Search

Artikel Seringnya Kita Menipu Diri Sendiri

Amsal 16:2:

“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.”

Ada cerita tentang seorang karyawan perusahaan swasta yang bernama Andre. Andre selalu datang ke kantor tepat waktu. Ketika atasannya memberikan pekerjaan, Andre dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan cepat. Sewaktu atasannya sedang membawa banyak barang, Andre membantu atasannya mengangkat barang. Sudah lima tahun Andre bekerja di sana, tetapi ia tidak pernah naik jabatan. Sedangkan Ricky, teman Andre yang baru bekerja satu tahun, sudah naik jabatan. Andre pun memberanikan dirinya untuk bertanya kepada atasannya mengapa hal yang demikian bisa terjadi, padahal selama ini Andre sudah bekerja dengan baik dan ia merasa semuanya telah ia lakukan dengan tulus. Atasannya memberikan jawaban bahwa ia tidak tahu apa motivasi di balik kerajinan Andre membantu dirinya, tetapi ia tahu bahwa Ricky itu pekerja yang tulus karena Ricky sering membantu rekan kerja sebaya yang lain walaupun itu bukan pekerjaannya.

Amsal 16:2 ini berbicara bahwa kita, manusia, sering menipu diri kita sendiri. Kita berpikir segala yang kita lakukan ini sudah baik, sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Ketika kita membantu mengangkatkan barang atasan kita, kita meyakinkan diri kita bahwa itu bentuk kasih kita kepada sesama. Ketika kita melayani di gereja, kita meyakinkan diri kita bahwa itulah bentuk kasih kita kepada Tuhan. Ketika kita memberitakan Injil kepada saudara kita, kita meyakinkan diri kita bahwa kita telah melaksanakan keinginan Tuhan.

Akan tetapi, apakah yang kita pikirkan itu sesuai dengan yang Tuhan pikirkan tentang kita? Apakah yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri sudah pasti yang sebenarnya terjadi? Apakah kita lebih tahu tentang diri kita daripada Tuhan mengenal kita? Jawabannya tidak. Tuhan lebih mengenal diri kita bahkan sampai ke dalam pikiran dan hati yang terdalam yang kita sendiri tidak menyadarinya.

Amsal 16:25 berkata, “Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Kita mungkin mengira hal yang kita perbuat sebagai sebuah kebaikan. Akan tetapi, jika kita melakukan hal itu dengan motivasi yang tidak benar, maka kebaikan itu akan membawa kita kepada maut. Jika kita membantu orang lain untuk dinilai baik dan mendapat keuntungan, maka itu bukanlah kasih, tetapi munafik dan rakus. Jika kita melayani sebagai singer atau pemain musik di gereja untuk tampil dan memperlihatkan kemampuan kita, maka itu tidaklah melayani Tuhan, tetapi sombong dan pamer. Jika kita memberitakan Injil untuk menyatakan kesalahan dan kekurangan kepercayaan orang lain dan bukan untuk menyatakan kuasa Injil dan Tuhan Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib, maka kita tidak memberitakan Injil itu seutuhnya. Kita justru memberi gambaran identitas orang Kristen yang tidak tepat kepada orang lain.

Kita sering menipu dan ditipu diri kita sendiri. Namun, Tuhan mengerti benar motivasi diri yang terkadang kita sendiri tidak sadari. Kita perlu meminta kepada Tuhan untuk menguji dan menyelidiki hati kita. Jika kita meminta hal yang sesuai kehendak Tuhan, Tuhan pasti mengabulkannya. Maka dari itu, kita dapat memohon kepada Tuhan supaya kita mengenal pikiran dan hati kita sendiri. Seperti dalam Mazmur 139:23 tertulis, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.”

Sdr. William Alexander