Search

Artikel Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, and Replace (6R)

Kejadian 1: 26-31 & Kolose 1:15-20

Sampai sekarang Planet Bumi merupakan satu-satunya planet di alam semesta yang memungkinkan terjadinya kehidupan, walaupun manusia sekarang tengah merekayasa dan “mencari” tempat hidup di planet lain, tetapi nyatanya manusia belum bisa menemukan alternatif untuk hidup di luar bumi. Maka dari itu bumi sebagai rumah untuk segala kehidupan perlu untuk di jaga, karena tidak ada pilihan lain bagi manusia untuk hidup selain hidup di Planet Bumi. Namun, pada kenyataannya rumah bagi kehidupan yang ada ini semakin rusak karena tindakkan-tindakkan konsumtif manusia; eksploitasi sumber daya alam, penebangan hutan, pencemaran-pencemaran oleh sampah, dsb—alam yang pada awalnya ramah menjadi marah. Hal ini tentu jauh dari yang namanya kebenaran. Firman Tuhan dalam Kejadian 1: 26-31 mengatakan bahwa Allah menciptakan amat sangat baik adanya—yang mengarah pada harmonisasi yang Allah hadirkan pada relasi Allah, manusia, binatang dan tumbuhan. Dalam Kolose 1:15-20 terlihat bahwa Allah Sang Pencipta itu pada hakikatnya ada dan hadir di semua ciptaan-Nya, manusia maupun bukan manusia. di mana ditegaskan, bahwa segala sesuatu, baik manusia maupun alam, tidak mungkin ada jika tidak ada Kristus, sehingga manusia patut menghargai dan menghormati ciptaan-ciptaan Allah yang lain.

Bukan hanya di Indonesia, sampah-sampah seperti plastik, karet, logam, dan kaca, dsb telah menjadi perhatian di seluruh dunia. Sampah telah menimbulkan fenomena-fenomena yang merusak alam. Contohnya, timbulnya “kepulauan” sampah di laut Honduras, di mana sampah-sampah ini mengambang selama bertahun-tahun karena sifatnya yang sulit diurai, dan terlihat seperti pulau-pulau. Selain itu, menurut The Great Pacific Garbage Patch kumpulan sampah-sampah yang ada di lautan antara Hawai sampai California, kini luasnya mencapai 1,6 juta km2. Hampir 400 kali lipat luas kabupaten sukabumi, ataupun 1000 kali lipat luas kota Batam.

Saat ini Indonesia telah mencapai situasi darurat sampah. Banyak gunung dan taman nasional yang tercemar oleh sampah yang dibuang sembarangan. Bahkan, Indonesia menjadi penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Menurut data dari World Bank Group, sampah plastik yang ada di laut Indonesia sendiri beratnya 150 ton dan jika tindakan konsumtif terus berlanjut maka diperkirakan sampah plastik yang ada di lautan Indonesia bisa mencapai 250 ton, bahkan diperkirakan lebih banyak dari jumlah ikan yang ada, ironis bukan? Semua hal tersebut adalah akibat kebiasaan yang sangat buruk dalam membuang sampah. 

Sebelum kita masuk bagaimana untuk mengurangi kontribusi sampah, kita mesti sadar terlebih dahulu siapa diri kita dan kita mau menjadi menusia yang seperti apa. Kej. 1:26-31 mengatakan bahwa manusia adalah gambar Allah (Imago Dei). Hal ini berarti manusia mesti memandang alam dengan amat baik adanya (ay.31). Artinya manusia berpartisipasi dalam menjaga kesinambungan alam.  Partisipasi tersebut jelas terdapat dalam ayat 28, di mana kata “menguasai” sebenarnya berasal dari akar kata redu yang berarti mendampingi dan taklukanlah (kabbasy) bisa juga berarti mengusahakan dan memelihara ataupun mengolah. Sehingga jelas, bahwa Kej. 1: 26-31 tidak bermaksud mengeksploitasi, namun manusia berpartisipasi untuk mengusahakan dan melestarikan alam sebagai suara Allah kepada alam, karena manusia adalah gambar Allah yang melihat segala sesuatu yang Ia ciptakan amat baik, terbaik (tov meod)—mencerminkan cara hidup Ilahi dan melayani sebagai perantara bagi segenap ciptaan di hadapan Allah. Partisipasi tersebut juga ditegaskan di dalam Kolose 1:15-20. Bahwa Kristus adalah gambar Allah yang sulung, yang berinkarnasi bagi seluruh ciptaan, yang menerima dan merengkuh segenap aspek alam semesta di dalam diri-Nya agar dengan demikian Ia bisa memperbarui dunia. Sehingga dengan kita juga mesti meneladani-Nya—kita merepresentasikan Kristus yang bersolidaritas dan relasional terhadap alam, di mana kita merupakan bagiannya.

Sebagai bagian dari alam, gambar Allah yang merepresentasikan Kristus yang yang bersolidaritas dan relasional dengan alam; maka sebelum menggunakan segala sesuatu yang berkaitan dengan alam kita mesti berlaku bijak dan berpikir terlebih dahulu (Rethink). Jika tidak memungkinkan untuk menolak (Refuse) memakai segala sesuatu yang dapat memperkeruh keadaan alam, maka kita dapat mengurangi pemakaian (Reduce). Misalnya ketika berbelanja bawalah tas belanja yang bisa dipakai berulang kali. Jangan membeli barang dalam sachet kecil jika benar-benar tidak mendesak. Karena kemasan kecil memperoduksi sampah lebih banyak. Tips berikutnya adalah pemakaian kembali (Reuse)—membawa botol minum sendiri yang bisa diisi ulang, daripada membeli air kemasan yang sekali pakai. Biasakan juga membeli makanan dengan membawa wadah sendiri daripada dibungkus dengan styrofoam atau kertas dan dibawa dengan plastik, bayangkan berapa sampah yang sudah dihasilkan.

Tips berikutnya adalah mendaur ulang (Recycle). Barang-barang seperti ember rusak menjadi tempat sampah/pot tanaman, botol air kemasan menjadi tempat detergen, kaos bekas menjadi keset/pel/lap, dan lain sebagainya. Pisahkan sampah sesuai jenis organik atau anorganik, karena sampah organik seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dll bisa diolah menjadi pupuk kompos. Dan sampah anorganik seperti kertas dan plastic bisa bisa didaur ulang menjadi kertas kembali dan dompet plastic dsb. Selain itu, ketika membeli sesuatu kita juga pertimbangkan untuk membeli barang yang mudah untuk diurai—jika mengganti barang-barang, maka mengganti menjadi barang yang ramah lingkungan (Replace), misalnya menggunakan kotak bekal makanan sebagai pengganti styrofoam, dsb. 

Dari teks Firman Allah di atas, kita kembali disadarkan bahwa kita adalah gambar Allah dan kita meneladani Kristus untuk menjaga dan melestarikan alam sekitar kita. Itulah panggilan Allah bagi kita, bersolidaritas dan berelasi dengan seluruh ciptaan dengan menjaga keharmonisan alam di mana kita hidup. Kita perlu mengembalikan rumah kita ini sabagaimana yang Tuhan telah jadikan yakni alam yang begitu indah dan amat baik. Tuhan Yesus Memberkati.

Ev. Malemmita