Search

Pendalaman Alkitab KITAB IBRANI

Kitab Ibrani merupakan sebuah surat yang ditujukan kepada orang-orang Ibrani. Kita tidak dapat memastikan siapa penulis surat tersebut.

Yang menjadi pertanyaan adalah semua orang Kristen menderita penganiayaan, mengapa surat tersebut hanya ditujukan kepada orang Ibrani? Kita tidak memiliki jawaban pastinya. Namun pada masa itu, kekristenan dikategorikan sebagai agama terlarang oleh pemerintah Romawi. Sebaliknya, agama Yahudi diakui oleh pemerintah Romawi. Oleh sebab itu, ketika orang-orang Yahudi Kristen mengalami penganiayaan, mereka memilih untuk kembali ke agama Yahudi.

Kitab Ibrani membuat kita merenungkan, Akankah kita mengompromi iman kita dalam situasi sulit?

Will we compromise our faith in difficult times?

Kitab tersebut ditulis dan dikirim dari italia (Ibrani 13:24). Kitab Ibrani mengandung bahasa Yunani terbaik dalam Perjanjian Baru. Banyak yang mencoba mencari tahu siapa penulis kitab tersebut. Origen of Alexandria (185-254) berpendapat hanya Tuhan yang mengetahui siapa penulis kitab tersebut. Sekalipun kita tidak mengetahui siapa penulis kitab Ibrani, tetapi kita dapat memastikan:
1. Menguasai Perjanjian Lama

2. Menguasai Kitab Perjanjian  Lama dalam bahasa Yunani (Septuagint)

3. Kemampuan bahasa Yunaninya melampaui kemampuan Lukas

4. Sangat intelektual - merenungkan Perjanjian Lama secara mendalam

5. Sangat passionate terhadap kekristenan

Jemaat tersebut mengalami berbagai kesusahan. Penulis mengatakan,

"Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya" (10:34).

Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian. (10:32-33). Kemungkinan besar, orang Kristen Yahudi ini menderita penganiayaan di bawah pemerintahan kaisar Claudius pada tahun 49. Sebab mereka belum mengalami penderitaan yang berat - "Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah" (12:4).

Struktur penulisan kitab Ibrani cukup unik, yakni terdiri dari:

Eksposisi   1:1-14

Nasihat      2:1-4

Eksposisi   2:5-3:6a

Nasihat      3:6b-4:16

Eksposisi   5:1-10

Nasihat      5:11-6:20

Eksposisi   7:1-10:18

Nasihat      10:19-13:25

 

Dengan kata lain, gaya penulisan kitab Ibrani menggunakan format berkhotbah yang berisi eksposisi dan nasihat (pesan pastoral).

Dengan tegas kitab Ibrani menegaskan,

- Jangan sampai dibawa arus (2:1)

- Jangan murtad dari Allah yang hidup (3:12)

- Jangan menyalibkan lagi Anak Allah (6:6)

- Jangan menjadi lamban (6:12)

Penulis menasihati pembaca dan pendengar untuk mengarahkan hati pada Kristus. Penulis menjelaskan tentang Kristus sebagai berikut:

- Inkarnasi (2:14)

- Ketaatan (10:5-7)

- Penderitaan (5:7-8)

- Kematian (2:9)

- Kebangkitan (13:20)

- Kenaikan (4:14)

- Kemuliaan (1:3)

- Kedatangan Kedua (9:28)

Penulis menegaskan bahwa Kristus

- Lebih tinggi daripada malaikat-malaikat (1:4-2:18)

- Lebih tinggi daripada Musa (3:1-4:13)

- Lebih tinggi daripada Harun (4:14-10:39)

Kristus merendahkan Diri dan menjadi manusia agar Dia dapat mengalami kematian demi menebus dosa. "Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia" (2:9).

Kemudian penulis juga memberikan contoh-contoh iman dari berbagai tokoh dalam Perjanjian Lama. Pesan utama dari Kitab Ibrani adalah tetap setia pada iman kepada Kristus di tengah kondisi sulit. Iman tidak bersifat stagnan, tetapi harus terus berkembang, bahkan orang-orang percaya menjadi pengajar firman. Kitab Ibrani mengajak kita untuk merenungkan dengan serius apakah kita tinggal di dalam Tuhan dan apakah kita dengan setia bertumbuh di dalam iman kita. Ingatlah bahwa keselamatan Anda tidak bergantung pada keputusanmu yang lalu, tetapi terletak pada relasimu dengan TUHAN pada saat ini. Sebagai seorang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita tidak dapat membiarkan iman kita mati di dalam ketidaktaatan.

Ps. Lan Yong Xing