Search

Artikel Menjadi Hamba Kebenaran

Roma 6

Sejak 1 April 2024, kita terus belajar "Menjalankan Kebenaran." Bagaimana kita menjalankan kebenaran? Yaitu dengan "Hidup dalam hidup yang baru" (Roma 6:4) atau "Hidup bagi Allah" (Roma 6:10). Kita telah menerima hidup yang baru dalam Yesus Kristus, "Bolehkah kita bertekun dalam dosa?" (Roma. 6:1). "Sekali-kali tidak!" (Roma 6:2). Kita tidak lagi kembali menghambakan diri kepada dosa yang menghasilkan buah kematian. Sebaliknya, kita menaati pengajaran yang kita terima (Roma 6:17) yang menjadikan kita "hamba kebenaran" (Roma 6:18).

"Hidup bagi Allah dalam Yesus Kristus Yesus" (Roma 6:11) dimulai dengan mengendalikan keinginan (Roma 6:12). Sebab, kita adalah "Bait dari Allah yang hidup" (2 Kor. 6:16). Apa yang kita lakukan dengan tubuh kita? Mengapa kita melihat apa yang kita lihat, mendengar apa yang kita dengar dan meraba apa yang kita raba? Firman Allah mengingatkan kita untuk mengejar kekudusan, "sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan" (Ibr. 12:14).

Kita sering mencari alasan untuk membenarkan dosa kita. Hal yang paling umum kita gunakan adalah "manusiawi." Kita membenarkan dosa kita dengan pemikiran kita sendiri. Padahal setiap kali kita berdosa, kita membuat Allah yang Maha Kudus sakit hati. Firman TUHAN mengatakan, "Sebab, jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi, kurban untuk menghapus dosa kita. Sebaliknya, yang ada ialah penantian dan kobaran api yang dahsyat yang akan menghanguskan para pembangkang." (Ibr. 10:26-27).

Manusia suka akan menggunakan "api neraka" untuk beragumen bahwa Allah itu bodoh, konyol dan jahat. Karena Allah itu baik, maka neraka itu tidak mungkin ada. Manusia mengatakan demikian karena ingin meninggikan diri dan membenarkan keinginan diri. Manusia mengatakan demikian karena merasa paling benar, paling progresif. Manusia mengatakan demikian karena ia ingin mengkerdilkan Allah dan menjadikan Allah sebagai puppet-nya. Padahal hal tersebut tidak mungkin dapat terjadi.

Allah menyediakan neraka untuk iblis dan para malaikat-malaikatnya (Mat. 25:41). Artinya, neraka tidak pernah dimaksudkan untuk manusia. Namun, dalam kebebasannya, manusia memilih menuju ke sana. Keberadaan neraka tidak dapat menyatakan bahwa Allah bukan kasih. Justru, dalam kasih-Nya, Allah telah menyediakan jalan untuk bebas dari neraka dengan percaya kepada Kristus Yesus. Dengan kata lain, manusia memilih dalam kebebasannya untuk bersama Iblis di neraka atau bersama Kristus Yesus di Surga (Ef. 2:6). Mungkin manusia telah menjadi terlalu buta untuk melihat kasih Allah dan jalan kehidupan yang Ia sediakan. Barang siapa menang, Kristus akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Nya (Why. 21:7).

Kehidupan yang kekal tidak dimulai nanti, tetapi sekarang. Seseorang dapat memilih hidup untuk diri sendiri, menjalankan kebenaran sendiri, mengikuti keinginan hati sendiri. Seseorang juga dapat hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus menuruti kebenaran-Nya, mengenal kehendak hati-Nya.

 

Ps. Lan Yong Xing