Search

Artikel Tidak Lagi Dipedulikan!

1 Timotius 4: 8

Apakah Anda pernah melihat atau memerhatikan suatu barang sambil berkata di dalam hati “wah, sayang sekali yahh, kok bisa jadi begini!”, sebab barang atau sesuatu yang Anda perhatikan itu tidak lagi dipedulikan alias diabaikan, padahal Anda tahu bahwa barang tersebut sangat bagus bahkan Anda pun menyukainya? Saya pernah mengalami pengalaman ini, suatu ketika hendak mau berangkat ke suatu tempat, ketika hendak menghidupkan motor yang mau dikendarai untuk pergi, eh sampai puluhan menit usaha menghidupkan mesinnya pun gagal. Padahal motor tersebut kelihatan masih sangat bagus, dan saya pun menyukainya. Dan selidik punya selidik rupanya motor tersebut tidak lagi begitu dipedulikan, sehingga bukannya keadaanya makin baik tetapi justru makin buruk sebab jarang dirawat, dihidupkan mesinnya, dan digunakan sebagimana mestinya.

Jika dilihat sekilas dari luar mungkin orang lain akan melihat bahwa kehidupan kita baik-baik saja seperti motor yang mau dikendarai itu kelihatan baik-baik saja. Tetapi bagaimana jika kehidupan kita dilihat lebih jauh ke dalam? Bisa jadi malah sebaliknya yang terjadi, keadaan kita makin buruk bahkan tidak memiliki daya hidup, semangat, dan pengharapan, sebab kita tidak mewarat kehidupan spiritual kita dengan baik. Kita mungkin merawat kehidupan fisik atau tampilan luar dengan baik dengan beragam aksesorisnya, tetapi bagaimana dengan kekedalaman kehidupan kita? Mengenai hal ini, 1 Timotius 4: 8 (TB1) mengatakan “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”. TB2 menerjemahkan “ibadah” menjadi kesalehan.

Jadi, jika rindu hidup kita beres dan berkesesuaian apa yang nampak di luar dengan kekedalaman diri kita sehingga dapat menjadi teladan hidup dan saksi-Nya yang berkenan pada-Nya, maka kita tidak cukup hanya melatih diri kita yang kelihatan, tetapi yang paling penting lagi adalah kita mesti terus melatih yang tidak kelihatan itu, melatih kehidupan batiniah spiritual kita, dengan terus melatih diri kita menjadi saleh. Jangan hanya karena engkau masih berdoa dan beribadah engkau merasa baik-baik saja sehingga engkau tidak lagi mempedulikan bagaimana sesungguhnya keadaanmu di hadapan-Nya. Periksalah dirimu senantiasa dan bertanya pada diri “Tuhan apakah hatiku terkait dan terikat dengan hati-Mu?”. Keterikatan dan keterkaitan hati kita pada-Nya adalah bentuk bahwa kita sungguh-sungguh memiliki relasi yang baik dengan-Nya yang terlihat dari bagaimana kita menghidupi dan merawat kehidupan spiritual kita.

Saleh tidak hanya mencakup peribadatan, tetapi bagaimana kita dengan sepenuh hati taat, sungguh-sungguh menjalankan panggilan hidup kita, sungguh-sungguh berdoa dan beribadah. Bagi orang-orang dunia menjalani hidup saleh mungkin hal yang mustahil, tetapi bagi orang percaya adalah sangat mungkin, karena Allah telah menganugerahkan Roh kudus-Nya atas setiap kita sehingga kita dimampukan untuk hidup saleh dan berkenan kepada-Nya. Maka dari itu, periksalah setiap hari hidupmu di hadapan-Nya, jangan lengah, rawatlah senantiasa kehidupan spiritualmu dan andalkanlah Dia untuk menolong dan menuntunmu untuk hidup saleh dan berkenan pada-Nya!

Ev. Malemmita