Search

Artikel Tuhan Memilih Kamu Untuk Bekerja Dalam Iman

1 Tesalonika: 3-4

Beberapa tahun yang lalu (tepatnya beberapa bulan setelah tiba di Batam dan bekerja), seorang rekan kerja menawarkan otak-otak kepada saya yang merupakan oleh-olehnya karena baru kembali dari kampungnya di sekitar Kepulaun Riau. Sontak, tanpa pikir panjang, saya pun langsung menolak tawaran itu. Sebab ketika itu saya berpikir bahwa otak-otak adalah terbuat dari otak (otak apa saja), dan saya tidak mengkonsumi otak bahkan geli jikalau membayangkannya. Namun, di kemudian hari, ketika makan di sebuah foodcourt, seorang teman (lagi) menawarkan otak-otak kepada saya, bahkan cetusnya “ini otak-otak terenak di Batam, kamu harus mencobanya”. Karena saya menolak dan berkata bahwa saya tidak makan otak, Ia pun akhirnya menjelaskan bahwa otak-otak itu bukan terbuat dari otak binatang sebagaimana yang saya pahami, tetapi dari ikan dan sotong. Whatt! Akhirnya saya pun mencobanya, dan ternyata enak. Cara pandang saya berubah terhadap otak-otak, setelah diajar dan dijelaskan, dan sampai hari ini saya sangat menyukai bahkan menjadi pecinta otak-otak.

Cerita di atas tidak memaksudkan bahwa Anda harus menyukai otak-otak bahkan mempromosikannya, tidak! Tetapi cerita di atas berbicara tentang perubahan sikap hidup dan cara pandang, pembaharuan pikiran (Roma 12: 2) setelah diajar dan mengetahui apa itu otak-otak. Maka yang patut kita renungkan adalah setelah sekian lama kita diajar menjadi pengikut Kristus, setelah sekian lama kita diajar mengenai prinsip dan cara pandang Kristiani! Lalu apakah kita telah mengalami pembaharuan pikiran, apakah cara pandang dan sikap kita dalam melihat sesuatu telah berubah, termasuk di dalam melihat arti dan makna sebuah pekerjaan? Jika tujuan kita bekerja dan berkarya hanyalah untuk bertahan hidup, hanyalah untuk mengumpulkan harta benda, hanya untuk mengisi waktu dan aktualisasi diri, dan hanya untuk memuaskan keinginan dan mengejar mimpi, maka sikap dan cara pandang kita dalam bekerja tidak ada bedanya dengan dunia ini. Dengan demikian, berarti kita belum mengalami pembaharuan pikiran, belum berubah sama sekali walaupun kita telah lama menjadi orang-orang percaya.

Sebagai orang-orang percaya yang sudah sekian lama mengenal Kekristenan, yang sudah sekian lama diajar tentang iman kepada Kristus, mestinya kita telah mengalami pembaharuan pikiran, pembaharuan cara pandang. Dimana kita tidak lagi melihat bahwa sebuah pekerjaan hanyalah sebuah pekerjaan tanpa makna sama sekali sehingga berlalu begitu saja. Tetapi mestinya kita melihat bahwa pekerjaan mestilah penuh makna, pekerjaan adalah ibadah, sebab kita tahu bahwa segala sesuatu yang kita lakukan bukanlah untuk diri kita sendiri tetapi adalah untuk Tuhan (Kolose 3: 23). Dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita lakukan adalah untuk Tuhan, tentu saja apa pun yang kita kerjakan kita akan mengikutsertakan-Nya, maka dengan demikian kita telah bekerja di dalam iman. Jadi, tidak ada lagi pemisahan antara bekerja dan ibadah, sebab baik bekerja maupun ibadah adalah untuk memuliakan Tuhan. Terlebih lagi di dalam Bahasa Ibrani kata bekerja (Kel 1:14), ibadah (Kel 3:12), bahkan melayani (Yosua 24:15) berasal dari akar kata yang sama yakni avad. Melalui kesadaran ini, maka ketika kita menghadapi berbagai tantangan di dalam pekerjaan dan karya kita, apa pun itu yang Tuhan telah percayakan kepada setiap kita, maka kita tidak akan patah semangat, bahkan kita akan dianugerahkan sukacita, sebab kita telah melakukannya bersama dan mengikutserkannya. Kita telah bekerja dengan iman.

Jemaat Tesalonika juga menghadapi tantangan yang berat di dalam karya pekerjaan dan pelayanannya (ay.6-7). Mereka mengalami penindasan yang berat. Tetapi karena mereka bekerja di dalam iman, mereka tidak mundur sedikitpun, bahkan mereka teguh dan bahkan bersukacita, mereka menjadi teladan iman di sekitar wilayah Makedonia dan Akhaya. Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang-orang percaya apakah kita telah menjadi kesaksian hidup bagi sekitar kita? Apakah di dalam karya dan pekerjaan jika kita menghadapi tantangan berkenaan dengan iman, kita malah mundur atau kita semakin kuat dan teguh menjadi saksi-saksi-Nya dan teladan hidup bagi orang lain? Kiranya kita boleh menjadi seperti jemaat Tesalonika yang dikaruniakan pembaharuan pikiran sehingga kita dapat bekerja di dalam iman, bahkan kita dapat bersukacita di tengah situasi dan keadaan apa pun!

Mendengar keadaan jemaat Tesalonika yang demikian Paulus sangat bersyukur dan mengatakan “Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita” (1 Tes 1: 3). Di sini Paulus hendak menunjukkan bahwa pekerjaan iman, kasih, dan ketekunan akan pengharapan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Frasa “pekerjaan imanmu” ibarat induk kalimat dengan anak kalimat “usaha kasihmu dan ketekunan pengharapan akan Kristus Yesus”. Jika sebelumnya kita mengerti bahwa bekerja di dalam iman berarti bekerja penuh makna, untuk Tuhan, dengan hati yang terhubung dan fokus kepada-Nya, maka di dalam 1 Tes 3 ini, Paulus menegaskan bahwa bekerja dalam iman bukan sekedar di pikiran atau pengetahuan saja, tetapi terwujud di dalam tindakan nyata. Oleh sebab itu tidak mengherankan NJB menerjemahkan “pekerjaan imanmu” pada ayat 3 menjadi “iman Anda dalam tindakan,”.

Jadi iman itu harus mengejawantah di dalam karya kerja dan perbuatan kita melalui keseharian hidup kita kapan pun dan dimana pun, sebab seperti kata Yakobus 2;26 “…iman tanpa perbuatan adalah mati”. Maka, pertanyaannya adalah bagaimana caranya? Jika kita setia pada teks bacaan kita hari ini maka caranya adalah dengan kita memperlihatkan bahwa kita bekerja dalam iman melalui usaha kasih (kopou tes agapes) kita sebagaimana yang diperlihatkan oleh jemaat Tesalonika. Jemaat Tesalonika, walaupun mereka ditindas, tapi tetap mengasihi dan melakukan segala sesuatu berdasar dan berlandaskan kasih. Kita pun mestilah demikian, apa pun yang kita lakukan dan kerjakan, dan bagaimana pun situasi, yang mendasari kita bertindak adalah kasih. Jika kita adalah seorang pekerja maka yang mendasari kita bekerja adalah kesadaran bahwa Allah terlebih dahulu bekerja untuk kebaikan kita sehingga kita mestilah bekerja memberikan yang terbaik seperti Tuhan bukan untuk manusia. Jika kita adalah seorang pedagang maka kita mesti menjadi pedagang yang jujur dan adil, sebab kita sadar kita hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk memberkati sesama dan semua akan kita pertanggungjawabkan kelak. Dan oleh karena itu, kasih mestilah mendasari karya dan kerja kita. Intinya adalah apa pun yang kita lakukan kita mesti melakukannya berdasarkan kasih Allah, melakukannya untuk kemualiaan-Nya, sehingga kita mesti mengandalkan kekuatan dan penyertaan-Nya. Maka pertanyaan yang patut kita renungkan saat ini adalah apakah segala hal usaha yang kita lakukan telah berdasarkan dan berlandaskan kasih kepada-Nya?

Berikutnya, bekerja dalam iman berarti, apa pun yang kita kerjakan dan apa pun yang terjadi berkenaan dengan karya itu maka kita mesti melakukannya dengan penuh ketekunan pengharapan kepada Tuhan Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. Ini berarti apa pun yang kita kerjakan dan lakukan, dimana pun dan kapan pun itu, kita mesti sadar bahwa Allah melihat kita, pandangan-Nya tertuju kepada setiap kita sehingga apa yang kita lakukan mesti benar-benar yang terbaik dan setulus hati. Dan, bisa jadi ketika kita berkarya kita juga akan menghadapi berbagai tantangan dan penindasan seperti yang dihadapi oleh jemaat Tesalonika, dan disaat itu maka kita tidak boleh patah semangat, tetapi kita justru mesti lebih tekun sebab pengharapan kita adalah kepada Tuhan Yesus. Menurut Bob Utley, pengharapan disini yakni pengharapn akan Tuhan tidak memiliki suatu konotasi yang meragukan "mungkin" atau "bisa jadi," tetapi kepastian. Dan pengharapan disini mengandung dua dimensi yakni saat ini dan yang akan datang (Parousia). Jadi, ketika kita mengatakan bahwa kita bekerja dalam iman, maka kita harus sadar bahwa mata Allah senantiasa tertuju pada kita, dan kita juga sadar bahwa apa yang kita harapkan sejatinya ada padanya, yang akan kita peroleh baik di dalam hidup ini maupun di hidup yang akan datang. Dengan demikian, ketika kita menghadapi berbagai tantangan di dalam panggilan hidup kita untuk bekerja di dalam iman maka kita akan tetap sabar, tekun, dan teguh, sebab ada Dia, dan Dia yang menjadi pengharapan dan pertolongan kita!

Lalu mengapa kita harus bekerja di dalam iman! Bukahnkah kita bisa bekerja sesuka hati ataupun melakukan segala sesuatu sebagaimana pandangan dan tuntutan dunia ini pada umumnya? Sebab jika kita mau jujur, tentu tidaklah mudah bekerja di dalam iman sebagaimana juga yang dihadapi oleh jemaat Tesalonika. Namun walaupun tidak mudah dan sekalipun banyak banyak tantangan dan penindasan jemaat Tesalonika tetap bekerja dalam iman! Mengapa karena mereka sadar akan hak istimewa, sadar akan pilihan Allah terhadap mereka. Hal ini ditegaskan pada ayat empat bacaan kita hari ini dimana dikatakan “…bahwa Ia telah memilih kamu”. Allah yang memilih kita, sehingga kita pun mesti merespon pemilihan-Nya dengan bekerja di dalam iman. Seperti yang pernah dikatakan Tuhan Yesus di dalam Yohanes 15:16 “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.,,,,”. Jadi Allah yang secara khusus memilih kita disini. Ia memilih kita untuk menyelamatkan kita. Ia memilih kita agar kita dapat bekerja di dalam iman.

Hari ini adalah hari yang special sebab hari ini kita merayakan Parents Days. Kita memang tidak bisa memilih orang tua kita, tetapi orang tua bisa memilih kita. Oleh karena itu, bagaimana keadaan relasi kita dengan orang tua kita, kita mesti tetap mengasihinya terlepas dari kekurangan dan kelebihan mereka. Di tempat ini tentu ada orang-orang tua yang bekerja di dalam iman dalam mendidik anak-anaknya, bahkan berperan besar di dalam pertumbuhan spiritual anak-anaknya, membangun mezbah doa Bersama dan sharing dengan anak-anaknya. Kiranya kita boleh menjadi orang tua yang seperti demikia. Saya kenal satu keluarga di tanjong pinang, yang walaupun anak-anaknya jauh-jauh, selalu saja mereka menyempatkan satu hari di dalam satu minggu untuk merenungkan firman Tuhan dan berdoa bareng melalui Whats up call. Ini adalah bentuk anak dan orang tua telah bekerja di dalam iman. Kiranya kita terus mendoakan orang tua kita. Dan di hari Parents Days ini, kita diingatkan juga bahwa kita memiliki orang tua yang sempurna, yakni Allah kita yang hidup, yang senantiasa bekerja di dalam iman kita, dan oleh karena itu kita pun mesti senantiasa bekerja di dalam iman untuk kemuliaan-Nya.

Orang tua kita yang sempurna dan kekal itu telah memilih kita untuk bekerja di dalam. Ia memilih kita untuk menyelamatkan kita, memilih kita untuk bekerja di dalam iman bukan karena kita lebih baik, lebih pandai, lebih pintar, dan lebih-lebih yang lainnya, tetapi Ia memilih kita hanya karena kasih dan anugerah-Nya seperti lirik sebuah lagu yang tidak asing bagi kita “Semua Karna Anugerah-Nya”.

Bukan karena kebaikanku, Bukan karena fasih lidahku

Bukan karena kekayaanku, Ku dipilih, ku dipanggil-Nya

Bukan karena kecakapanku, Bukan karena baik rupaku

Bukan karena kelebihanku, Ku dipanggil, ku dipakai-Nya

Bila aku dapat, itu karena-Nya, Bila aku punya, semua dari pada-Nya

Semua karena anugerah-Nya, Dib'rikan-Nya pada kita

Semua anugerah-Nya bagi kita, Bila kita dipakai-Nya

Allah memilih kita semata-mata hanya karena kasih dan anugerah-Nya. Allah terlebih dahulu memilih kita dan bekerja di dalam iman, sehingga kita pun seharusnya bekerja di dalam iman demi kemuliaan-Nya. Allah terlebih dahulu mengasihi kita sehingga kita pun seyogiyanya mengasihi Dia dengan bekerja sebagai bentuk kasih kita kepada-Nya, bekerja dengan memberikan yang terbaik bagi-Nya. Allah datang ke dalam dunia yang gelap ini untuk memberikan pengharapan yang sejati, sehingga kita pun seharusnya menaruhkan pengharapan kita  saja pada-Nya dan bekerja dengan mengarahkan hati dan pandangan kita hanya pada-Nya saja.

Bekerjalah di dalam iman karena Ia telah memilihmu. Hendaklah di dalam usaha kasih dan ketekunanmu akan pengharapanmu pada-Nya, apa pun yang akan engkau lakukan dan kerjakan senantiasa seturut kehendak dan perkenanan-Nya. Lakukalah semuanya dengan mengarahkan hati pada-Nya dengan refleksi dan pemaknaan yang mendalam berdasarkan dan berlandaskan kasih dan firman-Nya. Kiranya Tuhan membaharui pikiran dan budi kita sehingga ketika kita memulai hari, pekerjaan, dan apa pun yang akan kita lakukan, kita datang pada-Nya terlebih dahulu, melakukannya bersama-Nya dan dengan hati yang yang tertuju pada-Nya saja! Kiranya Tuhan menolong setiap kita untuk bekerja di dalam iman. Amin!

Ev. Malemmita