Artikel Mengejar Kebenaran Berdasarkan Iman
Roma 9:30-33
Saudara mungkin pernah mendengar lagu 这个那个 zhège nàgè (The Caifan Song) oleh The Ann & Ben Show asal Singapore . Lagu dengan melodi yang indah dengan sedikit komedi (https://www.youtube.com/watch?v=kvtu8byJQhE). Lagu ini memaparkan perasaan orang yang memesan nasi campur (菜饭 cài fàn). Dengan banyaknya pilihan, orang kesulitan memutuskan mau pesan yang mana. Ketika di desak oleh aunty dan uncle penjual, mereka merasakan stress dan gelisah. Lalu dengan cepat asal menunjuk yang ini dan yang itu (这个那个).
Apakah yang tertulis dalam firman Tuhan menjadi beban bagimu? Harus beribadah padahal bisnis hari minggu paling bagus. Harus memberi persembahan dan melayani padahal harga bubuk susu tinggi dan perlu gantian jaga anak di rumah. Apalagi hal sulit yang Tuhan perintahkan untuk dilakukan seperti mesti mengampuni dan mesti mengasihi musuh, perlu tambah sabar dan tambah murah hati? Dan masih banyak lagi melebihi menu lauk nasi campur. Jika firman Tuhan dianggap sebagai beban karena banyak 这个那个, tidak heran dalam melakukannya kita bisa merasa bosan dan kosong karena hanya rutinitas. Atau merasa kecewa pada diri sendiri karena gagal melakukannya.
Setiap orang ingin menjadi orang baik, tanpa terkecuali. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang Israel yang berpikir hukum Taurat menjadikan mereka baik.
Yesaya 28:13
Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini, “Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!” Supaya ketika berjalan mereka jatuh telentang, terluka, tertangkap, dan tertawan.
Hukum yang harus dipatuhi dalam perjanjian lama jauh melebihi dari praktik kekristenan saat ini (termasuk tidak boleh makan babi). Seiring berjalannya waktu, bangsa Israel melupakan makna dari setiap hukum yang mereka patuhi. Tidak ada yang salah dengan hukum Taurat yang mereka lakukan. Mereka memang menjalankan apa yang harus dilakukan, tetapi tidak mengerti esensi dibalik apa yang mereka lakukan.
Tersandung pada Kebenaran karena gagal paham
Roma 9:31-32
Sedangkan Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan berdasarkan iman, tetapi seakan-akan berdasarkan perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.
Suatu hari Sabat, murid-murid Yesus lapar. Yesus mengizinkan mereka memetik bulir gandum untuk dimakan. Orang-orang Farisi marah karena hal ini dilarang dilakukan pada hari Sabat (Mrk. 2:23-28). Pada hari Sabat juga, Yesus menyembuhkan tangan seorang yang tangannya mati sebelah dan membuat orang-orang Farisi marah lagi (Mrk. 3:1-6). Orang-orang Farisi tersandung pada “harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!”. Mereka TIDAK mau mendengarkan bahwa “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk. 2:27).
Ketika murid-murid Yesus makan tanpa mencuci tangan, orang-orang Farisi mengkritik mereka hidup menurut adat istiadat nenek moyang dan makan dengan tangan najis. Mereka TIDAK mau mendengarkan bahwa, “Tidak ada sesuatu pun dari luar seseorang, yang masuk ke dalam dirinya, dapat menajiskannya, melainkan hal-hal yang keluar dari dalam diri seseorang, itulah yang menajiskannya.” (Mrk 7:18-23)
Kita juga ingin mendidik anak-anak yang baik. Namun dalam mendidik anak kita bisa keliru. Mungkin tanpa disadari, kita terlalu berfokus pada perbuatannya. Apakah ada doa sebelum makan dan tidur? Apakah ingat ayat hafalan hari ini? Apakah hari ini ketiduran saat ibadah? Lambat laun, anak kita juga akan berfokus pada perbuatan saja. Firman Tuhan pun menjadi beban. Bagaimana jika anak saudara mengajukan pertanyaan seperti:
Mengapa harus ibadah setiap minggu? Bolehkah Ibadah online saja (toh sama saja)?
Mengapa memberi persembahan bukankah Tuhan tidak butuh uang kita?
Mengapa orang kristen memuji Tuhan di rumah duka?
Dapatkah saudara menjawabnya?
Tips untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini cukup sederhana, yaitu berfokus pada iman.
Roma 9:30
Jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Ternyata bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran berdasarkan iman.
Apakah ibadah saudara hari ini adalah sekedar perbuatan atau saudara beribadah karena iman?
Setiap kita mengalami cuaca yang berbeda hari ini. Bagaimanakah cuacamu hari ini? Cerah, mendung atau sedang dilanda badai? Karena iman, kita tidak meninggalkan suka duka cuaca kita diluar tempat ibadah, tetapi kita membawanya masuk ke hadapan-Nya. Mengapa? Karena iman bahwa Tuhan berkuasa atas segala sesuatu. Karena iman bahwa Tuhan memperhatikan penderitaanmu. Kita datang ke hadapan-Nya karena iman.
Bagi saudara melayani sebagai ushers, mungkin saudara memperhatikan SOP Usher yang ada di meja. SOP bisa menyandung kita jika merasa harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu! Menurut saudara mengapa usher berdoa sebelum pelayanan (SOP No. 4)? Bukan untuk lancar. Bukan juga untuk terlihat lebih cantik. Usher berdoa karena Iman. Usher percaya bahwa ia sedang melayani TUHAN Semesta Alam. Karena iman, ia mempersiapkan hati dari rumah, bahkan sehari sebelum ibadah. Ia rindu datang untuk menyambut domba-domba Tuhan. Usher berdoa karena Iman, bukan karena SOP.
Bagaimana saudara memilih tempat duduk ketika datang beribadah? Ada yang memilih tempat duduk langganan dia. Ada yang memilih tempat yang jauh dari AC. Ada yang mencari tempat temannya duduk agar bisa duduk bersama. Seorang lansia datang beribadah. Ketika ditanya mau duduk di depan atau belakang, ia menjawab, dimana saja karena yang penting bisa mendengar. Penglihatan lansia ini sudah tidak baik. Karena iman, meskipun mata tidak dapat melihat jelas, lansia ini mengandalkan pendengarannya.
Seberapa besar saudara rindu datang mendengar suara Tuhan meskipun dalam keterbatasan?
Seorang lansia menceritakan betapa ia rindu beribadah kepada Tuhan. Ketika belum memiliki transportasi pribadi, setiap minggunya ia naik taxi (dengan tarif IDR. 100,000) pulang pergi ke gereja. Saya terkesan dengan teladannya. Sebagai pengkhotbah, saya sering bergumul bagaimana menyampaikan khotbah agar jenjang umur yang berbeda dapat menangkap pesan Tuhan. Karena penasaran, saya bertanya kepada lansia ini, apakah mengerti dengan firman Tuhan yang dikhotbahkan dalam ibadah? Ia dengan yakin menjawab mengerti, mengerti. Jawabannya membuat saya merenungkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengerti firman Tuhan berasal dari Roh Kudus. Dalam keterbatasan saya berkhotbah, Roh Tuhan tidak terbatas. Sebagai pengkhotbah, saya harus diajar oleh Roh Tuhan. Sebagai pendengar firman, saudara pun harus diajar oleh Roh Tuhan.
Firman Tuhan bukan untuk membebani kita. Firman Tuhan memberi kelegaan. Firman Tuhan tidak bisa kita baca sebagai apa yang harus dilakukan, melainkan bagaimana hidup menuju perhentian.
Yesaya 28:12
Dia yang telah berfirman kepada mereka, “Inilah tempat perhentian (מְנוּחָה menuchah), berilah perhentian kepada orang yang lelah; Inilah tempat peristirahatan!” Tetapi, mereka tidak mau mendengarkan.
Tuhan berfirman agar kita memperoleh מְנוּחָה menuchah - perhentian (Rest). Di dalam מְנוּחָה menuchah - perhentian mencakup ketenangan, sukacita, dan perayaan. Firman Tuhan berisi resep bagi orang-orang yang lelah. Lelah akan kekhawatiran, lelah akan rutinitas ibadah, lelah akan overthinking (胡思乱想 Hú sī luàn xiǎng), lelah akan masalah bertubi-tubi maupun lelah akan penderitaan dan kepahitan. Semua kelelahan ini karena manusia terlalu mengandalkan pikiran, hati dan kekuatan sendiri. Hal menghambat kita untuk masuk ke tempat perhentian ini adalah kita enggan mendengarkan Tuhan.
Amsal 3:6
Akuilah Dia dalam seluruh hidupmu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Iman adalah mengakui Dia dalam seluruh hidup kita.
Saudara ingin berhenti khawatir dan overthinking?
Akui Dia dalam pikiran dan rencanamu.
Saudara rindu beribadah yang berkenan kepada Tuhan?
Akuilah Dia dalam ibadahmu.
Saudara ingin memiliki kekuatan menghadapi masalah dan kenyataan pahit?
Akuilah Dia dalam masalah dan kenyataan tersebut.
Tahukah saudara, tidak semua orang menikmati perayaan hari besar seperti Natal, Imlek ataupun ulang tahun? Atau ada hari tertentu dalam kalender yang membuat saudara sangat sedih Terkadang karena ada trauma yang dialami seperti kematian orang terkasih. Trauma karena setiap reunian kuluarga pasti terjadi konflik. Trauma akan hal-hal buruk setiap ulang tahun. Perayaan besar sekalipun tidak dapat dinikmati karena pengalaman buruk tersebut. Seperti terperangkap dalam trauma tersebut dan tertawan dalam ketakutan. Hal ini juga melelahkan.
Firman Tuhan mengajar kita untuk MENGAKUI TUHAN dalam trauma dan kepahitan tersebut. Akuilah Dia dalam perayaan itu. Akuilah Dia atas hari itu. Karena ketika kita mengakui Dia, maka Ia akan meluruskan jalan kita ke מְנוּחָה menuchah - perhentian (Rest). Di dalam מְנוּחָה menuchah ada pemulihan dan janji Tuhan yang Indah. Tuhan akan memulihkan hati yang terluka dan berkarya pada hari tersebut.
Iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran karena ia percaya dan mengakui Tuhan dalam seluruh hidupnya. Iman kita pun akan bertumbuh ketika satu per satu hal dalam hidup, kita tunduk kepada Kristus. Maukah saudara mengakui Tuhan dalam seluruh hidupmu? Hanya ketika kita tunduk kepada Kristus, Ia dapat meluruskan jalan kita.
Tuhan sangat bersusah hati ketika memperhatikan dunia yang semakin jahat dan menolak-Nya terus menerus. Namun tahukah saudara apa yang membuat Tuhan terhibur? Tuhan terhibur ketika melihat iman anak-anak-Nya yang bertumbuh. Ketika setiap kita mengakui-Nya dalam seluruh hidupmu, Tuhan bersukacita melihat imanmu.
Roma 9:33
Seperti tertulis, “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sandungan dan sebuah batu besar yang membuat orang jatuh, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.
Ps. Wennie Dong