Search

Artikel TUHAN Memanggil Kita untuk Hidup Kudus dan Tenang di dalam Roh-Nya

1 Tesalonika 4:8-12

Seorang bos sedang mencari supir untuk mengemudi melalui daerah pengunungan. Ada beberapa kandidat yang melamar pekerjaan tersebut. Ketika wawancara, bos tersebut bertanya, “Seberapa dekat anda bisa mengemudi mobil di tepi tebing di gunung?” Pelamar pertama menjawab, “saya bisa melakukannya sedekat satu meter dari tepi tebing”. Bos mengucapkan terima kasih dan memanggil pelamar berikutnya. Pelamar berikutnya ada yang menjawab setengah meter, 30cm bahkan 20cm. Akhirnya ada seorang pelamar yang memberi jawaban yang berbeda, “Saya akan mengemudi mobil sejauh mungkin dari tepi tebing!”. Pelamar ini kemudian mendapatkan pekerjaan tersebut. Supir ini tahu tugasnya sebagai pengemudi di jalan yang benar dan aman.

Tuhan kita juga memanggil kita di jalan yang benar dan aman.  Itulah kehendak Allah bagi kita, berjalan di jalan-Nya.
1 Tes 4:3
Karena inilah kehendak Allah: Pengudusan-mu (Sanctification)
1 Tes 4:7
Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus

Pengudusan (Sanctification)
adalah Proses menguduskan (to be holy) dan memisahkan (to set apart). Kekristenan adalah tentang relasi dengan Tuhan yang maha Kudus. Untuk berelasi dengan Yang Maha Kudus, kita harus menjadi kudus. “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im 19:2). Kita dipanggil dan dipisahkan untuk  menjadi umat yang kudus di tengah dunia yang cemar.

Sebenarnya proses pengudusan ini sudah sering kita pelajari:
1. Menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Kol 3:9-10)
2. Memiliki pikiran Kristus dan Kerajaan Allah (Kol 3:1-2)
3. Tinggal di dalam Kristus, bertumbuh dan berbuah (Yoh 15:1-8)

Pengudusan menuntun kita menjadi dewasa. Orang percaya seharusnya bertumbuh. Jika kita tidak bertumbuh, maka kita pasti mundur dan jauh dari hidup kudus. Untuk itu, Tuhan memberikan kita Roh Kudus. Roh Kudus adalah Guru yang mengajar kita menjadi orang kudus. Sehingga, kita seharusnya tidak bertanya “apakah saya memiliki Roh Kudus”? Tentu, kepada orang percaya yang meminta, Bapa di surga telah memberikan Roh Kudus tinggal di dalam kita (Luk 11:13). Pertanyaannya, apakah saudara memperhatikan pekerjaan Roh Kudus?

Roh Kudus bisa mengerjakan pekerjaan yang besar. Pentakosta, ketika tampak seperti lidah api bertebaran dan hinggap pada murid-murid Yesus (Kis 2:3-4). Ketika Paulus disembuhkan dari kebutaan dan penuh dengan Roh Kudus (Kis 9:17-18). Ketika gempa bumi yang hebat dan membuka pintu-pintu penjara bagi Paulus dan Silas, disitu juga kepala penjara di Filipi dan segenap keluarga percaya kepada Allah (Kis 16:25-26).

Tetapi, Roh Kudus lebih sering mengerjakan hal-hal kecil setiap harinya. 
Dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus, Yesus mengatakan,
Yohanes 3:8
Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.

Bagaimana memperhatikan pekerjaan Roh Kudus? Yesus memberi analogi tentang pekerjaan Roh seperti angin. Angin sangat misterius, tidak terlihat, tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dikendalikan. Tidak heran kita selalu bertanya-tanya, pekerjaan Roh Kudus seperti apa? Tetapi angin itu benar ada karena kita merasakan efeknya. Suara angin terdengar, benda ditiup bisa bergerak. Meski kita tidak dapat melihat, kita dapat merasakan perubahan yang dihasilkan Roh dalam diri kita. Perubahan tersebut adalah pertumbuhan spiritual.

Dengan kata lain, seseorang yang dituntun oleh Roh Kudus pasti bertumbuh. Bagaimana  kita bertumbuh?
Yohanes 17:17
Kuduskanlah mereka dalam kebenaran;
Firman-Mu itulah kebenaran.

Yohanes 17:19
Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka,
supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.

Kebenaran adalah firman TUHAN dan kita dikuduskan dalam kebenaran. Jika demikian, menurut saudara, apakah seseorang bisa bertumbuh tanpa membaca firman Tuhan?
Tidak mungkin. Tanpa membaca firman Tuhan, orang kristen pun akan terus hidup seperti orang yang tidak percaya. Karena ia tidak membaca strategi berperang dengan kekuatiran, ketakutan, dusta, keinginan atau hawa nafsu. Jika seseorang tidak bertumbuh, maka ia sudah pasti mundur dalam iman.

Jemaat suam-suam kuku yang dicatat dalam Wahyu 3:16 adalah jemaat yang mundur imannya. Dalam iman kita, tidak ada yang stagnan. Perumpamaan tentang penabur juga memaparkan hal yang sama. Kita tidak menemukan tanaman yang stagnan dan tetap aman. Benih yang jatuh di jalan diambil oleh iblis. Benih yang hidup sebentar di tanah bebatuan menjadi kering. Benih yang tumbuh bersama semak duri, dihimpit dan mati.  Semuanya mati, tidak ada yang stagnan. Hal ini terjadi karena mereka berulang kali menolak pimpinan Roh Tuhan.
1 Tesalonika 4:8
Karena itu, siapa yang menolak ini bukanlah menolak manusia, melainkan menolak Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu.

Bukanlah hal yang mudah untuk menyadari kita bertumbuh atau mundur dalam iman. Apakah saudara sering bercermin untuk mengecek kerutan/keriput diwajah? Dari tahun ke tahun garis-garisnya bertambah, ataupun flek hitam makin bertambah? Penuaan adalah sesuatu yang terjadi alami, tanpa kita sadari. Kita dapat menyadari diri kita mulai tua jika kita membandingkan diri sekarang dengan 5 atau 10 tahun lalu. Tetapi kita tidak tahu pasti kapan dan hari atau menit kapan terjadi perubahan tersebut.

Jadi bagaimana? Tidak ada cara lain selain memeriksa diri di hadapan Tuhan setiap harinya. Renungkan bagaimana perjalananmu bersama Tuhan selama 1 tahun atau 5 tahun terakhir ini. Saudara akan menemukan apakah saudara bertumbuh atau justru mundur.

Ada orang kristen yang mengenal Tuhan sesuai dengan kebutuhannya. Mereka menganggap Tuhan:
Sebatas dokter, karena hanya mencari-Nya ketika sakit. Sehingga tidak heran isi doa selalu minta kesembuhan, karena seperti berbicara dengan dokter.
Sebatas magician, karena hanya mencari-nya ketika ingin masalahnya hilang. Sehingga hanya mencari Tuhan ketika dilanda masalah.

Bagaimana dengan peran Tuhan,
Sebagai Guru yang mengajar kita mengenal firman-nya?
Sebagai Gembala yang memperdengarkan Suara-Nya?

Sebagai Hakim yang mengadili segala perbuatan kita?

Saudara, betapa pentingnya kita berjalan dalam pimpinan Roh Kudus dalam hidup kita. Tanpa bertumbuh, orang kristen akan terkaget-kaget ketika dilanda badai. Itulah mengapa pergumulan terasa begitu berat karena hati yang tidak siap dan iman yang mundur. Sebaliknya, jika firman Tuhan adalah peganganmu setiap hari, saudara akan lebih kuat menghadapi badai besar yang akan datang. 

Hanya benih yang jatuh di tanah yang baik yang dapat tetap hidup, bertumbuh dan berbuah. Seseorang yang bertumbuh akan lebih sungguh-sungguh mengasihi Allah dan sesamanya (1 Tes 4:9-10). Kita sering membahas tentang mengasihi sesama. Tahukah saudara bahwa mengasihi sesama mencakup bertanggung jawab atas hidup sendiri?

1 Tesalonika 4:11-12
Anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, mengurus persoalan-persoalan sendiri, dan bekerja dengan tanganmu, seperti yang telah kami pesankan kepadamu, sehingga kamu hidup sebagai orang-orang yang sopan di mata orang luar dan tidak bergantung pada siapapun.

Kasih seperti ini unik, dilakukan untuk kebaikan diri sendiri dan juga orang lain. Kita mengasihi sesama seperti seperti ini tanpa berinteraksi dengan sesama. Kasih ini ada ketika setiap kita bertanggung jawab atas peran masing-masing. Saudara masih ingat kisah semut dan belalang? Jika semut dan belalang masing-masing melakukan perannya, tidak akan ada masalah kelaparan terjadi pada siapapun. Dunia ini akan sangat damai dan tentram jika setiap kita melakukan peran masing-masing. Karena tidak ada lagi pemalas yang tidak bekerja, tidak lagi ada lagi yang gosip, tidak ada lagi yang politik dalam tempat kerja, tidak ada lagi anak yang perlu membuktikan diri, tidak ada lagi kejahatan yang muncul di berita.

Umumnya masalah dan konflik terjadi karena peran yang tidak jelas.
Contoh sederhana,

Ketika orang tua bertengkar, entah mengapa anak-anak sering dijadikan juri untuk menentukan siapa benar dan salah.
Dalam kehidupan suami-istri, entah mengapa sering ada campur tangan misterius (orang tua atau mertua), mencoba mengatur urusan rumah tangga dalam hal keuangan, mengasuh anak ataupun merebut kasih sayang.

Bukankah masalah-masalah seperti ini muncul karena peran yang tidak jelas? Masalah ini tidak akan ada jika kita mengikuti apa kata firman Tuhan. Kita perlu dengan jelas mengetahui peran kita masing-masing di hadapan Tuhan.

Orang tua berperan sebagai pemimpin dan memberi teladan. Jika ada konflik, belajar komunikasi dengan baik, bukan dengan menarik anak-anak ikut dalam hidup yang tidak tenang. Sering kali anak-anak terjebak dalam pertengkaran orang tua dan merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah orang dewasa.

Setelah anakmu menikah, ia telah bersatu dengan istrinya. Peran orang tua dan mertua adalah memberikan ruang agar pasangan ini dibentuk oleh Tuhan. Jangan menyalahgunakan otoritas sebagai orangtua dan mertua. Jangan merebut peran Tuhan, hanya Tuhan yang berhak mencampuri urusan mereka. Itulah kasih yang paling besar sebagai orang tua kepada anak-anaknya.

Ingatlah, Tuhan ingin kita mengejar hikmat dan mengunakannya dalam segala aspek kehidupan. Minggu lalu kita belajar untuk berhikmat dalam berkata-kata. Kita juga perlu berhikmat dalam bertindak. Setiap kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita di hadapan Allah. Ketika setiap kita melakukan peran masing-masing, disitulah kita mendapat kehormatan untuk hidup tenang (1 Tes 4:11a).

Tuhan memanggil kita untuk hidup kudus, yaitu terus bertumbuh dan berbuah di dalam-Nya. Tuhan juga memanggil kita untuk hidup tenang, yaitu bertanggung jawab atas peran masing-masing. Seperti halnya angin, demikianlah Roh Kudus bekerja dalam hidup kita. Kita tidak melihat-Nya, tetapi kita dapat merasakan-Nya. Marilah kita mengarahkan perhatian kita pada karya Roh Kudus yang tinggal di dalam setiap kita.

 

Ps Wennie Dong