Search

Artikel Sudah Tidak Seperti Dahulu

Yehezkiel 16

Jika kita memperhatikan Yehezkiel 16, kita dapat merasakan bahwa TUHAN sangat sakit hati. Kita mungkin merasa apa yang TUHAN katakan keras dan bahkan kasar. Akan lebih baik jika Saudara membaca Yehezkiel 16 sendiri.

Bayangkan kita adalah seorang anak yang dibuang, tidak ada kasih sayang. Kita ditempatkan di dalam kardus di tepi trotoar bersama dengan tumpukkan sampah. TUHAN yang melewatinya melihat kita sedang menendang-nendang dalam lumuran darah. TUHAN membersihkan kita dan mendandani kita. TUHAN membesarkan kita dan memberikan yang terbaik bagi kita. Pakaian kita dirancang Marc Jacobs, tas kita didesain Betsey Johnson, bahan make up kita dari Coco Chanel.  Pakaian dalam kita dari Calvin Klein dan berbagai perlengkapan kita dari H & M. Kita adalah penerima top scholar awards karena kepintaran kita. Rumah kita dipenuhi dengan piala dan piagam penghargaan. Untuk gelar sarjana, kita menerima Sophia Freund Prize dari Harvard University. Untuk gelar Ph.D, kita menerima penghargaan Albert M. Fulton. Kecantikan kita menuai banyak pujian. Kita juga merupakan pemenang Miss Globe, Miss Universe, Miss Charm, Miss Tourism International. Kecantikan kita membuat akun sosial kita di Youtube, Snapchat, Facebook, Linkedln, Tiktok maupun Instagram harus ditangani khusus oleh social media manager.

Sangat banyak yang jatuh cinta pada kita karena kecantikan dan kesuksesan kita. Kita melupakan TUHAN yang menyelamatkan kita. Perjanjian-Nya kita ingkari, kasih setia-Nya kita jauhi. Kita masih beribadah kepada-Nya, tetapi hanya dengan bibir saja, hati kita sudah jauh dari Dia. Kita beribadah karena tidak mau ditanya, "Mengapa kamu tidak datang beribadah?" Kita melayani karena ingin memberikan yang terbaik kepada sesama.

Sepertinya, kita masih melayani TUHAN, tetapi TUHAN tidak merasa Diri-Nya dilayani kita. Kita melayani karena teman, karena butuh mengisi kekosongan, karena takut kesepian, karena tidak mau ketinggalan. Kita sudah tidak hidup untuk TUHAN. Kita hidup untuk diri sendiri. Kita menggunakan dasar "Allah itu baik" untuk mendapatkan apa yang kita inginkan seperti bangsa Yehuda yang memanfaatkan Rumah TUHAN dan kesetiaan-Nya demi kenyaman mereka. Kita berdoa demi mendapatkan apa yang kita inginkan. Kita tidak lagi berdoa demi melakukan apa yang TUHAN kehendaki.

Kita kehilangan kasih kita yang mula-mula. Dulu, kita beribadah hati kita begitu terhubung pada TUHAN dalam pujian, firman, dan doa. Ketika bernyanyi, hati terharu, ketika menerima sakramen perjamuan kudus, air mata mengalir. Kini, hati kita sudah tidak merasakan apa-apa lagi. Dulu, kita sangat mencintai firman TUHAN. Kini firman TUHAN hanyalah pengetahuan dan informasi belaka. Dulu, firman TUHAN adalah perkataan hidup, kini telah mati di hati kita. Dulu, doa kita dipenuhi kuasa Roh, kini doa kita menjadi kering tak jelas. Apakah kasih, sikap hati, kesetiaan kita kepada TUHAN sudah berkurang? Atau sebaliknya, semakin hari kita semakin mengasihi Dia.

Ps. Lan Yong Xing