Search

Doa BERDOA DENGAN ALAM

Di dalam tradisi kekristenan telah lama dikenal berbagai bentuk dan cara berdoa seperti meditasi dan kontemplasi, termasuk berdoa (berkontemplasi) dengan alam. Bahkan model spiritualitas ini telah dipraktikkan, dan memiliki dasar teologi yang sangat kuat seperti yang pernah dikatakan oleh bapa-bapa gereja apostolik bahwa, “manifestasi Allah itu tercurah di berbagai  hal sehingga Ia, diri-Nya sendiri dapat ditemukan melaui berbagai media dan di mana saja”.

Intinya adalah jika kita rindu dengan sungguh untuk mendengar suara-Nya  maka Ia dapat berbicara kepada setiap kita melalui media apa saja dan kapan saja, termasuk melalui ciptaan-Nya, melalui alam semesta ini. Sebab Ia adalah Allah yang hidup, Ia bukan robot ataupun mesin. Oleh karena itu Mazmur 19: 2-3 berkata “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam”. Jadi, jika kita rindu untuk mendengar suara Allah di dalam doa kita, dan kita adalah tipe orang yang suka dengan alam, maka kita dapat memanfaatkan alam sebagai media untuk mendengar suara-Nya, dan tentu saja hal ini tidak terlepas dari pembacaan firman-Nya.

Mengenai doa kontemplasi dengan dengan alam, seorang teolog kontemplatif bernama Richard dari Saint Victor mengatakan bahwa kontemplasi adalah sebuah penglihatan dan pemikiran yang bebas, keterpanjangan jiwa dalam keseluruhan arahan ketika mempersepsikan segala sesuatu. Bebas, memandang dengan jelas dalam perenungan dengan jiwa yang “mengawang” penuh kekaguman yang tampak dalam lingkup keilahian. “Mengawang” atau melayang adalah sebuah gambaran  penting dalam kontemplasi. Hal ini mirip seperti seekor burung yang bebas berterbangan dari beragam tempat, namun mereka tetap tersenyum. Mereka memiliki pola sendiri di alam, di mana mereka bergerak dengan lancar, dan dengan kesadaran.

Richard banyak mengilustrasikan “paradoks” sebagai keterhubungan dengan alam. Namun, yang gampang dipahami adalah bahwa berdoa kontemplasi dengan alam adalah sebuah perjalanan batin kepada Allah yang memanfaatkan obyek, sistem dari alam untuk menggambarkan kontemplasi dan doa yang benar. Dengan kata lain, kita memanfaatkan alam  secara naluriah untuk mendengar misteri hati dari Tuhan dan ciptaan-Nya yang lain.

Menurut Steven Chase terdapat beberapa langkah praktis yang dapat kita gunakan sebagai spiritulitas doa bersama alam: yang pertama sering diistilahkan dengan Hovering, Bees, Locust, and Fly. Dalam parktek ini, kita hadir dan berbicara kepada Sang Pencipta melalui alam dengan “melayang”. Ibaratkan kacang, yakni dirinya sendiri, jiwannya yang “telanjang”, seperti itulah kita harus di hadapan Allah. Di mana tidak ada pemisahan, hierarki, antara kulit dan kacang itu sendiri, atau antara tubuh dan jiwa. Jadi, kita mesti menjadi diri kita yang sebenarnya, yang asli, ketika datang kepada-Nya, sebagaimana juga alam semesta dan lingkungan yang tampil apa adanya di hadapan Sang Pencipta. Hanya dengan demikian maka kita dapat mendengar suara-Nya.

Langkah praktis yang kedua sering diistilahkan dengan Shall, Burrows, Nuts, Small Prayers and large. Maksudnya adalah, kita merangkul di dalam Allah hal-hal yang paling kecil di dalam ciptaan. Hal ini bisa dipraktekkan dengan mencari obyek dari alam seperti batu, kulit kayu atau buah, dsb. Membawanya kepada Tuhan, dan hidup dengan obyek tersebut, berefleksi dari situ, dan kira-kira apa yang kita rasakan? Dalam praktik ini, tempat juga dipandang sebagai tempat penciptaan kontemplasi, dunia ciptaan yang dimurnikan dan disegarkan dengan tempat alam yang membangkitkan hasrat seperti sebuah lagu cinta yang dalamnya menghantar langsung kepada percakapan dengan Kristus, dan kepada kepekaan yang luar biasa pada keilahian dalam segala sesuatu dan segala tempat. Dengan kata lain bahwa, tempat adalah alamnya berdoa di mana pun itu, di mana tubuh dan jiwa diletakkan, di dalam seluruh ciptaan. Jadi untuk berdoa kontemplasi dengan model ini kita mesti mencari tempat yang baik dan memiliki obyek yang baik juga sebagai bahan refleksi kita.

Langkah praktis yang ketiga sering dikenal dengan istilah prayer from a small white flower.

Praktek ini terlaksana dengan menempatkan diri kita di hadapan alam, menghargai alam, keheningan, keterbukaan, menyerap pelajaran dari alam, memerhatikan kehidupan doa dan kontemplasi kita. Di mana kita mengobservasi alam, menemukan relasi dengan alam sekitar entah apa pun itu; seperti luasnya, bebatuan, bau bunga dsb, yang kita asosiasikan dengan alam tersebut sebagai sikap di hadapan Allah, kehadiran Allah.

Langkah-langkah doa kontemplasi di atas hanya akan berhasil jika kita memang tertarik pada alam ataupun model spiritualitas kita adalah model spirtualitas alam. Dan jika tidak cocok maka tidak perlu dipaksakan, sebab kecendrungan karakter pribadi seseorang sangat mempengaruhi model spiritualitasnya. Dan walaupun namanya berdoa dengan alam, hal ini juga menuntut pengetahuan Alkitab kita, karena refleksi dan perenungan akan berasal dari dari sana yang berkelindan dengan alam. Dan untuk berhasil di dalam doa bersama alam ini maka kita perlu menyediakan waktu kita, mengkhususkannya, dan mencari tempat yang refresentatif untuk kita berdoa. Hal ini tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa, dan sebelum kita melakukannya kita terlebih dahulu mempersiapkan hati dan pikiran kita, memohon tuntunan Roh Kudus. Selamat mempraktikkannya!

Ev. Malemmita