Search

Artikel TUHAN Menyatakan Kuasa-Nya

Yesaya 53:1-2

Kita mengira kuasa harus dinyatakan dalam bentuk suara guntur yang keras, pasukan yang banyak, kemewahan yang wow dan harta yang banyak. Kita sering mengira kekuatan ada pada suara yang keras, padahal kekuatan ada pada...... suara yang lembut.

Benar bahwa TUHAN dapat menunjukkan kuasa-Nya dengan suara guntur di gunung Sinai (Kel. 19:16), membelah air Laut Teberau (Kel. 14), menurunkan api pada kota Sodom dan Gomora, membunuh 185.000 tentara Asyur dengan satu malaikat (2 Raj. 19:35). Namun, TUHAN juga menunjukkan kuasa-Nya dengan tidak berteriak (Yes. 42:2; Mat. 12:19), tidak mempunyai uang untuk membayar pajak maupun membeli roti (Mat. 17:27; Yoh. 6:5-14), tidak mendatangkan pasukan-Nya (Mat. 26:53), tidak menurunkan api dari Surga (Luk. 9:54).

Manusia sulit percaya TUHAN menyatakan kuasa-Nya dengan menjadi manusia, menderita kesusahan dan mati untuk menebus dosa. Tidak mengherankan jika Yesaya 53, dimulai dengan pertanyaan, "SIAPA YANG PERCAYA KEPADA BERITA YANG KAMI DENGAR?" Tahukah Saudara siapa di Alkitab yang pernah bertanya tentang Yesaya 53? Seorang pejabat kementerian keuangan Etiopia. Dia bertanya kepda Dkn. Filipus.

"Tentang siapa nabi berkata demikian? Tentang dirinya atau tentang orang lain?" (Kis. 8:34).

Dalam perjanjian Lama, tidak ada manusia yang menebus dosa. Semua dosa ditebus oleh hewan kurban. Dalam penjelasannya Dkn. Filipus mengatakan Penebus dosa yang digambarkan Yesaya 53 adalah Yesus Kristus (Kis. 8:35).

"Ia tidak tampan atau tidak mulia untuk dipandang, dan tidak punya rupa yang membuat kita mengingininya." (Yes. 53:2).

Manusia menganggumi orang yang tampan dan cantik di zamannya. Dari beberapa nama berikut ini, apakah ada nama yang familiar buat Anda? Charles Chaplin, Thomas Edison, Brad Pitt, Andy Lau, Aaron Kwok, Maggie Zhang, Anita Mui, Taylor Swift, Gloria (鄧紫棋). Berapa sering Anda bercermin? Apakah Anda menyisir rambut model Aaron Kwok agar kelihatan lebih tampan?

Kristus Yesus tidak tampan, tidak mulia untuk dipandang, tidak mempunyai rupa yang membuat orang mengingininya. Pertama, Dia tidak lahir dari keluarga yang berpengaruh di zaman-Nya. Dia lahir dalam keluarga sederhana. Ketika orang-orang Nazaret mengagumi hikmat-Nya, mereka kaget mengetahui bahwa Dia adalah anak Yusuf. Mereka tidak dapat percaya Yesus, seorang yang bukan siapa-siapa saja sedemikian berhikmat. Adik-adiknya juga biasa-biasa saja. Karena terlalu biasa-biasa saja, orang-orang Nazaret menolak percaya Dia. Kedua, Dia dipukul hingga babak belur, hingga wajah-Nya rusak. (Yes. 52:14).

Karena kita

  • mengambil jalan sendiri (Yes. 53:6)
  • memberontak terhadap Allah (Yes. 53:8)

Kristus

  • dipukul dan disakiti Allah (Yes. 53:4)
  • dihina dan dihindari orang (Yes. 53:3).
  • ditikam dan diremukkan (Yes. 53:5)
  • menderita sengsara dan kesusahan jiwa (Yes. 53:11).
  • menjadi Penebus salah (Yes. 53:10).

Demi mendatangkan "DAMAI SEJAHTERA" bagi kita (Yes. 53:5).

Sekalipun mengetahui bahwa kita telah diampuni dan dibenarkan, musuh kita, yakni Iblis tidak menyerah untuk merusak kita. Sekalipun kita telah menjadi manusia baru, manusia lama masih ada di dalam kita. Iblis tidak menyerang kita karena kita lemah. Dia menyerang kita karena kita berharga.

Dalam film The Passion of Christ, di saat Yesus berdoa di Taman Getsemani, Iblis mengintip dari sisi. Sekalipun ini hanya merupakan gambaran film, tetapi Iblis selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita. Tidak mengherankan jika setelah berdoa di Taman Getsemani, Yesus berkata, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang berniat baik, tetapi tabiat manusia lemah." (Mat. 26:41).

Iblis sangat sabar terhadap kita. Dia selalu mengintip kita. Dengan sabar dia menunggu kita menjadi kuat dan sombong. Dengan sabar dia menunggu kita dijerat oleh keinginan kita. Dengan sabar dia menunggu kita ingin melakukan pembalasan.

Iblis tahu bahwa kita akan melegalkan dosa kita sendiri dengan kekuatan pembalasan. Kita mungkin berpikir,

"Kita mencuri perlengkapan kantor karena bos mencurangi gaji kita."

"Kita berkata-kata kasar karena pasangan hidup kita memasang wajah busuk."

"Kita menabrak pintu rumah orang karena dia mencuri alpukat kita."

Iblis tahu kita dapat dipancing dengan cara demikian, yakni kita membenarkan dosa sebagai bentuk pembalasan.

Iblis tahu bahwa kita akan melegalkan dosa kita dengan alasan kelemahan kita.

Kita sering menggunakan "kelemahan" sebagai dasar agar kita tidak perlu sungguh-sungguh bertobat. Kita memandang ringan dosa dengan menggunakan alasan "manusiawi." Kita berpikir Allah akan mengerti kelemahan kita sehingga Allah akan berkata, "Tidak apa-apa, Aku mengerti kelemahanmu." Padahal, justru karena Allah tidak bisa toleransi terhadap kelemahan kita, Kristus harus menderita dan mati demi kita.

Iblis tahu bahwa kita akan menikmati kesenangan dosa yang dia tawarkan.

Ketika kita berbuat dosa, kita menikmati kesenangan dosa. Namun, kesenangan tersebut tidak bertahan lama. Dengan sengaja berbuat dosa, kita menukarkan kesenangan singkat dengan kesengsaraan jangka panjang. Kita justru kehilangan kekuatan hidup. Sebab, dosa merusak kekuatan hidup kita.

Dia mau membanting kita. Jika setelah membanting kita sekali, kita tetap masih teguh, dia akan coba membanting kita kedua kali, ketiga kali, keempat kali. Dia akan tertawa gembira jika dia berhasil membanting kita.

Dosa memengaruhi hubungan kita dengan TUHAN

Yoh. 9:31 - "Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa. Sebaliknya, setiap orang yang saleh dan melakukan kehendak-Nya, dialah yang didengarkan-Nya"

Yes. 59:2 - "Akan tetapi, kejahatanmulah yang memisahkan kamu dari Allahmu, dan dosamulah yang membuat wajah-Nya tersembunyi dari kamu, sehingga Ia tidak mendengar."

Dosa kita menghalangi doa kita.

Beranikah Saudara mengusir roh jahat ketika Anda hidup dalam dosa? Beranikah Saudara berdoa dengan sukacita di hadapan Allah, ketika Anda baru saja berbuat dosa? Mengaku dosa, bukan dengan bibir saja. Sekadar berkata, "TUHAN, saya telah bersalah. Ampunilah saya."

Dosa tidak hanya membuat TUHAN murka, tetapi juga membuat Dia sakit hati. Ibr. 10:26-27 - Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi kurban untuk menghapus dosa itu. Sebaliknya, yang ada ialah penantian akan penghakiman yang mengerikan dan kobaran api yang dahsyat yang akan menghanguskan para pembangkang

Kita mungkin mengira untuk mengampuni dosa kita, TUHAN cukup berkata, "Dosamu telah Kuampuni." Untuk mengampuni dosa kita, Kristus harus menderita sengsara dan mati demi kita. Kiranya kita tidak meremehkan pengurbanan Kristus untuk kita. Jika kita dengan sengaja terus menerus berbuat dosa, kita bagaikan menampar, meludahi, mencambuk dan menyalibkan Yesus kembali (Ibr. 6:6).

Iblis mendakwa kita di hadapan Allah. Iblis suka menunjukkan kesalahan kita di hadapan Allah. Iblis senang memamerkan dosa kita di hadapan Allah. Kita dapat mengerti betapa dosa kita melukai hati Allah.

Ibr. 10:29 - "Bayangkan betapa LEBIH BERATNYA HUKUMAN yang harus dijatuhkan atas orang yang menginjak-injak Anak Allah dan menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan menghina Roh anugerah!"

Ketika kita sengaja berbuat dosa, kita menganggap najis darah perjanjian dan menghina Roh Kudus.

Karena perjanjian Allah, Kristus dipukul dan disakiti. Karena murka Allah, Kristus dipukul dan disakiti.

Jika Saudara mempunyai minyak ajaib, dengan mengoleskannya maka luka Anda akan sembuh, akankah Anda terus melukai tubuhmu?

Sering kali kita belum benar-benar bertobat, karena hati kita belum cukup hancur. Kita mengaku dosa, kita menyesal, tetapi hati kita tidak cukup hancur sehingga kita tidak mengubah cara pikir kita.

Umumnya, manusia melawan dosa dengan cara berusaha melawannya. Kemudian menemukan semakin dilawan, semakin jatuh di dalam dosa.

Benarkah kita menjadi kuat dengan menjadi diri sendiri? Kata "Be yourself" (jadilah dirimu sendiri) terdengar baik. Benarkah dengan menjadi diri sendiri kita akan menjadi lebih baik? Kita ingin memperbaiki diri, tetapi selalu gagal. Kita ingin menjadi lebih baik, tetapi yang muncul adalah monster di dalam diri kita. Kita ingin ramah terhadap anak-anak kita, tetapi yang muncul adalah gubrakan meja hingga kaca pun pecah. Kita ingin bersikap baik terhadap pasangan kita, tetapi ketika kita melihat wajahnya yang busuk, kita membatalkan niat baik kita.

Paulus mengajarkan bukan "Be yourself", tetapi "Be like Christ." Paulus mengatakan,

"Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." (Gal. 2:20).

Kita tidak dapat melawan dosa dengan kekuatan kita. Petrus mengatakan,"Biarpun mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Mat. 26:33). Petrus tidak berbohong. Dia mengatakan apa yang dia maksudkan. Dia memang sangat mencintai Yesus. Dia tulus terhadap Yesus. Namun, dia tidak menyadari kelemahannya sendiri. Dia tidak sanggup melihat kelemahannya sendiri. Dia mengira dia kuat. Dia tidak dapat melihat bahwa Iblis memanfaatkan kepercayaan dirinya untuk menampi dia. Ketika kita merasa kuat, kita sudah berada di ambang kejatuhan.

Self confidence sebenarnya bisa membuat kita memandang tinggi diri sendiri. Yang kita butuhkan bukan self-confidence, tetapi God-confidence. Kita tidak seharusnya menaruh percaya pada diri sendiri, tetapi menaruh percaya pada Roh Allah yang diam di dalam batin kita. Jika kita menaruh percaya pada self-confidence, maka kita akan percaya diri jika kita melakukan sesuatu dengan baik dan kehilangan kepercayaan diri ketika kita melakukan sesuatu dengan buruk. Jika kita berpegang pada God-Confidence, kita berpegang pada pekerjaan Allah dalam hidup kita.

Semakin kita lemah, semakin kita butuh menonjolkan diri. Semakin kita lemah, kita akan berusaha untuk menunjukkan kekuatan kita, kemampuan kita, pengetahuan kita. Paulus mengajar kita sebuah kunci kehidupan yang sangat bermanfaat buat jiwa kita. Paulus berkata, "Jika aku lemah maka aku kuat" (2 Kor. 12:10).

Kristus menyatakan kekuatan-Nya dengan diam di dalam kesengsaraan. Ketika Dia dituduh, dipersalahkan, diludahi, ditampar, dicambuk, Kristus diam saja. Dia tidak membalas. Sekalipun Dia sama sekali tidak bersalah. Dia menjadi kurban penebus salah (Yes. 53:10).

Jika kita tidak bersalah, tetapi disalahkan, hati kita akan memanas dan ingin membalas. Bisakah kita diam ketika kita diserang? Bisakah Anda diam ketika pasangan hidupmu mengkritikmu?

Ketika dikata-katai, kita mengata-ngatai kembali. Ketika dikritik, kita mengkritisi kembali. Ketika dipukul, kita memukul kembali

Dalam bahasa Mandarin, kata "menderita" (苦 Kǔ) terdiri dari tiga salib dan satu mulut. Mulut kita seharusnya ditimpa tiga salib, agar kita tidak membuka mulut. Seorang yang kuat adalah seorang yang tidak membuka mulut ketika dikata-katai.

Salib bukan dekorasi, juga bukan aksesoris. Apakah kita mengenakan kalung salib sebagai aksesoris atau pengingat kematian Kristus? Tidak jarang orang mendekorasi salib hingga indah. Sebenarnya tidak diperlukan? Salib adalah pengingat kematian Kristus. Mengapa kita mendekorasi kematian? Ada yang menggunakan salib untuk menakuti iblis. Ada yang mengatakan bahwa salib tidak boleh digantung di atas pintu menghadap ke dalam rumah. Karena jika Iblis masuk ke dalam rumah, nanti Iblis tidak dapat keluar karena salib yang berada di atas pintu menghadap ke dalam rumah. Bukankah Iblis bisa keluar melalui jendela?

Iblis tidak takut pada salib. Dia takut pada Kristus Yesus. Masih ingatkah Saudara kisah anak-anak imam Eli membawa Tabut Perjanjian ke medan perang? Bukankah benda kudus tersebut tidak ada gunanya ketika digunakan oleh orang-orang yang tidak taat pada perintah Allah?

Dalam kesengsaraan Kristus terdapat dua hal sekaligus, perjanjian dan murka Allah. TUHAN mengikat perjanjian dengan kita melalui kematian Kristus. Tidak mengherankan jika dosa yang disengaja dipelihara bagaikan menginjak-injak Anak Allah atau menajiskan darah perjanjian. Kesengsaraan Kristus juga menunjukkan kengerian murka Allah terhadap dosa. Dosa bukan hal yang dapat dipandang remeh. Kita jadi mengerti mengapa Kristus mengajar kita tentang mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Itulah kekuatan yang Allah tempatkan di dalam hati kita untuk melawan dosa. Kemudian ketika kita menang, Kristus berkata,

"Siapa yang menang, ia akan Kududukan bersama Aku di atas takhta-Ku" (Why. 3:21).


Ps. Lan Yong Xing