Search

Pendalaman Alkitab Yehezkiel Pasal 21 - Yang Rendah Ditinggikan, Yang Tinggi Direndahkan

Bagaimana respon kita ketika didatangi polisi dan diberikan surat untuk menghadap ke pengadilan?

  1. Takut. Mungkin karna memikirkan apa kesalahan kita sehingga didatangi polisi atau bisa juga karena membayangkan hukuman yang akan diterima.
  2. Tidak takut. Karena berpikir punya koneksi orang dalam, sehingga yakin tidak akan dihukum. Surat dari polisi dan polisinya pun diabaikan. Berpikir bahwa tidak akan diadili dan dihukum

Nah apa yang dilakukan oleh bangsa Israel ini seperti orang yang tidak takut atas hukuman yang akan mereka terima sebagai konsekuensi dari tindakan mereka. Dalam Yehezkiel 21 ini merupakan kelanjutan dari Yeh. 20:45-49 yang berbicara tentang kehancuran bangsa dan tanah Israel. Yehezkiel sebelumnya sudah mengeluh kepada Tuhan karena harus menyampaikan nubuatan tentang yang kehancuran bangsa Israel. Oleh karena tidak segera, terjadi maka nubuatan Yehezkiel ini mendapatkan sindiran dari bangsanya sendiri. Apakah Allah menjawab Yehezkiel? Tidak, malah diberikan perintah untuk memberikan nubuatan yang lebih keras. Yehezkiel diperintahkan untuk mengucapkan banyak teguran dan bernubuat untuk melawan tanah Israel dan mengatakan bahwa Allah akan menjadi lawan bangsa Israel. Ini sangat mengerikan, bukan? Bukan saja Allah tidak berada di pihak Israel saja tapi menjadi lawan bangsa Israel.

Katakanlah kepada tanah Israel: Beginilah firman Tuhan: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu dan akan mencabut pedang-Ku dari sarungnya dan melenyapkan dari tengah-tengahmu orang benar dan orang fasik. (Yeh 21:3)

Apa perasaan saudara jika Allah mengatakan lewat nabinya mengatakan bahwa saudara adalah lawan Allah? Mungkin saudara akan takut dan sehingga berpikir apa saja yang menjadi tindakanku yang membuat Tuhan marah. Atau mungkin juga mengatakan, tidak mungkin hal tersebut terjadi. Aku kan anak Tuhan, aku kan kesayangannya Tuhan, tidak mungkin lah Tuhan marah dan menghukum aku. Itulah yang dipikirkan oleh bangsa Israel, yang menganggap bahwa mereka adalah umat pilihan Allah sehingga tidak mungkin dibinasakan.   

Jika sebelumnya, murka Allah digambarkan dengan "api", maka dalam perikop ini amarah Tuhan digambarkan seperti pedang pembunuh. Istilah "api" dan "pedang" memiliki fungsi yang sama, yakni memusnahkan dan membunuh. Allah menggunakan kata "pedang" untuk memperlihatkan bahwa diri-Nya mengangkat bendera perang. Artinya, Allah akan melenyapkan umat-Nya, baik orang benar maupun orang fasik. Cara Allah membinasakan umat-Nya dengan memakai kerajaan Babel. Allah memakai tangan Si Pembunuh, yaitu raja Babel, menjadi pedang penghakiman dan kematian bagi umat Israel.

Diasah untuk menumpahkan darah dan digosok supaya mengkilap seperti petir. Apakah kita akan bersukacita? --Tongkat anakku menghina segala macam kayu. – (Yeh 21:10)

Gambaran Pedang :

  • Diasah. Itu artinya pedang itu dipersiapkan dengan baik agar tajam sehingga dapat dipergunakan dengan maksimal, yaitu untuk menumpahkan darah. Jadi penghukuman Tuhan itu tidak akan setengah-setengah, dilakukan dengan maksimal dan akan menghancurkan semuanya.
  • Digosok. Supaya mengkilap, hal ini dilakukan agar memberikan kengerian kepada oragn yang akan ditumpas ketika pedang itu dicabut. Pedang itu akan menjadi semacam pedang yang bernyala-nyala. Pedang yang mengkilap itu melambangkan kemuliaan keadilan Allah yang selama ini tak Nampak karena kesabaran-Nya dan penangguhan penghakiman-penghakiman-Nya, namun kini kemuliaan itu akan mengkilap lagi bagaikan petir.
  • Pedang itu adalah pedang yang penuh kuasa, tak ada yang bisa bertahan di hadapannya Tongkat anakku menghina segala macam kayu (KJV: Pedang itu menghina tongkat anakku seperti segala macam kayu). Pemerintahan bangsa itu disebut tongkat, tongkat yang kuat. Kita membaca (Yeh 19:11) tentang cabang yang kuat yang mereka miliki yang menjadi tongkat kerajaan. Tetapi ketika pedang keadilan Allah dicabut, ia menghina tongkat ini, tidak menganggapnya sama sekali. Meskipun itu tongkat yang kuat, dan tongkat anaknya, itu tidak lebih daripada sekadar segala macam kayu. Apabila umat yang mengaku sebagai umat Allah telah memberontak dari-Nya, dan hidup dalam pemberontakan melawan Dia, pedang Tuhan akan  merendahkan(menghancurkan) mereka.
  • Pedang yang sudah dicabut Tuhan dari sarungnya (ayat 5). Artinya penghukuman dari Tuhan sudah pasti terlaksana untuk menghancurkan bangsa Israel.

Dampaknya :

  • Mengerang : seperti tulang pinggangnya patah dan yang berada dalam kesengsaraan yang pahit.(ay.6)
  • Hati menjadi tawar (tidak ada semangat), tangan menjadi lemah lesu, semangat hilang, terkencing ketakutan.(ay 7)
  • Berkabung. (ay 12)
  • Hati menjadi hancur.(ay. 15)

Kita dapat perhatikan bahwa dampaknya sungguh sangat mengerikan, begitu besarnya penderitaan yang akan mereka alami. Bayangkan, saking hebatnya penderitaan yang bakal dialami bangsa Israel, Allah memerintahkan Yehezkiel mengerang kesakitan  dan berkabung. Sebab pedang kematian Allah akan membabat orang-orang fasik. Walau seluruh wilayah Israel telah dihancurkan Allah menjadi puing-puing, namun Ia mampu membangun kembali kerajaan Daud dari timbunan puing tersebut. Kerajaan itu Allah titipkan untuk sementara waktu bagi mereka yang setia kepada-Nya sampai tiba ahli waris yang sejati untuk mengambil alih kuasa dan memerintah kerajaan tersebut.

Bagaimana perasaan Yehezkiel ketika harus menyampaikannya?

Di satu sisi, dia menggambarkan bagaimana hati Allah terhadap umatNya yang penuh dengan kegeraman, kemarahan akibat dari apa yang dilakukan oleh bangsa Israel. Dan dia harus menyampaikannya (dengan bertepuk tangan)  dengan agar bangsa Israel itu bisa melihat bagaimana murkanya Tuhan. Tepuk tangan di sini bisa bermakna bahwa Yehezkiel menyetujui tindakan Allah menghukum umat-Nya. Allah sendiri akan bertepuk tangan (ayat 17) oleh karena penghukuman-Nya itu memuaskan rasa keadilan-Nya: "hati-Ku yang panas menjadi tenang kembali." namun di sisi lain dia tidak bersukacita atas penghukuman bangsanya. bagaimana muka Yehezkiel tidak akan muram, ketika Yerusalem porak-poranda?

Sebenarnya kita bisa belajar dari nabi Yehezkiel, terhadap sesama kita yang hidupnya menjauh dari Tuhan. ketika mereka mendapatkan pendisiplinan dari Tuhan, seharusnya kita tidak bersukacita karena mereka menderita, kita pun harus turut membantu mereka agar mereka kembali lagi pada Tuhan.

Allah kita murah hati dan panjang sabar. Meski demikian, Ia tidak pernah menolerir orang yang terus-menerus hidup dalam kubangan dosa. Sebab akan tiba saatnya Allah akan mendatangkan hukuman atas mereka yang nyaman dalam keberdosaan. Sekali murka-Nya menimpa kita, maka kehidupan kita akan dihancurkan. Karena itu, berhati-hatilah kita dalam hidup, berbicara, dan berperilaku. Tidak ada seorang pun yang mampu bertahan dari penghukuman Allah. Dia berdaulat dan berkuasa atas umat manusia. Perikop ini harus menjadi peringatan keras kepada setiap kita. Tuhan tidak main-main dalam menyatakan keadilan-Nya. Hanya pertobatan sejati di dalam Kristus yang melepaskan kita dari tuntutan darah yang disebabkan oleh dosa-dosa kita

Kemudian Yehezkiel  harus menggambar dua jalan, yaitu, ia harus menggambar dua jalan di atas selembar kertas (ay. 19), seperti yang terkadang dilakukan dalam membuat peta. Dan ia harus membawa pasukan raja Babel ke tempat di mana kedua jalan itu bersimpangan, karena di sanalah mereka akan berdiri. Keduanya mulai dari satu negeri. Tetapi ketika mereka tiba di tempat di mana satu jalan menuju ke Raba, kota utama bani Amon, dan jalan lain menuju ke Yerusalem, ia akan berhenti. Walaupun Tuhan sudah menetapkan kehancuran bagi keduanya, namun raja Babel belum menetapkan hati yang mana yang pertama-tama akan diserang. Pedang itu harus terhunus ke Raba atau melawan Yehuda di Yerusalem. Banyak dari penduduk Yehuda pada waktu itu berlindung di Yerusalem, dan semua kepentingan negeri tergantung pada keamanan kota itu, dan karena itu disebut Yehuda, yang bentengnya ada di Yerusalem.

Cara yang Raja Babel untuk mengambil keputusan. Ia melakukan tenungan, memohon kepada suatu kuasa yang lebih tinggi dan tak terlihat, mungkin untuk mengetahui ketentuan dari Sang Pemelihara ilahi dengan membuang undi. Untuk tujuan itu ia mengocok panah (KJV: ia membuat panah-panahnya mengkilap), untuk dipakai membuang undi. Mungkin nama Yerusalem ditulis pada satu panah dan Raba pada panah lain, dan apa yang pertama kali keluar dari tabung, itulah yang diputuskan untuk diserang terlebih dulu. Ia meminta petunjuk dari patung-patung atau terafim, berharap menerima jawaban-jawaban yang bisa didengar dengan telinga mereka. Atau ia mencari tahu hasil-hasil ramalan dari isi perut hewan korban: ia menilik hati binatang, apakah letaknya menandakan keberuntungan atau kemalangan. Keputusan yang diambilnya dengan cara ini. Bahkan melalui perbuatan-perbuatan yang berdosa ini (yaitu dengan cara tenungan), Allah memenuhi tujuan-tujuan-Nya sendiri dan memimpin sang raja untuk pergi ke Yerusalem (ay. 22). Tenungan mengenai Yerusalem kebetulan ada di tangan kanannya, yang, menurut aturan-aturan tenungan, menetapkan dia untuk pergi ke arah itu.

Namun apa respon bangsa Israel? Dalam (ay. 23-24) Bangsa Israel  meremehkan pemberitahuan-pemberitahuan yang diberikan kepada mereka tentang penghakiman yang akan datang. Nubuat Yehezkiel bagi mereka adalah tenungan yang menipu. Hati mereka tidak tergerak atau tergugah untuk bertobat olehnya. Ketika mereka mendengar bahwa Nebukadnezar melalui tenungannya diarahkan ke Yerusalem, dan diyakinkan akan berhasil dalam serangan itu, mereka menertawakannya dan terus merasa aman, dengan menyebutnya sebagai tenungan yang menipu. Karena mereka mengangkat sumpah, yaitu, mereka telah bergabung dalam persekutuan yang sungguh-sungguh dengan orang Mesir, dan mereka bergantung pada janji yang telah dibuat orang Mesir kepada mereka untuk mengakhiri pengepungan itu. Atau mereka bergantung pada jaminan-jaminan yang telah diberikan oleh nabi-nabi palsu kepada mereka bahwa pengepungan itu akan diakhiri.

Setelah Yehezkiel menubuatkan penghakiman Allah atas bangsa Israel, maka giliran bangsa Amon yang dinubuatkan akan mengalami hukuman Allah. Nubuat tentang kehancuran bani Amon, yang diwujudkan oleh Nebukadnezar sekitar lima tahun setelah kehancuran Yerusalem, tampak disebutkan di sini ketika raja Babel mengalihkan rancangannya melawan Raba, dan mengarahkannya pada Yerusalem. Melihat ini bani Amon bertambah sangat kurang ajar, dan menyoraki Yerusalem. Tetapi sang nabi harus memberi tahu mereka bahwa kesabaran bukanlah pembebasan, dan penangguhan bukanlah pengampunan. Saat mereka pun sudah dekat. Giliran mereka tiba berikutnya

Alasan Allah menghukum bangsa Amon karena mereka berkali-kali menghancurkan dan mengutuki umat Allah dan kebiadaban mereka melampaui batas kemanusiaan seperti pembelahan perut wanita hamil(Am. 1:13). Karena itulah, Allah telah menyiapkan penghukuman yang mengerikan kepada bangsa Amon. Sama seperti Israel, bani Amon akan dimusnahkan kerajaan Babel yang bertindak sebagai pedang pembunuh Allah. Bahkan Allah memanfaatkan nubuatan palsu dari para nabi Amon untuk membuat mereka terlena dalam kenyamanan.

Yehezkiel menggambarkan murka Allah atas bangsa Amon dan Israel sangat mengerikan. Bangkitnya amarah Allah terhadap Israel didorong oleh rasa cemburu-Nya, sedangkan terhadap bangsa Amon didasarkan pada geram akibat keberdosaan mereka. Perasaan geram dan murka Allah atas Amon digambarkan Yehezkiel seperti api yang menghanguskan. Api Allah ini akan mendatangkan kemusnahkan total seluruh orang Amon. Mereka akan ditumpas oleh pedang. Tanah serta harta benda mereka akan dibakar oleh musuh. Tiada yang tersisa untuk mereka. Di sini terlihat bahwa Allah tidak memberikan harapan pemulihan terhadap penduduk Amon. Mereka akan dimusnahkan dari muka bumi seakan-akan keberadaan bangsa Amon tidak pernah ada di dunia.

Masalah utama bagi bangsa Israel sebenarnya adalah menganggap diri mereka benar, sehingga ketika mendapatkan teguran, nasehat bahkan nubuatan dari Tuhan melalui nabinya, mereka mengacuhkannya. Bukan hanya tidak memperhatikannya namun juga bahkan melecehkannya (dengan memberikan sindiran-sindiran). Bukankah ini menunjukkan bahwa mereka tinggi hati. jika terus dipelihara sikap seperti ini maka apa yang akan terjadi? Bukan hanya menghancurkan diri mereka namun juga akan menghancurkan generasi di bawah mereka. mereka menjadi tidak menghormati Tuhan dan juga para nabi yang merupakan utusan Tuhan.

beginilah firman Tuhan ALLAH: Jauhkanlah serbanmu dan buangkanlah mahkotamu! Tiada yang tetap seperti keadaannya sekarang. Yang rendah harus ditinggikan, yang tinggi harus direndahkan.(Yeh 21:26)

Permasalahan : Tinggi hati

  • Merasa diri paling benar.
  • Tidak menerima teguran.
  • Mengandalkan dirinya bukan kepada Tuhan.

Tanpa kerendahan hati, takkan ada pertobatan yang sejati

Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. (Mat 23:12)

Bagaimana respon kita ketika diberitahu hari penghukuman Tuhan sudah dekat?

  • Tidak terlalu peduli (Ga mungkin lah, ah masih jauh, ngapain dipikirin sekarang).
  • Rendah hati. Introspeksi diri. Apakah kita hidup dalam kehendak Tuhan. Apakah kita hidup dalam pertobatan.

Ps. Anthonius