Search

Artikel Apakah Trinitas Membingungkan Bagimu?

Seringkali yang menjadi pertanyaan adalah “Ada berapa sich, Allah orang Kristen? atau “Apakah orang Kristen menyembah Tiga Allah?” Pemahaman kekristenan soal Trinitas sering mendapatkan cercaan, hinaan serta dianggap tidak rasional dan bodoh. Kekristenan dianggap sebagai agama yang bodoh dan tidak rasional terutama dalam konsep Tuhan yang mati bagi manusia. Mengapa Tuhan sebodoh itu harus mati bagi manusia? Paulus mengatakan,

Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah (1 Kor. 1:18)…..sebab apa yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia (1 Kor. 1:25)

Kita bergumul untuk memahami Trinitas karena kita tidak menciptakannya melainkan karena Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Paulus memberkati jemaat dengan berkata, “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor. 13:13). Siapakah Bapa, Siapakah Anak dan Siapakah Roh Kudus? Mengapa ada Tiga Allah? Bapa adalah “Aku adalah” (Yoh. 12:28) dan Yesus juga adalah “Aku adalah” (Yoh. 17:4) dan Roh Kudus juga adalah “Aku adalah” (Kis. 13:2). Bapa mengatakan, “Engkau Anakku” (Mark. 1:1) dan Kristus berkata, “Engkau BapaKu (Yoh. 17:2). Bapa mengasihi Anak (Yoh. 3:35) dan Anak mengasihi Bapa (Yoh. 14:31) dan Roh Kudus bersaksi bagi Anak (Yoh. 15:26). Allah adalah “yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang” (Why. 1:4) dan Yesus juga adalah “yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang” (Why. 1:8). Yesus memohon kepada Bapa untuk mengirim Roh Kudus (Yoh. 14:15-17) dan Roh Kudus adalah Roh diri-Nya sendiri (Kis. 16:7). Membingungkan, bukan?

Jika Yesus adalah Allah, maka Yesus berdoa kepada siapa ketika Ia mengatakan, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:26). Dan mengapa Yesus disebut sebagai Anak Allah? Apakah Allah melahirkan Anak? Dan Yesus mengatakan, “Bapa lebih besar daripada Aku?” (Yoh. 14:28), jika Yesus adalah Allah mengapa Ia lebih kecil dari Bapa? Jika demikian, siapakah Yesus? Bagaimana Yesus yang adalah Tuhan Allah berdoa kepada Allah? Dan Yesus mati di kayu salib, bukankah Allah tidak bisa mati? Membingungkan, bukan?

Darimana konsep Allah Trinitas bisa muncul sedangkan Alkitab sendiri tidak menggunakan kata “Tritunggal” atau “Trinitas”? Well, dalam perintah baptisan Yesus mengatakan, “Baptislah mereka dalam nama (onoma: singular) Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat. 28:19). Bagian ini sebenarnya sudah cukup jelas menyatakan bahwa Allah itu esa, jika tidak kalimatnya akan berbunyi, “Baptislah mereka dalam “nama-nama”(onomata)…” sebab ada tiga nama di sini yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus. Dan Sebab telah jelas Alkitab menegaskan, “Dengarlah, hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu Esa!” - shema yisrael Adonai eloheynu Adonai echad (Ul. 6:4). Allah berfirman, “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian, tidak ada Allah selain dari pada-Ku” (Yes. 44:6). Dalam sejarah kekristenan, para rasul, para murid atau pengikut Kristus, para bapa gereja mati dibunuh mati demi mempertahankan iman mereka, yakni iman yang tidak rasional ini.

Ironisnya, apabila kekkristenan adalah sebuah agama yang diciptakan manusia, mengapa harus membuatnya sedemikian rumit? Bukankah sebaiknya membuatnya jauh lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami agar pengikutnya bisa lebih banyak? Mengapa harus ada Allah Trinitas yang sedemikian ribet dalam kekristenan? C. S. Lewis mengatakan

It is the simple religions that are the made-up ones…If Christianity was something we were making up, of course we could make it easier. But it is not. We cannot compete, in simplicity, with people who are inventing religions. How could we? We are dealing with Fact. Of course anyone can be simple if he has no facts to bother about” (C. S. Lewis, Mere Christianity, (Fount, 1997), p. 137.

Menurut C. S. Lewis, kalau manusia membuat agama, maka manusia akan membuat agama yang sederhana, mudah dipahami. Namun ketika kita tidak menciptakan agama, kita akan berhadapan dengan kenyataan yang sulit di mana Allah memperkenalkan diri-Nya.

Yesus adalah Allah

“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kol. 1:15).

Yesus berkata, “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh. 14:9).

Yesus adalah Firman Allah yang menjadi manusia

“Yesus Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2:5b-7).

Ia membatasi diri-Nya dengan menjadi manusia. Ia tidak melepaskan kesetaraan dengan Allah, Ia mengosongkan Diri-Nya, sebagai Firman Allah, Ia menjadi manusia (inkarnasi).

Pada mulanya adalah Firman: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh. 1:1-3).

Yesus adalah Firman Allah yang bersama-sama dengan Allah. Dia adalah Allah. Melalui Dialah segala sesuatu dijadikan. Pertanyaannya, apa Firman itu? Firman adalah Allah, Sabda Allah, pikiran Allah, konsep Allah. Firman Allah adalah Allah Sendiri dan Firman bersama dengan Allah.

Namun Yesus yang adalah Firman Allah ini menjadi manusia.

“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah daripada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9)

Yesus yang dalam rupa Allah, setara dengan Allah mengosongkan diri-Nya, merendahkan diri-Nya dan mengambil posisi lebih rendah dari malaikat dan menjadi manusia dalam waktu yang singkat. Ia menjadi manusia agar Ia dapat mengalami maut bagi manusia.

Mengapa Yesus bisa mati? 

“Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah: Ia yang telah dibunuh  dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1 Pet. 3:18).

Bagian ini sudah jelas, yakni kemanusiaan Yesus mati dan ketuhanan Yesus menghidupkan Diri-Nya. Sebab Allah tidak mungkin bisa mati, namun ketika Yesus menjadi manusia, kemanusiaan Yesus bisa mati. Dan karena ketuhanan Yesus tidak bisa mati, sehingga Ia dapat bangkit dari kematian.

Kesimpulan

Jika kita bertanya, apa hubungan Allah dengan Firman Allah? Yang mana duluan ada, apakah duluan Allah atau duluan Firman Allah? Allah dan Firman Allah itu tidak terpisahkan, dari situlah konsep trinitas berasal dan berpijak. Jika kita kembali bertanya, yang mana ada terlebih dulu, apakah Allah atau Roh Allah? Allah dan Roh Allah tidak terpisahkan, keberadaan Allah dan Roh Allah bersama-sama. Roh Allah adalah hidup-Nya Allah. Allah Trinitas merupakan kesaksian Allah sendiri di bumi, Firman Allah menegaskan,

“Sebab ada Tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu” (1 Yoh. 5:7).

Inilah kesaksian yang Allah berikan bagi manusia (1 Yoh. 5:8), bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah satu.

Ps. Lan Yong Xing