Artikel Percayalah Kepada Tuhan Maka Ia Akan Bertindak!
Mazmur 37: 1-7
Ketika jalan sore di dekat tepian sebuah hutan, si Gendut (GD) menemukan seekor burung Gagak (GK) yang tergeletak, ia kesakitan, kakinya cedera karena ketika hendak hinggap di sebuah ranting ia terjatuh sebab ranting tersebut tidak kuat menahan tubuhnya yang gendut. Karena merasa kasihan, si GD pun segera mengobatinya. Maka terjadilah dialog singkat di antara mereka:
GK : Ndut, engkau baik banget, terima kasih ya sudah mau menolongku!
GD : Sama-sama, lain kali lebih hati-hati ya kalau hinggap dimana-mana, jangan sembarangan!
GK : Baik. Karena kamu sudah menolongku, aku mau memberikan hadiah yang sangat berharga!
GD : Asik-asik! apa itu? Mainan baru kah? Coklat yang enak kah? Atau apa?
GK : Bukan, bukan! Ini lebih ok dari itu semua. Nasihat. Aku akan memberimu tiga nasihat. Karena dengan nasihat, kamu akan menjadi anak yang baik, sehingga hidupmu diberkati, dan kamu dapat membeli banyak coklat maupun mainan baru!
GD : Wah, mau-mau kalau begitu!
GK : Baik kalau begitu. Nasihat pertama adalah, kamu tidak boleh langsung percaya terhadap apa yang kamu lihat dan dengar. Sebab yang sebenarnya terjadi belum tentu seperti itu. Apalagi berita-berita yang bertebaran di media sosial. Kamu harus cek dan ricek terlebih dahulu sebelum percaya terlebih lagi ketika mau memberikan komentar
GD : Oh, iya, benar juga. Kalau mudah percaya dengan apa yang kita lihat dan dengar nanti kita bisa jadi korban hoax pula hehe! Oke-oke kalau begitu!
GK : Yang kedua adalah kamu harus tahu diri dan bisa membawa diri, jangan sampai kayak aku, ga sadar kalau aku gendut, dan hinggap di ranting yang kecil, jadi patahlah rantingnya itu. Yang ketiga, jikalau suatu saat kamu jatuh maka kamu harus bangkit kembali.
GD : Benar juga ya! Kalau kita tidak dapat membawa diri apalagi jika jatuh tidak dapat bangkit lagi bagaimana nanti kita dapat menjadi berkat dan menjalani hidup dengan baik seperti yang selalu dikatakan mama dan papa. Wah, terima GK atas hadiah berharganya (GK pun bersiap-siap terbang karena kakinya sudah sembuh)
GK : Eh, tapi tunggu dulu. Kamu tahu ga kenapa aku tadi di sembarangan tempat mau hinggap?
GD : Ga tahu, kan ga dibilangin!
GK : Aku mau hinggap sembarangan karena ada yang memburu aku, karena di paruhku ada banyak berlian yang sangat indah dan mahal. Jika orang mendapatkannya maka mereka akan menjadi orang yang kaya dan bahagia!
GD : Wahh, kok ga bilangin dari tadi. Mau jugalah berliannya kalau begitu!
GK : Kalau mau, sini usaha sendiri, kejar aku (maka terbanglah si GK ke sebuah pohon, dan dikejar oleh GD. Namun karena pohon itu ga kuat menahan GD, maka jatuhlah dia. GK mengingatkan GD, Nah, apa nasihat pertama yang kubilang kepadamu?
GD : Jangan percaya terhadap apa yang baru kamu dengar!
GK : Nah, berarti kamu telah melupakan hadiah, nasihat yang berharga tadi dengan percaya bahwa aku memiliki banyak berlian. Mana ada berlian benaran di paruh, jika ada pasti aku akan mati. Yang kedua apa hadiah atau nasihat yang kuberikan kepadamu?
GD : Agar kau tahu diri dan dapat membawa diri!
GK : Nah, kamu juga melupakan hadiah, atau nasihat itu sebab kamu tidak sadar bahwa kamu gendut, dan menaiki pohon yang ga sanggup menahan beban tubuhmu, kamu menjadi serakah dan tidak sadar diri! Terus apa nasihat ketigaku padamu?
GD : Agar aku bangkit, jikalau aku jatuh!
GK : Nah, sekarang kamu jatuh! Jadi kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Dan kamu harus belajar dari pengalaman hidup yang telah engkau lalui.
GD : Oh yah, terima GK untuk hadiah, nasihat, dan pelajaran berharganya!
Bapak/Ibu/Sdr, dan adik-adik sekalian! Di dalam keseharian hidup, mungkin kita pernah mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan dan bahkan pahit. Kita pernah jatuh di dalam hidup kita oleh karena kita mudah percaya dan termakan omongan orang lain. Kita juga mungkin pernah jatuh dan merasakan beban berat menimpa hidup kita karena kita tidak tahu diri, kurang mawas diri sehingga kita menderita oleh karena ulah sendiri maupun oleh karena ulah yang lain. Ketika kita diperhadapkan dengan berbagai tantangan kehidupan bahkan kita jatuh pada titik terendah hidup kita apa yang akan kita lakukan? Atau di dalam bahasa OSTM minggu yang lalu dikatakan “apakah saya cukup kuat dan cukup dewasa menghadapi badai kehidupan?” Di dalam OSTM minggu lalu dikatakan bahwa setiap orang rentan dan kemungkinan besar akan menghadapi badai kehidupan! Tetapi yang membedakannya adalah justru sikap dan respon kita sebagai orang-orang percaya. Seharusnya, jika kita cukup dewasa, doa kita akan berubah dari yang meminta kelancaran, menjadi memohon kekuatan atau di dalam bahasa yang lain kita akan bangkit dari badai kehidupan yang membuat kita jatuh itu. Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan “sebab, meskipun tujuh kali orang benar jatuh, ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh oleh bencana” (Amsal 24:16).
Saudara, kelemahan yang dapat membuat seseorang jatuh adalah berbeda-beda. Di dalam pengalaman hidup Pemazmur bacaan kita hari ini kita menemukan bahwa ada orang yang jatuh ke dalam jebakan dosa, jatuh kepada pergumulan dan tantangan kehidupan karena ulahnya sendiri sebab ia geram, ia iri kepada orang lain yang kelihatan hidupnya lebih berhasil darinya. Mazmur 37 hari ini mengatakannya dengan jelas mengapa kita tidak boleh iri dan geram atas keberhasilan orang lain, orang yang tidak mengenal Tuhan sebab hidup mereka yang tidak di dalam Tuhan adalah hidup yang hanya sementara (Mazmur 37: 1, 2, 7). Bahkan mungkin saja secara kelihatan mereka berhasil dan bahagia, tetapi jika kita telusuri tidaklah selalu demikian. Ingat bahwa segala perbuatan akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya, dan apa yang kelihatan tidak selalu mewakili apa yang sesungguhnya. Oleh karena itu, untuk dapat melihat kehidupan dengan jelas, kita harus mendorong diri kita untuk melihat sebagaimana Tuhan melihat. Dengan demikian mata kita akan dicelikkan Tuhan. Untuk itu mulailah belajar berdiam diri di hadapan-Nya, dan nantikanlah Dia dengan sungguh-sungguh, Ia akan mengurapimu, memberikanmu hati untuk melihat dan menilai dengan jelas (Mazmur 37:7).
Orang-orang percaya, orang-orang yang dibenarkan mungkin saja jatuh di dalam kehidupannya, tetapi Ia akan bangkit kembali seperti Kristus yang jatuh memikul salibnya yang berat namun bangkit kembali. Kita memiliki kekuatan untuk bangkit karena kita bersama Tuhan menjalani kehidupan ini, dan kita percaya kepada yang telah mempercayakan, memberikan diri-Nya untuk setiap kita. Kita percaya kepada-Nya bahwa Ia ada bersama-sama dengan kita, dan Ia akan menerbitkan kebenaran dan hak kita dengan terang benderang. Ia akan memberikan kerinduan dan yang menyenangkan hati kita. Ia akan bertindak, ikut campur di setiap sendi kehidupan kita, khususnya ketika kita menghadapi berbagai masalah dan tantangan kehidupan yang menjatuhkan kita. Yang Ia mau adalah kita sungguh-sungguh percaya dan berserah kepada-Nya (Mazmur 37: 3-6).
Apa yang dimaksud dengan percaya? Ketika melihat kata percaya, apa yang langsung terlintas di dalam benak saudara? Roma 10:9 mengatakan “Sebab jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dengan hatimu bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka engkau akan diselamatkan”. Di sini berarti percaya bukan sekedar pengetahuan, tetapi keyakinan iman yang teguh kepada Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, sehingga kita mampu menyerahkan hidup kita pada-Nya. Jadi dapat dikatakan bahwa ketika seseorang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan maka dia juga mampu menyerahkan baik hidup maupun matinya kepada-Nya. Jadi jika kita sungguh-sungguh percaya kepada Allah, maka kita tidak hanya mampu mati demi Allah, tetapi terlebih lagi hidup demi Allah sehingga hidup kita dipenuhi oleh Allah dan kita boleh hidup di dalam sukacita dan perkenanan-Nya. Ini lah yang dimaksudkan melalui bacaan kita hari ini ketika dikatakan “PERCAYALAH kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, tinggallah di tanah ini dan berlakulah setia. Bersukalah di dalam TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu Hasrat hatimu. SERAHKANLAH jalanmu kepada TUHAN dan PERCAYALAH kepada-Nya maka Ia akan bertindak” (Mazmur 37:3-5).
Di dalam gramatika bahasa Ibrani terdapat dua kata percaya, yang pertama dapat kita temukan pada Mazmur 56:5 yang berbunyi, “…Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” kata percaya disini yang digunakan adalah aman (kata kerja), yang berasalah dari akar kata yang sama dengan iman (Ibrani; emun). Jadi, kata percaya dan iman sangat berkaitan erat, sehingga muncul suatu istilah, ada “iman-aman-amin” נָוּמאֱ Jadi, jika ada iman kepada Allah, maka aman, maka pasti amin adanya! Kedua, kata percaya yang digunakan di dalam bacaan kita hari ini yakni Batakh ( בָּטח). Batakh dapat berarti kepercayaan penuh, kepercayaan yang terus diusahakan dan dikerjakan terus menerus, yakin, merasa aman dan nyaman. Dengan demikian, orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Allah, maka Ia akan mampu menyerahkan hatinya, pikirannya, hidupnya, rencana, dan harapannya, semuanya pada Allah. Seperti yang saya alami beberapa waktu lalu ketika test masuk S2 Teologi, saya tidak sanggup lagi mengerjakan soal-soal yang menurut saya begitu berat, sehingga saya berkata “Tuhan, saya sudah maksimal, ini semampu dan sekuat saya, saya serahkan padamu”. Kepercayaan demikianlah yang harus dimiliki setiap orang percaya, bukan sekedar tahu dan percaya. Dengan memiliki iman percaya yang demikian, maka apa pun badai yang akan membuat kita jatuh di dalam hidup ini, kita akan terus mendapat kekuatan baru, kita akan bangkit bahkan bersinar. Seperti janji Tuhan kepada setiap kita hari ini melalui firman yang kita baca tadi, dimana dikatakan bahwa Allah akan menerbitkan kebenaran setiap kita seperti terang, hak kita seperti siang (Mazmur 37:6).
Jika demikian, apa langkah konkrit yang dapat kita lakukan sehingga kita boleh memiliki kepercayaan dan keyakinan yang teguh akan Tuhan, sehingga kita memiliki kekuatan untuk bangkit ketika kita jatuh di dalam hidup ini? Langkah konkritnya ada pada ayat 7 bacaan hari ini yakni BERDIAM DIRI dan MENANTIKAN-NYA. Artinya, orang yang sungguh-sungguh mau berubah dan mau semakin teguh imannya di dalam Tuhan akan selalu mencari waktu untuk bersama Tuhan, sesibuk dan sebanyak apa pun kegiatannya ia akan selalu mencari waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, memeriksa diri dan menguji hati, berbicara kepada Tuhan, mendengarkan suara tuntunan dan kerinduan-Nya. Sehingga badai apa pun yang akan dihadapi ia boleh melihat dan menjalani sebagaimana yang Tuhan mau. Dengan demikian ia akan memiliki kekuatan untuk bangkit dan bahkan bersinar! Saudara, maukah engkau mengambil komitment menyisihkan waktumu untuk berdiam diri dan dengan sungguh-sungguh menantikan Tuhan?
Nasihat GK tadi selaras dengan firman Tuhan yang kita renungkan hari ini. Adakah yang masih ingat apa nasihat pertama? Nasihat kedua? Nasihat ketiga? Kiranya kita boleh menjadi orang yang memiliki hikmat-Nya, yang menyaring dan memeriksa apa yang kita dengar, kita menjadi orang yang sadar dan mawas diri, dan kita menjadi orang yang memiliki kekuatan dari-Nya untuk bangkit jika menghadapi badai dan berbagai tantangan kehidupan. Ingatlah bahwa kuasa Tuhan ada pada setiap kita yang taat dan setia pada-Nya. Maka apa pun yang terjadi, berdiam dirilah, nantikanlah Dia, percayalah sungguh-sungguh pada-Nya. Ketika kita percaya dengan sungguh-sungguh, beriman teguh pada-Nya, maka hidup kita akan aman, dan amin adanya sekalipun badai mungkin tetap ada. Ingat! Ada IMAN, AMAN, maka AMIN adanya!
Ev. Malemmita