Artikel Relasi Yang Saling Membangun!
Rut 1: 12-18
Menurutmu mengapa relasi antara orang-orang terdekat seringkali tidak kondusif bahkan konflik? Jika kita telusuri lebih jauh ke dalam relasi itu, tentu banyak faktor yang dapat menyebabkan sebuah relasi tidak kondusif bahkan konflik, mulai dari hal-hal sepele bahkan sampai menyangkut hal-hal principal. Oleh sebab itu, saat ini, berdoalah dan periksa dirimu! Menurutmu hal-hal apa saja selama ini yang membuat relasimu dengan orang-orang terdekatmu tidak kondusif bahkan konflik? bawalah semuanya kepada Tuhan dan mohonlah hikmat, pertolongan dan tuntunan dari-Nya! Memang tidak sedikit relasi antara orang-orang terdekat yang kurang harmonis, tetapi jika mau jujur, tentu lebih banyak terdapat relasi antara orang-orang terdekat yang tidak hanya kondusif, bahkan sangat akrab dan dekat. Dimana bahkan dukungan utama seseorang untuk bertumbuh di dalam Tuhan adalah dari orang-orang terdekatnya.
Bacaan firman Tuhan hari ini menggambarkan sebuah relasi yang tidak hanya jauh dari konflik tetapi justru relasi yang sangat intim. Hal ini tentu sangat menarik untuk ditelisik sebab kita tahu bersama bahwa hubungan antara mertua dan menantu sebagai orang dekat tidaklah selalu indah untuk digambarkan. Bahkan di dalam kaca mata umum, seringkali hubungan antara menantu dan mertua seringkali mendapat stigma negatif sebab di dalam kehidupan nyata memang terdapat banyak hubungan-hubungan yang kurang harmonis antara mertua dan menantu. Namun, kisah Ruth dan Naomi menunjukkan hal yang berbeda, kisah ini justru menunjukkan bagaimana mestinya keintiman relasi diantara orang-orang terdekat. Ya! Ruth dan Naomi sangat dekat, dan bagaimana akrab dan dekatnya mereka digambarkan dengan jelas pada ayat 16-17 dimana dikatakan “Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Jika dilihat sekilas pada bagian akhir ayat 17 , pernyataan ini mirip dengan janji pernikahan bukan! “sampai maut memisahkan!”. Inilah komitmet kasih Ruth kepada mertuanya. Terdapat kasih dan belarasa yang begitu besar dari Ruth terhadap mertuanya itu. Sebagai orang yang telah mendapatkan kasih sayang Naomi, Ruth tentu berpikir bagaimana mungkin seorang janda tua akan bertahan di tengah zaman yang patriaki seperti zamannya, sebab janda muda seperti dirinya kemungkinan besar akan susah bertahan hidup, apalagi janda yang sudah tua! Tetapi Ruth akan rela berkorban dan bahkan mati-matian berjuang untuk merawat ibu mertuanya tersebut. Inilah komitmen dan janji Ruth, seperti janji pernikahannya dahulu dengan mendiang suaminya, anak mertuanya itu.
Pertanyaanya adalah mengapa sikap Ruth dapat sedemikian belarasanya terhadap mertuanya itu? Jika kita baca kembali kitab Ruth secara lebih mendalam maka kita akan menemukan alasan-alasan terjalinnya relasi yang dekat dan akrab antara keduanya yakni; Pertama adalah tentu saja karena Naomi, si Mertua adalah teladan iman bagi Ruth. Kita tahu bersama bahwa walaupun Naomi hidup di tengah bangsa Moab yang notabennya adalah penyembah-penyembah berhala, tetapi Naomi tetap teguh kepada imannya dengan status sebagai janda. Ini tentu bukanlah hal yang mudah! sebab penyembah Yahweh di tengah mayoritas penyembah-penyembah berhala cendrung akan mengalami diskriminasi, tidak disukai oleh tetangga-tetangganya, bahkan bisa jadi mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Terlebih lagi Naomi adalah seorang janda yang rentan dibully di sosial masyarakat pada waktu itu. Tetapi di tengah tantangan itu semua, dan juga di tengah tantangan pergumulan hidup dimana suami dan anak-anaknya dipanggil terlebih dahulu, Naomi tetap setia menjadi penyembah Yahweh, TUHAN Semesta Alam. Naomi menunjukkan integritas dan ketangguhannya sebagai perempuan, laskar Allah di tengah pergumulan dan kepelbagaian hidup. Teladan iman yang demikian itu diwariskan kepada Ruth sebagai menantu sehingga Ruth sampai pada deklarasi bahwa “Allahnya (Naomi) akan menjadi Allahnya (Ruth). Tentu saja warisan iman ini tidak begitu saja diterima Ruth, Naomi tentu saja menghabiskan banyak waktu untuk menceritakan dan memperdengarkan tentang TUHAN Allah kepada Ruth, dan juga menunjukkan bagaimana seorang anak Allah harusnya hidup. Hidup Naomi menjadi kesaksian hidup untuk kemuliaan Allah bagi Ruth dalam keseharian hidupnya sehingga Ruth memutuskan untuk percaya kepada TUHAN Allah Israel.
Kedua, yang membuat Ruth begitu mengasihi sang Mertua adalah karena sikap welas asih, tidak egois, rendah Iati, dan rela berkorban sang Mertua. Naomi sebagai Mertua tahu bahwa hidupnya yang tua renta itu akan menjadi beban bagi menantunya sehingga ia menyuruh menantunya itu untuk meninggalkannya. Ruth diberikan kebebasan untuk menjalani hidupnya. Naomi bukan sekedar meminta agar menantunya itu meninggalkannya, tetapi ia mendesak, sehingga Ruth berkata “..jangan mendesak aku untuk meninggalkan engkau…”(ay.15). Ini berarti Naomi memang benar-benar berniat agar sang menantu lepas darinya sehingga sang menantu yang masih muda dapat memulai hidup baru, mencari pendamping hidup dan menjalani hidup barunya dengan bahagia dan tanpa beban. Namun, Ruth benar-benar tidak mau meninggalkan si mertua sebab ia telah melihat si mertua sebagai orang tuanya sendiri, sebagai sahabat dan orang terdekatnya. Teladan iman Naomi yang terejawantah di dalam sikap hidupnya kepada Ruth benar-benar diteladani oleh Ruth sehingga Ruth juga menjadi orang yang percaya kepada Allah, penuh welas asih, tidak egois, rendah hati, dan setia. Pada bacaan hari ini terlihat kesetiaan Ruth, dan demikian juga jika kita membaca ayat 8 sebelumnya dimana Naomi berkata kepada menantunya itu “pergilah, pulanglah masing-masing ke rumah ibumu. Kiranya TUHAN menunjukkan kasih setianya padamu seperti yang telah kamu tunjukkan kepada mereka yang meninggal itu dan kepadaku”.
Di atas telah diperlihatkan iman dan keteguhan hati seorang Naomi, dan ia mewariskan iman yang demikian kepada menantunya Ruth. Dan mengapa Naomi dapat memiliki iman yang seperti demikian tentu saja karena ketaatan dan relasi dengan TUHAN sehingga walaupun diperhadapkan dengan berbagai hal dan tantangan kehidupan ia tetap menjadi orang yang menghidupi dan mewarisakan citra Allah di dalam hidupnya dengan tetap menjadi orang yang penuh welas asih, tidak egois, rendah hati, dan rela berkorban. Dan demikian juga dengan Ruth, ia juga dapat meneladani sikap dan karakter tersebut. Tentu saja di dalam relasi dengan orang-orang terdekat, relasi mertua menantu Naomi dan Ruth tidak lekang dengan persoalan-persoalan yang bisa jadi juga di hadapi oleh setiap kita pada zaman sekarang ini, tetapi karena relasi yang dilandaskan dan berdasarkan ketaatan dan relasinya dengan Allah maka mereka dapat mengesampingkan semua permasalahan itu, dan focus kepada Allah. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa jika kita rindu agar relasi kita dengan orang-orang terdekat kita beres, maka mari kita bereskan dulu relasi kita dengan Allah. Mari setiap hari kita melatih diri untuk melihat bahwa kita adalah alat yang dipakai Allah untuk menjadi saksinya sehingga kita senantiasa memeriksa diri kita bagaimana kita telah hidup di hadapan-Nya; apakah kita telah menjadi orang yang penuh welas asih, tidak egois, rela berkorban, dan rendah hati di hadapan-Nya!
Firman TUHAN mengatakan “slidikilah aku ya TUHAN, dan ujilah aku, periksalah keinginan dan pikiranku” (Mamur 26: 2 BIS). Kiranya kita sebagai sebagai orang-orang terdekat seseorang, siapa pun kita, kiranya kita senantiasa memeriksa diri di hadapan TUHAN sehingga kita senantiasa dapat hidup sesuai isi hati dan perkenanan-Nya, hidup berelasi yang semakin intim dengan-Nya, sehingga relasi kita pun akan berubah dan dibaharui dengan orang lain di sekitar kita terkhususnya relasi dengan orang-orang terdekat kita. Maka, saat ini pertanyaannya adalah bagaimana relasimu dengan TUHAN? Jika engkau rindu relasimu dengan orang-orang terdekatmu beres, maka bereskanlah terlebih dahulu relasimu dengan TUHAN, dan Ia akan campur tangan dalam hidupmu, membaharuimu, membaharui relasimu dengan orang-orang di sekitarmu! Kiranya TUHAN menolong setiap kita di dalam jejalinan relasi kita dengan yang lainnya sehingga kita dengan orang-orang terdekat kita dapat terus saling bertumbuh dan membangun hidup di jalan kebenaran-Nya, sehingga kita dapat terus berkarya bagi-Nya dan menjadi saksi-saksi-Nya. Amin!
Ev. Malemmita 冷雨泽传道