Search

Pendalaman Alkitab Yehezkiel 18 - Tangan Mencencang Bahu Memikul

Manusia memiliki kecenderungan melempar kesalahan kepada orang lain dibandingkan untuk mempertanggungjawabkannya. Pada masa kini, misalnya pada anak kecil yang sedang berantem, biasanya saling menyalahkan satu dengan yang lain. dan kemudian ketika dihukum, masing-masing merasa menjadi korban.

Kita bisa lihat pada zaman dulu pun demikian. Adam yang menyalahkan hawa, hawa menyalahkan ular.  Dan itu juga terjadi pada masa pembuangan di Babel. Ada semacam peribahasa yang beredar di tengah mereka yaitu “ Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu.”jadi maksudnya, normalnya setiap orang yang makan buah mentah, maka sebagai konsekuensi dari dia makan buah mentah, maka giginya sendiri yang ngilu. Namun peribahasa ini berkata lain, maksudnya adalah ketika ayah memakan buah yang mentah, namun malah yang terkena dampak gigi ngilu adalah anak-anaknya. maksud dari mereka mengatakan ini adalah karena mereka merasa bahwa mereka dihukum Tuhan menjadi bangsa yang dibuang adalah karena kesalahan nenek moyang mereka. Karena mereka merasa bahwa hukuman yang ditimpakan kepada mereka bukan dari kesalahan mereka, maka mereka merasa tidak perlu bertobat. Bahkan yang lebih parah adalah mereka berani mempertanyakan /menyindir akan keadilan Tuhan terhadap mereka. Mengapa Tuhan menimpakan penghukuman kepada mereka padahal yang bersalah kan nenek moyang mereka.

Sebelumnya masa pembuanganpun, kita sudah mendapati satu sindiran orang Yahudi dalam Yeh 12:22 “Sudah lama berselang, tetapi satu penglihatan pun tak jadi.” Bayangkan peringatan dari Tuhan melalui Yehezkiel dianggap mereka hanyalah sebuah gurauan. Bagaimana jika anda di posisi Tuhan, sudah baik-baik diperingati dan masih diberi kesempatan waktu untuk bertobat, eh bukannya bertobat malahan berbalik menyindir Tuhan. Mungkin kalau kita di posisi Tuhan, akan langsung memusnahkan para manusia yang kurang ajar ini. Tapi nyatanya Tuhan masih sabar dan memberi waktu.

Kini kembali lagi, setelah penglihatan tersebut terjadi, mereka dihukum Tuhan dengan dibuang ke Babel. Bukannya bertobat dan memohon ampun pada Tuhan, eh malah menyindir Tuhan melalui peribahasa tersebut. Bagaimana jika kita di posisi Tuhan, pasti murkanya langsung dobel. Sudah diberitahu, kemudian dinyatakan, eh masih berani-beraninya menyindir lagi dengan mempertanyakan keadilan Tuhan. Tapi kembali lagi kita lihat kebaikan Tuhan, kesabaran Tuhan menghadapi bangsa yang bebal ini. Tuhan masih mau menjawab dan masih memberi mereka kesempatan untuk bertobat.

Sekilas gambaran dalam Yehezkiel 18 :

  • Kata sindiran orang Yahudi kepada Allah (ayat 1-3)
  • Allah menyatakan kedaulatan dan keadilanNya (ayat 4-9)
  • Orang fasik akan mati, meskipun ia mempunyai ayah yang baik, sebaliknya

Orang baik akan hidup, meskipun ia mempunyai ayah yang fasik (ay. 10-20).

  • Orang yang bertobat akan hidup, meskipun mereka memulai dengan begitu buruk, sebaliknya orang yang murtad akan mati, meskipun mereka memulai dengan begitu baik (ay. 21- 29).
  • Allah mengajak bangsa Israel supaya bertobat agar beroleh hidup (ay. 30-32)

Tuhan melalui perantaraan Nabi Yehezkiel menjawab tuduhan tidak adil dari bangsa ini. Tuhan  menyatakan diriNya adalah Tuhan. Di ayat 4, kita lihat pernyataan Tuhan bahwa semua jiwa itu Tuhan yang punya, bahwa Allah akan lakukan apapun juga sebenarnya hakNya Tuhan, karena memang Dia yang menciptakan manusia. Apa hak manusia sebagai ciptaan dan milik kepunyaan Allah untuk ikut campur akan apa yang hendak dilakukan Allah?  Tidak ada kan. Namun demikian, Allah tidak semena-mena terhadap umat manusia. Dia memang mengkatakan bahwa yang berdosa akan mati, namun bukankah dari dahulu juga sama, bahwa akibat dosa ialah maut. Dan tidak berubah sampai sekarang. Itu adalah bentuk keadilan Allah, yang salah memang harus dihukum. Hukum di dunia saja juga begitu kan. Jika ada kesalahan dan pelanggaran ya jelas dihukum dan ketika selesai menjalani hukuman kemudian melakukannya lagi, ya kembali lagi dihukum. Justru kita sendiri bisa menilai, jika ada sebuah perkara, kemudian orang tersebut terbukti dan dinyatakan bersalah namun tidak mendapatkan hukuman, maka kita pasti akan berkata hukum tidak adil. Entah mau anaknya siapa pun, (seorang tokoh agama sekalipun), jika memang bersalah ya harusnya dihukum. Bukankah itu konsep keadilan yang standar/normal dalam kehidupan manusia. Begitu pula jika terjadi sebaliknya orang benar akan hidup. jika memang dia tidak bersalah, Allah juga tidak akan hukum orang tersebut. Allah tidak sembarangan dalam menghukum orang.

Kategori orang benar:

  • Melakukan keadilan dan kebenaran
  • Tidak menajiskan dirinya terhadap berhala-berhala
  • Menjaga hawa nafsunya (contohnya : mencemari yang bukan istrinya )
  • Tidak menindas orang lain
  • Peduli terhadap sesama manusia (terutama yang kekurangan)
  • Melakukan hukum manusia dengan benar
  • Hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia

Jawaban Allah atas sindiran bangsa Israel :

Jika anaknya orang tidak benar namun ayahnya merupakan orang benar? (ayat 10-13)

  • Ayahnya hidup
  • Anaknya mati

Jika anaknya orang benar  namun ayahnya merupakan orang tidak benar? (ayat 14-18)

  • Ayahnya mati
  • Anaknya hidup

18:19 Tetapi kamu berkata: Mengapa anak tidak turut menanggung kesalahan ayahnya? -- Karena anak itu melakukan keadilan dan kebenaran, melakukan semua ketetapan-Ku dengan setia, maka ia pasti hidup.

18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya

Allah menekankan bahwa peribahasa itu tidak berlaku, dan Dia tetap menjalankan keadilanNya. Setiap orang akan menanggung kesalahannya sendiri. Justru yang tepat adalah peribahasa : Tangan Mencencang Bahu Memikul yang berarti juga bahwa setiap orang bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukannya sendiri.

Bagaimana menentukan orang yang dianggap benar oleh Tuhan? bukankah semua orang pun tidak ada yang tidak berdosa.

18:26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. 

Orang yang awalnya benar namun akhirnya dia berubah menjadi tidak setia maka tidak akan selamat.

18:27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. 18:28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.

Orang yang awalnya tidak benar namun akhirnya dia insaf dan bertobat maka dia akan selamat.

Ini artinya Tuhan selalu membuka pintu agar setiap orang itu bisa mendapatkan keselamatan.

18:31 Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel? 18:32 Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!"

Pada dasarnya Allah tidak ingin orang mati (terpisah dari Allah), Allah ingin supaya kita hidup (selalu bersama Tuhan).

Apa yang harus dilakukan supaya tidak mati melainkan beroleh hidup?

Bertobatlah dan berpalinglah dari segala durhakamu, supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan. Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! (Yeh 18:30b-31a)

  • Bertobat
  • Berpalinglah dari segala durhaka. Berbaliklah dari dosa, bahkan, berbaliklah melawannya sebagai musuh yang kamu benci, lalu berpalinglah menghadap kepada Allah. mengarahkan hati kepada Tuhan
  • Buang segala durhaka.  Kita harus meninggalkan dan mencampakkannya dengan tekad untuk tidak pernah kembali kepadanya.
  • Perbaharui hati dan roh. Mempersiapkan hati dan roh kita, karena dengan demikian Allah dapat memberikan roh dan hati yang baru. Yeh 11:19. Pemberian Hati dan roh yang baru bagi umat Israel agar mereka dimampukan untuk hidup berkenan kepadaNya.pemberian ini juga agar mereka dimampukan untuk menjalani hukum-hukum/ketetapan Tuhan.

Artinya jalan lama harus ditinggalkan, segala perbuatan dan kebiasaan hidup yang lama harus dibuang, lalu mulailah menempuh jalan hidup yang baru, sebab  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Bagaimana pertobatan bisa terjadi?  Nabi Yoel berkata,  "...berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya."  (Yoel 2:12-13)

Mengapa Pertobaatan itu Penting?

  • Bertobat adalah cara yang pasti untuk mencegah kehancuran akibat dosa-dosa kita. Supaya itu jangan bagimu menjadi batu sandungan, yang menjatuhkan kamu ke dalam kesalahan. Ini mengambarkan bahwa, jika kita tidak bertobat, kesalahan akan menghancurkan kita, di dunia ini maupun untuk selama-lamanya.
  • Jika tidak bertobat, pasti binasa. Allah sudah seringkali memperingatkan bahwa upah dosa adalah maut. Hal tersebut akan menyeret manusia ke dalam kegelapan sehingga membuat manusia semakin sengsara.
  • Allah tidak suka dengan kehancuran kita. Allah sangat mengasihi kita, sehingga Dia tidak ingin manusia terpisah dari diriNya. (ay. 32): Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, yang menyiratkan bahwa Ia bersuka dalam kembalinya orang-orang yang bertobat. Dan ini merupakan ajakan dan dorongan bagi kita untuk bertobat. Saya membayangkan bagaimana orangtua yang mendidik anak dengan keras, bukan karena tidak sayang sama anaknya akan tetapi justru sangat sayang sehingga mengusahakan cara apapun agar anaknya menjadi seseorang yang lebih baik. jika anaknya salah, pasti dihukum agar dia kembali ke jalan yang benar.
  • Bertobat supaya “hidup.” “hidup” berarti hidup bersama Tuhan, tidak terpisah dari Tuhan. Dengan hidup bersama Tuhan maka Tuhan akan memampukan kita untuk menghadapi kehidupan ini. Dengan hidup bersama Tuhan, maka damai sejahtera, sukacita, kekuatan, penghiburan, dsb akan menyertai kita.

Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: masih adakah hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah dalam diri kita yang masih kita terus simpan? Atau adakah berhala-berhala lain? mungkin pride kita, keangkuhan hidup kita, keegoisan kita, kemampuan kita dll. Jika ada, bertobatlah. Jika ada yang hidupnya sudah baik dan sudah dipimpin Tuhan, tetap setialah kepadaNya, ingat bahwa iblis tidak suka dengan kehidupan kita yang dekat dengan Tuhan. berjaga-jagalah dan senantiasa berdoa.

Ps. Anthonius Widjaja