orang yang tidak berjalan menurut ajakan orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk di komplotan pencemooh,
Mazmur 1 menggambarkan orang yang berbahagia adalah orang yang TIDAK hidup sebagai orang yang bertentangan dengan Tuhan. Dengan bahasa yang puitis, kita dapat membayangkan seseorang yang dari berjalan (mengikuti), kemudian berdiri (berhenti) dan akhirnya duduk (menetap). Jika kita perhatikan, pertentangan terhadap Tuhan ini awalnya berasal dari faktor luar:
Berjalan menurut ajakan orang fasik,
Berdiri di jalan orang berdosa,
Duduk di komplotan pencemooh,
Tetapi dengan mengikuti ajakannya, berhenti di jalan itu dan akhirnya menetap, gaya hidup yang tadinya terjadi diluar kita bertahap pun menjadi gaya hidup kita.
Perkembangan zaman telah membentuk gaya hidup yang kita lihat sebagai hal normal. Hal normal yang awalnya terjadi di dunia (di luar kita), secara bertahap menjadi hal normal dalam hidup kita.
Perkembangan zaman membentuk gaya hidup yang terlihat normal.
Perkembangan teknologi (Smartphone, gadget dan AI) membentuk kebiasaan Mindless Scrolling, menerima segala informasi tanpa berpikir, AI yang instan membentuk generasi yang tidak lagi mau berpikir, meneliti, merenungkan.
Entertainment (Musik, Game, Sosial Media) menentukan standar kecantikan/kegantengan, kesuksesan dan popularitas.
Perkembangan Industri (Pekerjaan kantoran, bisnis online, transaksi online) membuat orang yang bekerja hanya untuk meraup keuntungan (Boss), naik gaji (Karyawan). Banyak juga yang mengikuti arus konsumerisme - beli-beli-beli (Customer).
Arus dunia yang menghanyutkan ini terlihat membawakan kebahagiaan, tetapi benarkah saudara menemukan kebahagiaan dari gaya hidup demikian? Mental health menjadi sorotan zaman sekarang. Apakah saudara cemas jika sadar ketinggalan smartphone ketika berpergian? Kondisi ini disebut sebagai Nomophobia, yaitu ketakutan atau kecemasan karena smartphone tidak di dekatnya. Seorang yang bernama Eric Antonow pun menemukan sebuah alat hanya dengan harga US 19.99, - yaitu methaphone (akrilik transparan yang bentuknya seperti smartphone). Methaphone ini hanyalah mainan yang dapat ditaruh di tas, kantong, maupun dipegang di tangan. Bentuk yang mirip smartphone memberi rasa aman dan bisa dipegang oleh pemilik seakan-akan adalah smartphone sungguhan.
Katakanlah kita menghadiahkan methaphone kepada semua jemaat sebagai hadiah natal, apakah saudara akan terberkati dan pasti terlepas dari kecanduan HP? Tidak, karena akar masalahnya adalah tidak ada pengendalian diri (self-control). Akar masalahnya adalah kekosongan, gambar diri, tidak mengenal diri sendiri dan hidup tanpa makna. Jika akar masalah tidak beres, maka kita hanya mengunakan distraksi (methaphone) untuk mendistraksi hal lain. Mengapa kita di satu sisi membayar mahal untuk membeli smartphone dan kuota, di sisi lain harus membayar lagi untuk melepaskan smartphone?
Tidak ada kebahagiaan jika kita menjadi serupa dengan dunia. Mazmur 1 sering disebut sebagai Mazmur Hikmat, mengajar kita tentang kebahagiaan yang sesungguhnya.
Mazmur 1:1-2
Berbahagialah (אַשְׁרֵי ashrei) orang yang TIDAK…
Tetapi, kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
אַשְׁרֵי ashrei (muncul sebanyak 26x dalam Mazmur) adalah kondisi kebahagiaan yang diberikan Allah kepada mereka yang berjalan dalam kesetiaan kepada Tuhan.
Ketika TUHAN memberikan perintah utama kepada bangsa Israel - Shema שְׁמַע (Dengarlah), hai orang Israel! TUHANlah Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kautaruh dalam hatimu (Ul. 6:4-6).
Ulangan 6:7
Haruslah engkau mengajarkannya BERULANG-ULANG kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun.
אַשְׁרֵי ashrei memang diberikan oleh Allah, tetapi tidak jatuh dari langit. Sama halnya ketika seseorang bisa dibawa arus dunia secara bertahap (berjalan, berdiri, duduk), seseorang juga secara bertahap dituntun ke dalam kebahagiaan אַשְׁרֵי ashrei yang diberikan Allah.
Mazmur 1:3
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, tidak pernah layu daunnya; apa saja yang dilakukannya berhasil.
Sebagaimana kebahagiaan אַשְׁרֵי ashrei yang diberikan Allah, seorang disebut berbahagia adalah orang yang ditanam Tuhan di tepi aliran air. Pohon seperti ini berakar pada tempat yang mendapat aliran air. Yang kita bayangkan mungkin adalah pohon di tepi sungai. Daerah tertentu yang ditempati bangsa Israel mungkin mendapat curah hujan yang cukup maupun aliran sungai. Tetapi tidak semua daerah Israel adalah subur. Dalam penemuan arkeologis di Tel Be’er Sheba, daerah selatan Israel dekat padang gurun ditemukan sistem perairan yang menarik. Karena daerah tersebut jarang hujan, mereka membuat tempat penampungan air yang besar lengkap dengan saluran-saluran untuk mengalirkan air tersebut ke kebun agar tanaman tetap hidup selama musim kemarau.
Orang yang mendengarkan mazmur ini pada zaman tersebut akan langsung menangkap maksudnya. Seseorang disebut bahagia sangat bergantung pada kehidupannya yang dipenuhi (diairi) dengan aliran air - firman Tuhan. Mau di daerah yang subur maupun gersang, jika ia terus menerus mendapatkan aliran air, dipenuhi oleh firman Tuhan, ia berbahagia. Ia akan menghasilkan buah pada waktunya, daunnya tidak akan layu, dan apa yang diperbuatnya pasti berhasil.
Bagaimana kita mengukur keberhasilan seseorang?
Ada sebuah kisah karya Shel Silverstein tentang seorang anak dan sebuah pohon. Anak ini sering bermain disekitar pohon ini, memanjat batang, memakan apel dan juga tidur dibawah naungannya. Pohon itu sangat mencintai anak tersebut dan bersukacita setiap kali anak tersebut datang. Namun, ketika anak tersebut mulai bertumbuh dewasa, anak tersebut jarang mengunjungi pohon. Pohon tersebut merindukannya.
Suatu hari anak tersebut datang. Pohon tersebut senang dan berkata, “Come, Boy, come and climb up my trunk and swing from my branches, eat apples and play in my shade and be happy” (“Sini, Nak, sini panjat batang pohonku dan berayunlah di dahan-dahanku, makanlah apel dan bermainlah di bawah naunganku dan bergembiralah”. Tetapi ia terlihat tertekan dan mulai curhat kepada pohon tentang kondisi finansialnya. Pohon pun menawarkan buah-buah apelnya untuk dijualnya dan mendapatkan uang. Dengan senang anak tersebut memetiknya dan pergi.
Bertahun-tahun kemudian, anak tersebut datang lagi. Pohon tersebut senang dan berkata, “Sini, Nak, sini panjat batang pohonku dan berayunlah di dahan-dahanku, makanlah apel dan bermainlah di bawah naunganku dan bergembiralah”). Tetapi anak tersebut berkata, “Saya tidak memiliki waktu untuk itu. Saya butuh rumah untuk keluarga saya. Apakah kamu memiliki rumah?” Pohon tersebut pun menawarkan dahan-dahannya. Anak tersebut memotong dahan-dahannya dan pergi untuk membangun rumah.
Waktu berlalu, anak itu datang kembali, kini sudah tua dan lelah. Pohon tersebut dengan senang berkata, “Sini, nak..” Tetapi ia mendapat jawaban,”Saya sudah terlalu tua dan sedih. Saya mau sebuah perahu untuk membawaku pergi jauh. Dapatkah kamu memberikanku sebuah perahu?” Pohon pun menawarkan batang pohonnya. Anak tersebut menebang batangnya, membuat perahu dan pergi.
Waktu terus berjalan, anak tersebut kembali datang, saat itu sudah sangat tua. Pohon tersebut sedih karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan kepadanya. Anak tersebut berkata, “Aku tidak mengingini apa-apa lagi sekarang. Saya hanya ingin tempat yang tenang untuk duduk dan istirahat”. Pohon tersebut pun meluruskan badan dan mengundang, “Sini, nak, tunggul tua ini nyaman untuk duduk dan beristirahat”. Anak tersebut pun duduk disitu.
Menurut saudara, kapan anak ini berhasil? Dan kapan merasakan bahagia? Sebenarnya awal dan akhir (masa kecil dan masa tua) kehidupan kita bisa mengajar kita hikmat. Masa kecil mengajar kita untuk bermain dan menikmati hari-hari dalam kebahagiaan. Disisi lain, masa tua (penuaan) memang terlihat menyedihkan karena tidak produktif lagi, tetapi sebenarnya adalah masa penting untuk mengajar kita merenungkan hidup dan makna yang sesungguhnya.
Tetapi hikmat tidak memandang usia. Hikmat ada pada orang yang mengasihinya.
Pengkhotbah 4:13
Lebih baik seorang muda yang miskin tetapi berhikmat daripada seorang raja yang tua tetapi bodoh, yang tak mau lagi diperingatkan.
Amsal 8:17
Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari mendapatkan daku.
Artinya, kita dapat menjalani hidup dengan hikmat jika kita mengasihi dan mencari hikmat. Hikmat adalah aliran air yang kita butuhkan untuk kebahagiaan yang sesungguhnya. Tanpa hikmat, sekalipun di dalam kehidupan yang nyaman, ia tidak pernah puas apalagi bersyukur. Tanpa hikmat, ketika keadaan gersang seperti di Tel be’er Sheba, seseorang akan menyalahkan tidak ada hujan dan musim kemarau. Tetapi hikmat adalah secara intensional membuat tempat penampungan air dan membentuk saluran-saluran air untuk kebutuhan air terpenuhi.
Ada yang mengatakan, di dunia ini ada 2 jenis orang. Yang satu adalah problem seeker - orang yang selalu menunjuk kepada masalah. Yang kedua adalah solution seeker - orang yang menyadari masalah dan menemukan solusi. Jika saudara bukan jenis kedua, maka saudara adalah jenis yang pertama. Di dunia ini terlalu banyak jenis pertama, hikmat memanggil kita untuk tidak hanya menunjuk pada masalah, tetapi menemukan dan mengerjakan solusinya.
Mazmur 1:4-6
Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang dihamburkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, dan orang berdosa dalam kumpulan orang benar; Sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Kita dapat melihat bagaimana Tuhan melakukan pemisahan antara orang berdosa dan orang benar. Dalam proses menampi padi, sekam akan terbang dihamburkan angin. Sekam adalah bagian yang tidak berguna dan akan dibuang. Demikianlah orang fasik dalam penghakiman. Orang yang berbahagia bertahan pada masa penghakiman karena ia mendengarkan firman Tuhan.
Dunia akan semakin maju dan canggih, pertanyaannya bagaimana kita memahami kebahagiaan? Apakah kita akan mengikuti arus dunia demi mengejar kebahagiaan? Definisi kebahagiaan bagi setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung jalan hidup yang dipilihnya. Restoran yang bebas untuk merokok disukai oleh perokok, tetapi tidak untuk orang yang benci bau rokok. Apa yang menjadi kebahagiaan untuk orang fasik adalah penyiksaan bagi orang benar. Seperti surga bagi nyamuk dan neraka bagi manusia bisa merujuk pada tempat yang sama.
TUHAN menyediakan kehidupan yang BERBAHAGIA (אַשְׁרֵי ashrei) bagi setiap kita yang rindu pada suara-Nya. Maukah saudara menerimanya?
Wennie Dong