Artikel TUHAN Berkenan Memberi Makan & Memulihkan
Lukas 6:1-8
Pernahkah Anda merasa sangat lapar, tetapi tidak ada makanan untuk dikonsumsi? Apa yang akan Anda lakukan? Atau ketika Anda lapar, Anda tidak makan karena bingung mau makan apa?
Murid-murid Yesus berjalan melewati ladang gandum, murid-murid memetik bulir gandum dan mamakannya karena mereka lapar (Matius 12:1). Melihat hal tersebut, orang-orang Farisi memandang hina perbuatan murid-murid Yesus yang memetik bulir-bulir gandum sambil melewati ladang. Orang-orang Farisi adalah orang-orang yang memandang dirinya kudus dan baik. Perlu kita ketahui bahwa pada masa itu, memakan (tidak bungkus pulang / take away) hasil ladang ketika melewati sebuah ladang diperbolehkan. Peraturan tersebut ditetapkan untuk memelihara orang-orang miskin. Artinya, jika ada orang miskin yang lapar, mereka boleh makan di ladang langsung dari pohon atau tanamannya. Sedangkan untuk hasil panen gandum, mereka hanya boleh mengambil yang jatuh atau di bagian pinggir ladang (Imamat 23:22).
Yang dipersoalkan oleh orang-orang Farisi adalah hari itu adalah Hari Sabat. Orang-orang yang merasa diri mereka baik dan bermoral tinggi berkata, "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” (Lukas 6:2). Mereka menyuruh Yesus melihat, “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat” (Matius 12:2).
Yesus berespons, “TIDAKKAH KAMU BACA apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, PADAHAL ROTI ITU TIDAK BOLEH DIMAKAN kecuali oleh imam-imam?” (Lukas 6:3).
Yesus bagaikan berkata, “Tidakkah kamu membaca Alkitab?” Yesus menceritakan kisah yang diketahui baik oleh orang-orang Farisi yang merasa diri mereka baik dan bermoral tinggi tersebut. Bukankah Daud, raja yang sangat mereka hormati juga memakan roti sajian yang tidak seharusnya mereka makan? Pada saat itu, Daud dan pengikut-pengikutnya sedang melarikan diri dari raja Saul (Iblis terus memengaruhi dia) yang mau membunuh mereka. Jadi, mereka melarikan diri, dan karena sangat kelaparan dan kehausan mereka masuk ke Rumah Tuhan. Mereka mendapatkan makanan dan minuman untuk menyegarkan diri sebelum mereka lanjut melarikan diri.
Nah, Yesus juga menyembuhkan seseorang sakit di hari Sabat ketika Dia mengajar di rumah ibadat. Bagi orang Farisi, seorang sakit adalah seorang yang sangat berdosa, sehingga akan jauh lebih baik jika orang tersebut tidak beribadah. Kemudian orang-orang Farisi marah terhadap Yesus karena Dia menyembuhkan orang sakit tersebut. Bagi orang Farisi, tindakan penyembuhan di hari Sabat hanya diperbolehkan bagi orang yang sakit kritis alias akan meninggal dunia.
Orang-orang Farisi adalah hamba uang. Mereka hidup untuk dihormati orang, untuk menampilkan diri bahwa mereka kaya, baik, dan kudus. Padahal Tuhan melihat hati mereka. Tuhan mengetahui bahwa mereka berpura-pura, bahkan hati mereka jahat. Perbuatan baik yang mereka lakukan bukan untuk TUHAN, tetapi untuk mendapatkan pujian manusia.
Yesus menegaskan, “Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat.” Tuhan mengizinkan murid-murid-Nya yang lapar menikmati makanan sambil melewati ladang (tidak ada salahnya makan sambil jalan di hari Sabat). Tuhan berkenan menyembuhkan orang di hari Sabat. Tuhan melakukan tindakan keadilan, yakni memulihkan orang yang sakit tersebut, karena dia memiliki gambar Allah. Sebaliknya, bagi orang Farisi, orang yang sakit tersebut sudah tidak berkenan bagi Tuhan. Ironisnya, Tuhan justru tidak berkenan pada orang-orang Farisi karena kepalsuan mereka.
Tuhan bertanya, "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?” (Matius 12:11). Yesus bagaikan berkata kepada orang Farisi, “Bukankah kalian memperlakukan domba lebih daripada manusia?” Atau dengan kata lain, Yesus bagaikan mengatakan secara ironis kepada orang Farisi, “Bukankah domba juga manusia?” (bercanda).
Well, kita diingatkan bahwa gereja bukan tempat untuk pamer - pamer kekayaan, pamer kecantikan, pamer kehebatan, pamer kebaikan. Gereja bukan tempat fashion show, juga bukan tempat religious show. Gereja adalah tempat untuk orang-orang berdosa. Dengan kata lain, setiap kali kita beribadah kepada TUHAN, kita harus ingat bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan Tuhan.
Ps. Lan Yong Xing