Artikel Mulai Dari Diri Sendiri!
Roma 7: 20-26
Suatu kali terjadi pertengkaran yang sangat hebat antara suami istri karena sang suami lupa mematikan air sehingga kamar mereka pun kebanjiran, hp dan berbagai barang lainnya pun basah. Mereka tinggal di tempat yang susah untuk mendapatkan air, sehingga untuk mendapatkan air, mereka harus standby pada malam hari menunggu air datang dan mengisinya ke penampungan air. Namun karena terlalu letih, sang suami pun ketiduran sehingga mereka kebanjiran karena airnya tidak dimatikan. Mendengar istrinya yang marah-marah, maka terjadilah pertengkaran di antara mereka:
Istri : “Kok kamu tidak berubah-berubah sih, padahal kan diminta tolong tungguin air saja. Memanglah, tidak bisa diandalkan!”
Suami : “Lah, kok kamu marah, aku kan capek kerja seharian. Harusnya kamu kan bantu aku. Ini bukannya bantu, marah-marah pula, padahal kan hari ini kamu tidak ngapain-ngapain, bukannya bantu, rumah pun berantakan, kamar pun seperti kapal pecah”
Istri : “Kok kamu bicara seperti itu, dulu kan kamu bilang terima aku apa adanya! Ya aku memang begini!”
Suami : “Lah, dulu juga kan kamu bilang terima aku aku apa adanya! Aku memang begini! Kok sekarang marah-marah!”
Perkataan atau pemikiran “aku apa adanya” atau “aku memang begini adanya” ini sangatlah bias. Seseorang dapat menjadikan hal ini sebagai alasan untuk tidak berubah, alasan untuk membenarkan diri, alasan untuk tidak setia, tidak taat, dan tidak tidak mau dewasa. Ketika seseorang berkata terima “aku apa adanya atau aku memang begini adanya,” sesungguhnya ia sedang mengatakan “jika aku khilaf, berbuat kesalahan, jika aku tidak dapat berubah, maka kamu harus maklumi, itu bukan karena aku tidak mau berubah, tetapi karena dosa, karena aku masih di dalam kedagingan ini.” Kira-kira seperti ini jugalah yang hendak disampaikan penulis kitab Roma di dalam bacaan kita hari ini (Roma 7: 20-24). Jika saudara menemukan orang lain berkata seperti di atas kepadamu apa yang akan menjadi responmu?
Jika mau jujur, masih banyak orang yang percaya yang masih berpola pikir seperti di atas, yang berpikir bahwa ia tidak dapat berubah karena ia masih menjadi tawanan dosa dan masih di dalam kedagingan. Dan untuk membenarkan pemikirannya itu, ia pun mengutip Roma 7: 20-24 sebagaimana yang kita baca hari ini. Namun benarkah demikian? Tentu saja tidak benar. Dulu, sebelum kita menjadi milik Kristus memang ya, kita masih berada di dalam tawanan dosa, dan hidup kita penuh kedagingan sehingga kita menjadi seteru Allah. Tetapi ketika kita menjadi milik Kristus maka kita menjadi orang-orang merdeka, bebas dari tawanan dosa dan kedagingan. Dan kita yang telah menjadi miliki Kristus dipimpin oleh Roh Kudus dan Ia bersama-sama setiap kita sehingga hidup kita boleh mengalami Transformasi atau Pembaharuan Kristus. Oleh karena itu, mestinya kita hidup seturut dan dipimpin oleh Roh sehingga kita boleh menerima janji-janji Allah dan dipermuliakan bersama Kristus (Roma 8: 1-17). “Jadi, tidak ada alasan untuk mengatakan saya tidak bisa, tidak bisa berubah, tidak alasan untuk mengatakan saya memang pemarah, tidak sabaran, dll, tidak ada alasan untuk mengatakan saya tidak dapat bertumbuh secara rohani, tdak ada alasan untuk mengatakan saya tidak dapat bertobat dengan sungguh-sungguh, dan tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa saya tidak dapat mengalami pembaharuan hidup dan menerima berkat dan janji-janji Allah”.
Ketika penulis kitab Roma mengatakan “aku manusia celaka! Siapa yang dapat melepaskan aku dari tubuh maut ini?” Ia sedang beretorika dan mengatakan kenyataan masa lalunya ketika ia belum mengenal dan menjadi milik Kristus, bahwa apa pun dan bagaimana pun ia berusaha ia tetap celaka (past tense:talaiporos) sebab hidupnya sia-sia, ia menjadi tawanan daging dan dosa, ia tahu apa yang seharusnya ia lakukan, tetapi yang sebaliknya ia lakukan. Ia tahu yang baik dan berkenan kepada Allah, tetapi ia tetap melakukan yang dosa, yang jahat (ay. 20, 26). Hal ini persis seperti pengalaman Paulus ketika ia belum mengenal Kritus. Ia menjadi menjadi penganiaya dan pembinasa orang-orang percaya atas nama kebenarannya (Kis 26: 10-11). Di Kekedalaman hatinya ia tahu bahwa apa yang dilakukannya itu salah, ia tidak mau melakukannya, tetapi ia tetap melakukannya. Ia menjadi manusia celaka, manusia yang harus diselamatkan. Oleh karena itu, ketika penulis kitab Roma mengatakan talaiporos itu, sesungguhnya ia sedang merintih dan meminta pertolongan, “tolong, aku tidak tahan lagi, siapakah yang dapat menolong dan menyelamatkan aku dari pergumulan dan kengerian ini?”
“Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuhan kita” (Roma 7: 25. Band TSI). Ini adalah ungkapan syukur dan terima kasih yang mendalam dari penulis kitab Roma, karena oleh, melalui, dan di dalam Yesus Kristus, ia ditolong dan diselamatkan. Saudara, Allah mendengarkan terikan setiap anak-anak-Nya yang mencari-Nya dengan sungguh-sungguh seperti Pemazmur yang mengatakan Hoshiana, tolong selamatkan aku di dalam Mazmur 118:25.Demikian juga dengan Paulus sebagai penulis kitab Roma. Ia begitu bergumul dengan dosa dan kedagingannya. Ia instropeksi diri dan mendorong dirinya sedemikan keras untuk berubah. Ia dengan sungguh-sungguh mau berubah dan berdoa, sehingga Tuhan pun menyatakan diri kepadanya secara pribadi. Jika hidupmu dan hidup keluargamu ingin diubah dibaharui maka mulailah dari diri sendiri, dan bersama Allah. Allah kita adalah Allah yang berinisiatif, untuk melakukan perubahan Ia mulai dengan diri-Nya dengan datang kedunia ini, menempuh jalan salib, dan berkorban, agar setiap kita dibebaskan dari tawanan dosa dan kedagingan sehingga kita boleh menerima anugerah dan keselamatan dari-Nya. Tunjukkanlah bahwa Kristus hidup di dalammu dengan memulai perubahan dari dirimu sendiri, dan jadilah agen-agen pembaharuan yang dipakai oleh-nya untuk kemuliaan-Nya dimana pun dan kapan pun!
Hari ini adalah Minggu Palmarum. Minggu Palmarum mengingatkan setiap kita sebuah peristiwa ketika Tuhan Yesus memasuki kota Yerusalem yang disambut dengan ranting-ranting pohon Palma dan dengan teriakan Hosana sambil memegang daun palma. Teriakan Hosana tidak hanya berarti kemenangan tetapi juga teriakan yang meminta pertololongan untuk diselamatkan. Teriakan meminta pertolongan dari Allah sebab hidup kita adalah hidup yang celaka karena dipenuhi dosa dan kedagingan. Oleh karena itu, ketika kita menyanyikan Hosiana sambil memegang daun palma tadi, kita mesti berdoa di dalam hati dan memohon kuasa dan pertolongan Tuhan atas setiap kita, agar Ia menolong dan membaharui hidup kita! Allah kita adalah Allah yang proaktif dan berinisiatif, Ia memulai perubahan dan pembaharuan oleh-Nya sendiri. Ia datang kedunia, Ia menempuh jalan salib untuk menebus dosa setiap kita dan memulihkan relasi kita dengan-Nya yang telah porak poranda. Oleh sebab itu, di Minggu Palma ini, firman Tuhan mengingatkan setiap kita untuk menjadi orang-orang yang sadar dan bersyukur, sebab kita telah menjadi milik Kristus dan kita pun mesti hidup seturut teladan Kristus.
Maka dari itu, jika engkau rindu hidupmu mengalami perubahan dan pembaharuan, jika engkau rindu hidupmu diberkati dan dianugerahkan kekuatan untuk tetap taat dan setia sampai akhirnya, dan jika engkau rindu Allah memberikan yang terbaik kepadamu, maka mulailah dari dirimu sendiri dan bersama Allah, niscaya hidupmu dan hidup keluargamu akan dijamah dan dibaharui. Jadi, sebagai orang-orang percaya, jangan lagi berkata dan mencari alasan untuk membenarkan diri dan tdak mau berubah, tetapi sungguh-sungguhlah bertobat, sungguh-sungguhlah hidup di dalam Dia. Jangan menunggu perubahan dan pembaharuan dari orang lain, tetapi mulailah dari dirimu sendiri, mulailah dari keluargamu, gerejamu, komunitasmu, melakukan yang terbaik untuk Tuhan, seperti sebuah lagu di bawah ini, lagu yang sangat indah. Biarlah lagu ini menjadi doa, biarlah setiap liriknya kita renungkan dan kita lakukan di dalam kehidupan kita sehari-hari, “Kumulai Dari Diri Sendiri”.
Kumulai dari diri sendiri untuk melakukan yang benar
Kumulai dari diri sendiri, hidup jujur dengan hikmat Tuhanku
Kumulai dari diri sendiri untuk melakukan yang benar
Kumulai dari diri sendiri, hidup jujur dengan hikmat Tuhanku
Tekadku Tuhan, mengikut-Mu selama hidupku
Berpegang teguh kepada iman dan percayaku
Akan kumulai dari diriku melakukan sikap yang benar
Biarpun kecil dan sederhana, kuasa Tuhan membuat jadi besar
Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku firman-Mu
S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu
Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku
Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik
Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu
Walau ku lemah dan tidak layak, kuasa Tuhan menguatkan diriku
Ev. Malemmita