Artikel Pencemooh Tidak Memperoleh Hikmat
Amsal 14:6
Sepulang dari nongkrong, hati Anda mungkin berkecamuk dengan perasaan jengkel dan juga sedih. Karena selama kongkow bareng ada orang yang terus mencela, mengkritik dan mencerca Anda. Hati Anda remuk dan hancur. Anda datang kepada Tuhan memohon penghiburan Roh Kudus.
Kitab Amsal menggunakan kata "pencemooh" untuk orang yang suka mengkritik, mencela, mencerca, menghina, merendahkan. Seorang pencemooh adalah seorang yang menyombongkan diri (memiliki mulut yang sombong) dan suka mencela. Untuk bisa menjadi seorang pencemooh, seseorang harus banyak menonton, membaca dan bahkan mendengarkan percakapan kosong. Sebab, seorang pencemooh pasti diback-up pengetahuannya. Artinya, seorang pencemooh mengetahui segala sesuatu, Anda mau mengajak dia berbicara tentang topik apa saja mulai dari baterai hingga alien, dia dapat melayani Anda. Seorang pencemooh disukai karena luasnya pengetahuan yang ia miliki.
Namun, firman Tuhan justru mengajarkan, "Pencemooh mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan itu mudah." (Amsal 14:6). Sekalipun dapat membicarakan apa saja, mengkritik dan mencela segala sesuatu, pencemooh tidak memperoleh hikmat. Sekalipun ia mencarinya ke mana-mana, tetapi usahnya sia-sia. Seorang yang bermulut besar menyuarakan pikirannya. Ketika hati dan pikirannya diuji orang yang berpengertian dalam Roh Allah, ia tidak akan dapat berdiri teguh. Orang yang berpengertian (understanding Spirit) dapat belajar dengan mudah karena tingkat pengertian di dalam dirinya. Ia belajar dengan dipimpin Roh Kudus. Ia tidak mengandalkan kekuatan maupun pengetahuan manusia. Akal budinya dipimpin Roh Kudus.
Dalam menguji hati dengan dipimpin Roh Allah, kita dapat memeriksa apakah terdapat unsur pencemooh di dalam diri kita. Apakah kita suka mencela, mengkritik, mencerca? Apakah kita memperoleh kepuasaan dengan mencela, mengkritik dan mencerca? Apakah kita suka "merendahkan" atau mencela apa yang kita pandang remeh atau tidak sesuai dengan pengetahuan kita?
Bagaimana kita mencegah diri menjadi seorang pencemooh? Mulai dari menguji setiap pemikiran kita di hadapan Roh Kudus. Kita tidak perlu "menyuarakan" setiap pikiran kita, tetapi mengujinya di dalam Roh Kudus. Bukankah ibadah yang berkenan adalah ibadah dalam Roh dan Kebenaran? Bagaimana kita berkenan kepada Allah apabila kita tidak menyerahkan hidup kita untuk dipimpin Roh Allah?
Ps. Lan Yong Xing