Artikel Meninggalkan Perbuatan Sia-sia
Kisah Para Rasul 14:15
Seorang teman saya selalu merasa bersalah setiap kali ia beristirahat. Dia merasa dengan beristirahat seperti tidur, ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Akibatnya, ia selalu dalam kondisi terkejut, tertekan dan kelelahan. Istirahat bukan perbuatan sia-sia. Justru merupakan kebutuhan. Apabila kita tidak memperoleh istirahat yang cukup, kita bahkan sulit berkonsentrasi dalam mengerjakan tugas-tugas kita. Perasaan bersalah di saat beristirahat juga termasuk perbuatan sia-sia karena telah melakukan ketidakadilan terhadap diri sendiri. Sebab, Allah yang memerintahkan Sabat adalah Allah yang menganugerahkan istirahat.
Perbuatan sia-sia yang sering dibicarakan oleh Alkitab adalah perbuatan yang tidak berguna di mata Allah, yakni hal-hal yang tidak berkenan di hati-Nya. Panggilan Injil merupakan panggilan meninggalkan perbuatan sia-sia.
"Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu MENINGGALKAN PERBUATAN SIA-SIA ini dan BERBALIK kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya." (Kis. 14:15)
Dosa merupakan perbuatan sia-sia. Entah itu dalam bentuk pikiran sia-sia, kegiatan sia-sia, perkataan sia-sia bahkan pembelanjaan sia-sia. Apabila kita tidak mempergunakan pemberian-Nya dengan benar, kita sebenarnya telah menyia-nyiakan anugerah-Nya.
Pertobatan kita merupakan tindakan yang dimulai dari hati dan pikiran untuk meninggalkan kesia-siaan (Ibr. 6:1) dengan cara menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup (Ibr. 9:14).
Ps. Lan Yong Xing