Artikel Apa Arti Percaya Kepada Tuhan?
Yakobus 2:16-18
Silahkan bertanya kepada orang yang duduk di sebelah Anda, "Apakah kamu percaya pada Tuhan?" Apabila kita ditanya apakah Saudara percaya pada Tuhan Yesus, kita mungkin menjawab "ya" saya percaya. Namun, sungguhkah kita percaya kepada-Nya?
Orang yang beribadah selama bertahun-tahun belum tentu adalah orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Saya sering mengatakan bahwa apabila kepercayaan kita kepada Tuhan tidak melebihi kepercayaan Iblis kepada Tuhan, maka kita tidak dapat diperhitungkan sebagai orang percaya.
Mengapa percaya pada Tuhan sedemikian penting? Yesus mengatakan, "Tetapi kamu TIDAK PERCAYA, karena kamu TIDAK TERMASUK DOMBA-DOMBA-KU" (Yoh. 10:26). Siapa yang percaya kepada Kristus termasuk domba-domba-Nya. Katakan kepada orang yang duduk di sebelah Anda, "Kamu adalah domba-Nya."
Seperti yang kita ketahui Abraham merupakan teladan iman. Firman Tuhan di Yakobus 2:22-23 mencatat:
Kamu lihat bahwa IMAN BEKERJA SAMA dengan perbuatan-perbuatannya dan OLEH PERBUATAN-PERBUATAN ITU IMAN MENJADI SEMPURNA. Dengan demikian, genaplah nas yang mengatakan, "Lalu PERCAYALAH Abraham kepada Allah, maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu, Abraham disebut "Sahabat Allah". (Yak. 2:22-23)
Apa perbuatan iman kita sebagai orang percaya? Apakah kita sungguh-sungguh beribadah atau demi dilihat manusia? Apakah kita menuruti pengajaran Allah atau ajaran manusia? Pada hari Jumat, setelah pelayanan di Puncak, Bogor saya harus kembali ke Batam. Sebelumnya, banyak yang memberitahu saya untuk memesan tiket penerbangan jam 19.20. Karena penerbangan sore sulit digapai mengingat macet karena liburan.
Setelah beberapa kali berdoa, saya diyakinkan untuk menggunakan penerbangan jam 16.00. Cukup lama saya menunda pembelian tiket pulang. Namun, saya berpikir iman harus disertai perbuatan. Jika saya percaya apa yang Tuhan katakan kepada saya, maka saya harus bertindak, yakni membeli tiket. Dalam doa, saya berkata, "Tuhan saya percaya pada petunjuk yang Engkau berikan kepada saya. Saat ini saya memesan tiket."
Saudara, firman Tuhan mengajarkan bahwa seseorang yang percaya kepada Tuhan pasti adalah orang yang menaati Tuhan. Yesus mengatakan,
"Barangsiapa PERCAYA kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa TIDAK TAAT kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh. 3:36).
Seorang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, pasti adalah orang yang menaati Kristus. Seorang yang tidak percaya kepada Kristus, tidak akan menaati Kristus. Seseorang yang percaya akan diberikan hidup yang kekal. Sebaliknya, seseorang yang tidak taat akan menghadapi murka Allah.
Apabila kita percaya kepada Allah, kita akan:
1. Mencari Allah
Orang yang percaya pada Allah pasti mencari Allah. Sebab, makna dan tujuan hidupnya ada di dalam Allah, Raja Semesta Alam. Percaya kepada Allah membuat kita mengenal dan merindukan Dia. Firman Allah di Ibrani 11:6 mengajarkan,
Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa BERPALING KEPADA ALLAH, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi UPAH kepada orang yang SUNGGUH-SUNGGUH MENCARI DIA. (Ibr. 11:6)
2. Mengasihi Allah
Iman kita membawa kita untuk mengasihi Allah. Kita menjadi milik kesayangan-Nya. Dalam Yohanes 16:27, Yesus mengajarkan,
"Bapa sendiri MENGASIHI kamu, karena kamu telah MENGASIHI Aku dan PERCAYA, bahwa Aku datang dari Allah." (Yoh. 16:27)
Seorang ibu ingin memberikan persembahan kepada Tuhan dalam jumlah yang agak besar. Tetapi, dia tidak berpenghasilan. Dia berlutut dan memohon kepada Tuhan. Tidak lama setelah itu, Tuhan memberikan dia uang dalam jumlah besar melalui suaminya. Ketika dia bertanya kepada suaminya apakah dia boleh mempersembahan semua uang yang dia terima dari suaminya kepada Tuhan, suaminya mempersilahkannya. Karena imannya kepada Tuhan, dia berdoa memohon Tuhan memberikan dia uang untuk dia persembahkan.
3. Menyimpan Firman-Nya dalam Diri Kita.
Ketika kita percaya pada Tuhan, kita juga percaya pada perkataan-perkataan-Nya.
"dan FIRMAN-NYA tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu TIDAK PERCAYA kepada Dia yang diutus-Nya." (Yoh. 5:48). Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebahagiaan, dan berbahagialah orang yang PERCAYA kepada TUHAN (Amsal 16:20).
Setelah mempelajari kitab Yeremia hingga pasal 5, seorang ibu berlutut di rumah dan menangis. Dia menangis karena dia tidak mengerti. Dia memohon Tuhan mengajar dia. Setelah itu, setiap kali dia belajar kitab Yeremia di OSTM, dia dapat mengerti. Umumnya, ketika seseorang tidak mengerti firman Tuhan, ia cenderung menyerah. Tetapi, dalam iman, ibu ini justru memohon bimbingan Tuhan dan Tuhan pun memberikan dia pengertian.
4. Mengalami Kepuasan
Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia TIDAK AKAN LAPAR LAGI, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia TIDAK AKAN HAUS LAGI (Yoh. 6:35). Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan MENGALIR ALIRAN-ALIRAN HIDUP." (Yoh 7:38)
Semakin seseorang mencari Tuhan, mengasihi-Nya dan menyimpan firman-Nya, ia semakin mengalami kepuasan. Hanya orang-orang yang pernah mengalami Tuhan dapat memahami hal tersebut.
Saudara, dalam kepercayaan kita kepada Kristus Yesus, kita diikutsertakan dalam pekerjaan Allah. Allah dalam misi-Nya, Ia ingin menyelamatkan seluruh ciptaan-Nya. Dia ingin mewujudkan damai sejahtera, kasih dan keadilan di dunia ini. Oleh sebab itu, Dia memanggil kita menjadi saksi-saksi.
Hidup sebagai saksi Kristus artinya ketika orang melihat hidup kita, mereka melihat makna dan tujuan hidup kita terhubung pada Kerajaan Tuhan yang kekal.
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah buku karya Edward Ong. Di usia 44 tahun, dia sudah siap untuk pensiun. Namun, hatinya sangat bergejolak. Dia menemukan Tuhan tidak mau dia pensiun. Sebaliknya, Tuhan memberikan dia sebuah perintah yang sangat jelas "Mengubah abu menjadi keindahan." Oleh sebab itu, dia doa puasa selama 7 hari. Panggilan Tuhan untuknya adalah mendirikan sebuah resort dengan investasi jauh melampaui kemampuan keuangannya di kota dengan pendapatan terendah di Malaysia, yaitu Sabah. Pada masa itu, Sabah adalah sebuah kota yang sangat terbelakang dan bahkan sering mati lampu. Orang-orang berpendapat keputusan Edward sangat dila dan bodoh. Terlebih, Edward tidak mempunyai pengalaman perhotelan. Pejabat pemerintah menyarankan Edward untuk berinvestasi di Penang saja. Namun, Edward jelas bahwa Tuhan ingin dia mendirikan resort bintang lima di Sabah.
Setelah selesai digambar arsitek dan melakukan perhitungan, investasi tersebut senilai 330 juta Ringgit untuk tahap pertama. Edward memilih lokasi rawa-rawa yang sangat jelek. Sebab, perintah Tuhan jelas, mengubah abu menjadi keindahan. Dia mengundang ahli lingkungan untuk melakukan penelitian. Hasilnya adalah setelah proyek tersebut, kehidupan laut akan menjadi semakin kaya dan hidup. Dengan demikian, Edward semakin yakin bahwa ini merupakan tugas yang Tuhan percayakan kepadanya.
Untuk reklamasi, dia butuh menimbun 30 juta ringgit ke dalam rawa-rawa. Sebuah angka yang sangat tinggi. Ketika dia sedang sedih, dia mendapatkan berita bahwa seorang kepala proyek butuh menggali pasir untuk membuat pelabuhan. Maka dia menghubungi kepala proyek tersebut bahwa dia bersedia mengangkut pasir dari mereka. Mereka cukup membayar 1 dollar. Kepala proyek tersebut langsung naik jabatan, karena dia membantu perusahaan menghemat uang dalam jumlah sangat besar.
Demi mempermudah proyek tersebut, orang-orang pada menganjurkan Edward untuk menyuap pejabat setempat, tetapi dia bertekad untuk setia pada Kristus dan menempuh jalur legal tanpa suap-menyuap. Seorang pejabat pemerintah berkata kepada Edward, "Kamu terlalu kekanak-kanakan. Suap-suap adalah hal yang sangat biasa. Investasimu tidak akan dapat jalan tanpa menyuap pemerintah."
Edward mengundang KPK Malaysia untuk mengaudit keuangan perusahaannya. Orang-orang menganggap Edward bodoh dan gila. Namun Edward bersikeras. Setelah audit, orang KPK berkata, "Jika setiap perusahaan seperti bapak, makmurlah Malaysia."
Edward mengundang Mahathir Mohamad sebagai tamu terhormat. Mahathir berkenan hadir, dia berpikir dengan demikian proyek tersebut akan berjalan dengan baik.
Namun, semua berubah ketika seorang politikus berkuasa terpilih untuk memimpin wilayah Sabah. Edward dipanggil ke kantor politikus yang baru berkuasa. Setelah ramah tamah, politikus tersebut mengatakan bahwa jika Edward tidak mau membayar sejumlah uang, maka proyek resort akan dihentikan. Edward sedih berat. Dia sudah menginvestasikan sangat banyak uang. Pengacara menasihati Edward untuk mengalah terlebih dahulu dan baru berjuang kemudian.
Setelah berdoa kepada Tuhan, Edward menulis surat kepada politikus berkuasa tersebut dengan tembusan kepada semua menteri Malaysia. Berhubung tidak dapat ditemukan kesalahan di pihak Edward, maka proyek dilanjutkan. Tidak ada berita baik di koran. Berbagai tuduhan ditujukan terhadap Edward. Reklamasi merusak lingkungan dan lain sebagainya.
Krisis perekonomian tahun 1998 membuat Edward sangat terpukul. Dalam waktu singkat, hutang Edward melonjak dari 750 juta Ringgit menjadi 2 miliar Ringgit. Investasi menjadi tiga kali lipat lebih besar. Pada saat itu, Edward merasa seperti ditipu Tuhan. Tidak sesuai dengan janji-Nya.
Orang-orang menyarankan Edward untuk melarikan diri, toh tidak ada aset yang ditahan bank. Lagi pula hotel belum didirikan. Masih berupa tanah kosong. Dia konsultasi dengan para ahli hukum. Ternyata jika dia meninggalkan proyek tersebut, hal itu legal, tetapi tidak etis. Tuhan tidak mengizinkan Edward melakukan hal tersebut. Edward menemui pimpinan dari 5 bank tempat dia meminjam uang. Orang-orang bank merasa heran, sebab pada masa krisis ekonomi justru mereka yang harus mengejar-ngejar orang. Edward adalah satu-satunya orang yang berinisiatif berinisiatif mencari mereka. Edward memohon kepada pihak bank untuk memperpanjang masa pembayaran hutang. Pimpinan bank membutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun untuk menyepakati perpanjangan jangka waktu pembayaran buat Edward.
Beberapa waktu kemudian, Sang Politikus berkuasa itu naik jabatan. Dia berkata, "Pemerintah tidak menyediakan listrik buat hotel Anda. Anda harus me ndirikan pembangkit listrik sendiri."
Edward terpaksa mencari konsultan. Konsultan mengatakan mereka harus mendirikan pembangkit listrik 35 megawatt. Setelah didirikan, ternyata, pembangkit listrik 7 megawatt sudah mencukupi. Jadi, bagaimana dengan tenaga listrik yang berlebih? Edward mendirikan laundary untuk mencuci sprei dan handuk. Karena Edward memiliki laundry yang dapat mencuci sprei dan selimut besar, maka setiap hotel di Sabah menggunakan fasilitasnya. Pelayanan laundry menjadi berkat bagi banyak hotel.
Setelah pembangunan selama 20 tahun, resort Edward berdiri dan meningkatkan perekonomian Sabah. Namun pada tahun 2000-an, bisnis perhotelan sangat terpukul. Tahun 2001, peristiwa 911 di New York. Tahun 2002, pengeboman di Bali. Tahun 2003, SARS. Setiap hotel menurunkan harga kamar. Edward berdoa dan konsultasi kepada Tuhan. Setelah berdoa, Edward sangat yakin bahwa dia harus menaikkan harga kamar. Setiap orang menentang kebijakan Edward. Namun, karena Edward adalah pemilik hotel, dia dapat mempertahankan keputusan yang Tuhan tempatkan di hatinya. Tuhan memerintahkan Edward untuk memperhatikan hotel-hotel kecil.
Sebagai hotel bintang 5, kebijakannya sangat berpengaruh terhadap hotel-hotel kecil. Jika dia menurunkan harga hotel, maka hotel-hotel kecil akan kehilangan bisnis dan bahkan bankrut. Setelah melewati masa-masa sulit, bisnis perhotelan di Sabah pun segera pulih. Orang-orang senang dengan kebijakan Edward. Edward mengalami kepuasan karena dia dapat ikut serta dengan pekerjaan Allah dalam membangun kota Sabah dan memajukan perekonomian Sabah.
Fokus Edward bukan menjadi orang kaya. Tetapi, melaksanakan tugas yang Tuhan perintahkan kepadanya. Mengubah abu menjadi keindahan. Sekalipun tidak mempunyai pengalaman maupun latar belakang bisnis perhotelan, Edward berpegang teguh pada imannya dan taat kepada perintah Allah kepadanya. Edward percaya kepada Tuhan, sehingga dia mencari Tuhan, memohon petunjuk Tuhan dan menaati-Nya.
Iman bukan sekadar pengetahuan kognitif. Iman kepada Tuhan melahirkan perbuatan yang sesuai dengan iman. "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati." (Yak. 2:17). Firman TUHAN di Yudas 1:5 mengingatkan kita,
"Sekalipun kamu telah mengetahui semuanya itu dan TIDAK MERAGUKANNYA lagi, aku ingin MENGINGATKAN kamu bahwa memang Tuhan, menyelamat umat-Nya dari tanah Mesir, namun kemudian membinasakan mereka yang tidak percaya.
Sebagai orang percaya dan sudah tidak meragukan Tuhan lagi, kita harus selalu ingat agar kita tidak menjadi seperti umat Tuhan yang diselamatkan dari Mesir tetapi dibinasakan di padang gurun karena tidak percaya.
Bagaimana kita percaya kepada Allah?
Marilah kita melakukannya dengan MATA YANG TERTUJU kepada Yesus, yang MEMIMPIN kita dalam IMAN dan membawa IMAN kita itu kepada KESEMPURNAAN, yang dengan MENGABAIKAN KEHINAAN tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr. 12:2)
Percaya adalah dengan mata yang tertuju kepada Kristus. Dia akan membawa iman kita kepada kesempurnaan. Dengan dipimpin Kristus, iman kita akan mencapai kesempurnaan.
Ps. Lan Yong Xing