Artikel Saling Memimpin ke Dalam Jalan Yang Benar
Galatia 1: 1-6
Kekristenan bukan saja berbicara tentang iman, tetapi juga tentang sejarah. Iman dengan bukti-bukti sejarah yang sah. Jadi bukti- bukti yang menunjukkan bahwa Allah, firman-Nya, TUHAN semesta alam, turun ke dunia dan menjadi manusia, dan pernah hidup diantara manusia, dan meneruskan teladan, sikap hidup, dan pengajaran-Nya kepada para murid-murid tidak hanya dicatat oleh orang-orang beriman di dalam kitab sucinya, tetapi juga oleh para sejarawan dunia. Salah satunya adalah mengenai kisah kehidupan dan kematian Polikarpus. Sejarah gereja maupun sejarah imperium Romawi mencatat bahwa Polikarpus (69-156 M) adalah seorang murid dari Yohanes, murid-Nya Tuhan Yesus.
Polikarpus disiksa bahkan dibakar sampai mati oleh pemerintah Romawi karena ia tidak mau ingkar iman, tidak mau berpindah ke lain hati. Di dalam siksaan itu ia berkata “Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana mungkin aku akan mencaci Raja (Kristus) yang telah menyelamatkanku. Apimu hanya akan membakar hanya satu jam, tetapi api penghakiman adalah abadi”. Polikarpus dan jemaat-jemaat gembalaanya di kota Smirna (Turki) mati mempertahankan keselamatan, jalan kebenaran yang telah mereka peroleh. Mereka saling mendukung, menguatkan, saling memimpin di jalan kebenaran-Nya. Mereka sadar bahwa tidak yang sepadan dibandingkan dengan pemilihan dan anugerah Allah yang mereka terima melalui karya Tuhan Yesus. Tidak ada yang dapat menggantikan darah Tuhan Yesus yang mahal, yang telah tercurah di kayu salib untuk menebus dosa dan kesalahan mereka sehingga walaupun mereka didera dan disiksa agar mengingkari imannya mereka tetap tidak berubah.
Apa yang terjadi dan respon Polikarpus bersama komunitas dengan jemaat Galatia sebagaimana yang kita saksikan hari ini jauh berbeda. Jemaat Galatia tidak hanya tidak mendapat tantangan iman sebagaimana yang Polikarpus dan jemaatnya hadapi. Tetapi walaupun demikian, jemaat Galatia lekas berbalik dari imannya dan mengikuti ilah atau injil yang lain sebagaimana yang dikatakan Galatia 1: 6 bacaan kita hari ini “Aku heran bahwa kamu lekas berbalik dari Dia yang dalam anugerah Kristus telah telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain” . Kata berbalik dapat diterjemahkan dengan memberontak. Dan jika dilihat dari gramatika Bahasa Yunaninya, maka terdapat indikasi bahwa pemberontakan ini bukan hanya karena faktor eksternal, artinya ada pihak kedua yang membuat mereka berubah, tetapi juga karena mereka rela dan diperdaya. Tentu saja tidak semua jemaat Galatia dapat dipengaruhi dan rela untuk memberontak. Jadi terdapat serigala berbulu domba di dalam jemaat yang menyesatkan jemaat seperti apa yang dikatakan oleh 1 Korintus 15;33 “jangan sesat! Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik”.
Di dalam kehidupan kita, di sekitar bahkan di dalam gereja juga banyak terdapat serigala berbulu domba ini yang mengatakan bahwa keselamatan tidak akan cukup dengan percaya kepada Tuhan Yesus saja tetapi memerlukan hal-hal yang lain (jemaat Galatia memerlukan ketaatan pada Taurat, aturan-aturan dan adat isitiadat Yahudi). Hal-hal lain ini dapat disebut juga sebagai injil-injil yang lain yakni segala sesuatu yang akan mengacaukan fokus dan perioritas hidup kita, yang fokusnya hanya untuk menyenangkan manusia, yang hanya mengejar sesuatu yang fana dan sementara. Dan hal ini juga terjadi karena kita belum dewasa secara Rohani, belum mengenal Tuhan dengan benar sehingga mudah diperdaya. Jadi penting sekali kita merenungkan apakah pergaulan kita di luar sana dan di dalam gereja membangun kehidupan Rohani kita ataupun tidak. Dan penting sekali kita membawa pergaulan dan pertemanan kita kepada Tuhan. Mohon Tuhan yang mencelikkan mata Rohani kita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak menjadi jaminan pertemanan yang Anda temukan di dalam gereja akan membuatmu semakin bertumbuh dan dekat dengan Tuhan. Semuanya harus diuji dan mohon hikmat dan kepekaan terhadap kehendak Allah. Saya pernah menemukan seseorang yang awalnya sebelum bergabung dengan komunitas tertentu sangat tekun dan serius di dalam hal-hal Rohani, tetapi setelah bergabung di komunitas Rohani tersebut malah semakin mundur.
Beberapa tahun yang lalu saya pernah bergabung dengan sebuah komunitas Rohani. Karena menurut pengalaman saya, bergabung dengan komunitas Rohani akan sangat baik bagi saya di dalam pertumbuhan Rohani seperti sebagaimana yang pernah saya alami di tempat ini. Dimana melalui komisi pemuda, tim musik, ostm, dll dulunya saya banyak belajar, dan semakin bertumbuh di dalam Tuhan. Namun, di komunitas baru ini nampaknya berbeda. Malahan aktivitas yang seharusnya untuk pertumbuhan Rohani seperti sharing, doa bersama diganti menjadi hang out. Bahkan kegiatan untuk berlibur bersama seringkali diadakan di hari minggu dimana sebagian dari komunitas selalu terlibat melayani dan mengkhususkan diri untuk beribadah. Ini adalah komunitas yang tidak sehat, tidak saling membangun. Maka dari itu, jika lingkunganmu, komunitasmu, bahkan keluargamu sendiri memilih meninggalkan ibadahmu demi kebersamaan, hang out, olahraga, dsb, perlu direnungkan kembali dan didoakan! Tentu tidak ada yang salah dengan menikmati kehidupan sebab Tuhan juga memanggil kita untuk hidup berbahagia. Tapi yang menjadi catatan penting adalah fokus dan orientasi hati kita. Ketika kita menggampangkan hal-hal yang Rohani, maka kita tidak akan pernah bertambah dewasa secara Rohani dan mengenal Tuhan dengan benar sehingga mudah diperdaya. Dan sebagian jemaat Galatia memiliki pemikiran dan sikap yang demikian sehingga mereka gampang berpindah ke lain hati, keluar dari jalan kebenaran yang telah mereka peroleh.
Lantas bagaimana caranya agar kita tidak pindah ke lain hati dan tetap berada dan saling memimpin di dalam jalan kebenaran itu? Yang pertama adalah kita mesti terus belajar untuk berelasi dan mengenal Tuhan dengan benar. Relasi dan Pengenalan akan Tuhan dengan benar tidak hanya nampak dari ketekunan kita di dalam doa dan belajar akan firman-Nya, tetapi juga terlihat di dalam spirit dan sikap hidup yang berdasarkan karya, pengorbanan dan kebangkitan-Nya (ay. 2-5). Secara sederhana, dapat diterjemahkan dengan mengatakan bahwa jika seseorang mengenal Tuhan dengan benar maka akan terlihat dari sikap hidupnya yang rela berkorban, tekun, dan teguh (kebangkitan-Nya) di dalam hidup dan imannya.Pertanyaannya adalah apakah engkau adalah orang yang rela berkorban, tekun dan teguh di dalam hidup dan imanmu? Kiranya kita menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang mengenal Tuhan tidak hanya melalui kehidupan doa dan pembelajaran akan firman-Nya, tetapi juga melalui sikap di dalam keseharian hidup kita!
Kedua, agar kita (dan orang-orang di sekitar kita) tidak pindah ke lain hati dan tetap di jalan kebenaran-Nya adalah dengan hidup saling memerhatikan di dalam Tuhan sebagaimana yang dilakukan Paulus dan saudara-saudara seiman yang lain di dalam bacaan kita hari ini (ay. 2-4). Paulus sangat memerhatikan kehidupan jemaat Galatia bahkan senantiasa mendoakan mereka sembari menegur dan mengingatkan apa yang benar dan seharusnya sebagai orang-orang yang telah mendapatkan anugerah dan kasih karunia dari Tuhan. Hal ini mengingatkan kita bahwa di dalam saling memimpin ke dalam jalan yang benar mestilah kita saling menegur, mengingatkan, dan memerhatikan, dan tentunya saling mendoakan. Saat ini coba renungkan adakah engkau telah menegur, mengingatkan, memerhatikan, dan mendoakan orang-orang di sekitarmu karena cintamu kepada Tuhan? mulailah melakukannya, ingat, perhatikan, dan doakanlah senantiasa jemaat-jemaat Kristus di sekitarmu, sebab dengan demikian maka engkau telah hidup di dalam saling memimpin di jalan yang benar!
Ketiga, agar kita (dan orang-orang di sekitar kita) tidak pindah ke lain hati dan tetap di jalan kebenaran-Nya adalah dengan kita hidup tidak dipenuhi oleh kepentingan/kemuliaan diri sendiri, tetapi Allah.Paulus tidak mencari kepentingan/kemuliaan sendiri (ay. 1, 2, 10). Bahkan pada ayat 5, Paulus dengan tegas mengatakan “bagi-Nyalah kemuliaan sampai selama-lamanya, amin!”. Fokus dan kepentingan Tuhanlah yang mesti menjadi yang utama. Ketika kita dan orang-orang di sekitar kita hidup fokus kepada Tuhan dan kepentingan-Nya maka kita akan peka terhadap isi hati, kehendak, dan pimpinan Tuhan, sehingga hati dan hidup kita sepenuhnya dapat menyenangkan hati-Nya. Pada ayat 10 firman Tuhan bertanya secara retoris melalui Paulus dengan mengatakan adakah kucari kesenangan/kepentingan Tuhan atau manusia? Hari ini Tuhan juga menanyakan hal yang serupa kepada setiap kita “adakah kau cari kepentingan/kesenangan Tuhan atau manusia?”
Agar kita tidak pindah ke lain hati dan tetap saling memimpin di dalam jalan kebenaran-Nya, hari ini Tuhan mengingatkan kepada setiap kita, yang utama adalah agar kita terus menjalin relasi dan mengenal-Nya dengan benar, agar (sehingga) hidup kita saling memerhatikan, sehingga relasi kita dengan keluarga, komunitas, dan orang lain beres. Selain kita tekun di dalam kehidupan doa dan firman, di dalam sikap hidup kita juga menunjukkan sikap yang rela berkorban dan tidak mencari kepentingan/kesenangan sendiri, tetapi Allah? Luangkan dan tingkatkan kualitas waktumu bersama-Nya. Bulan ini adalah bulan keluarga GKI Duta Mas, dan jika engkau rindu keluargamu tidak pindah ke lain hati, dan senantiasa bersama-sama berjalan di jalan kebenaran-Nya, maka luangkan dan tingkatkanlah kualitas waktu bersama keluargamu!
Pada Yohanes 14: 6 Tuhan Yesus mengatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa jikalau tidak melalui Aku”. Pada Kisah Para Rasul 4:12 juga dikatakan bahwa keselamatan hanya di dalam nama Tuhan Yesus, tidak ada yang lain. Kita telah menerima anugerah, keselamatan dari-Nya. Peganglah dan kerjakanlah dengan tetap saling memimpin di dalam jalan kebenaran-Nya.
Pada tahun 2022 yang lalu dirilis sebuah lagu yang berjudul “pindah ke lain hati”. Demikian sekilas lirik lagu tersebut;
Rintik hujan yang turun sederas air mata
Saat kulihat engkau dengannya
Sungguh perih kurasa
Bagai tersayat sembilu cinta
Sungguh tidak kusangka
Orang yang aku sayang
Sampai hati permainkan cinta
Sungguhku tak percaya kau buatku kecewa
Melalui OSTM dan firman Tuhan-firman Tuhan yang kita dengar, kepada kita telah dijelaskan bahwa kita adalah kekasih-kekasih Allah, kita adalah mempelai Kristus, dan seperti lirik lagu di atas, KRISTUS PUN AKAN MERASA SEDIH, PERIH, HATI-NYA TERSAYAT, KECEWA JIKA KITA MEMPERMAINKAN CINTA-NYA, PINDAH KE LAIN HATI, sebab Ia adalah Allah yang cemburu, Ia cemburu karena kemurnian dan ketulusan cinta-Nya (Keluaran 20:5), Ia adalah Allah yang menginginkan kesetiaan dan hati kita sepenuhnya ketika kita bersama-sama-Nya sebab kita adalah milik-Nya (Matius 19:21, Efesus 5: 25-27). Maka dari itu, tekun dan teguhlah menjalin relasi dengan-Nya. Tuhan telah memberikan yang terbaik padamu maka berikanlah yang terbaik pada-Nya, tingkatkanlah kualitas waktumu bersama-Nya! Saat ini renungkanlah bagaimana hati Tuhan melihat hidupmu?
Ev. Malemmita