Search

Artikel Tidak Seperti Dulu Lagi!

1 Korintus 13: 11

Apakah saudara pernah mendengar orang berkata bahwa orang yang tahu dan mengerti hukumlah yang mempermainkan hukum itu sendiri sesuai hati dan kepentingannya atau orang pintar juga lah yang membodohi orang lain demi kepentingannya sendiri! Mengapa sampai ada pendapat demikian! Karena bisa jadi di dalam keseharian hidup kita memang terjadi demikian, dimana banyak orang yang memiliki “kuasa”, baik pangkat, koneksi, relasi, kekayaan, kepintaran, atau karunia tertentu, yang menyalahgunakan apa yang dimilikinya untuk membenarkan diri atas tindakannya. Korintus sebagai kota metropolitan pada saat itu juga banyak terdapat orang-orang berkuasa dan memiliki karunia, dan orang-orang yang demikian juga ada di dalam gereja di Korintus. Mereka menggunakan kuasa atau karunianya untuk melayani Tuhan.

Namun, ada beberapa orang yang menjadi sombong, tidak sabar, mencari keuntungannya sendiri ketika melayani, bahkan melakukan ketidakadilan, dan pemarah. Mereka berpikir karena mereka memiliki kuasa atau karunia, maka mereka sudah melayani dengan kasih (kasih versi mereka). Mereka tidak menjadi contoh dan teladan bagi umat Tuhan yang lain dan juga bagi orang-orang Korintus pada waktu itu. Oleh karena itu Paulus menegaskan bahwa kasih versi mereka itu keliru dan Paulus menjelaskan apa arti kasih itu yang sebenarnya sembari juga mengatakan bahwa kuasa atau karunia apa pun yang dimiliki akan berhenti, dan hanya kasih yang tidak akan berkesudahan (1 Kor 13:8). Paulus mau agar orang-orang yang memiliki kuasa atau karunia ini memiliki pemahaman atas tindakannya. Ya, kuasa atau karunia suatu saat tidak akan perlu lagi ketika kita menghadap-Nya. Maka dari itu hendaknya setiap saat kita mendorong diri kita untuk melakukan apa pun berdasarkan kasih-Nya.

Paulus juga mengatakan “ketika aku kanak-kanak, aku berbicara seperti kanak-kanak, aku merasa seperti anak-anak, aku berpikir seperti anak-anak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat anak-anak” (1 Kor 13:11). Di sini Paulus menegur dan mengingatkan jemaat-jemaat Korintus yang memiliki kuasa ataupun karunia, bahwa mereka sekarang adalah orang-orang percaya, anak-anak Allah. Mereka berbeda dengan diri mereka yang dulu (yang masih anak-anak), yang tidak mengenal Tuhan yang seringkali menggunakan kuasa ataupun karunianya untuk membenarkan tindakannya. Paulus menegaskan mereka bahwa mereka (kita) sekarang adalah orang yang dewasa (orang yang percaya dan mengenal Tuhan), dan oleh karena itu jangan berpikir dan berprilaku lagi seperti anak-anak, tetapi berpikir, dan berprilaku seperti orang yang dewasa, seperti orang yang mengenal Tuhan.

Hal ini menjadi perenungan bagi setiap kita apakah setiap hari di dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, dan di dalam gereja kita telah menjadi contoh dan teladan hidup bagi orang-orang di sekitar kita? Mari, kita jangan berpikir dan berprilaku seperti dulu lagi, seperti ketika kita belum menjadi orang-orang percaya atau ketika kita belum mengenal-Nya dengan benar. Kiranya kita boleh berpikir dan berprilaku seperti anak-anak Tuhan, berprilaku dewasa, dan memancarkan kasih-Nya kapan pun dan dimana pun kita berada! Biarlah hidup kita menjadi kesaksian bagi orang lain. Dan untuk itu, maka setiap hari kita harus memeriksa diri di hadapan Tuhan dan mohon Ia menguji setiap hati kita. Kira Tuhan menolong setiap kita. Amin!

Ev. Malemmita