Search

Artikel Menantikan Kebahagiaan Terbesar - Looking Forward to the Greatest Happiness

Titus 2:12-14

Bagaimana Anda mendefinisi kebahagiaan? Mungkin bagi kita kebahagiaan berarti segala sesuatu berjalan dengan baik dan lancar. Namun kemudian kita malah menemukan ternyata segala sesuatu tidak selalu berjalan dengan baik dan lancar. Well…. kehidupan yang lancar membuat orang menjadi bodoh dan kehilangan kreativitas. Kehidupan yang lancar membuat seseorang mengandalkan kemampuannya sendiri dan tidak mengandalkan TUHAN.

Mungkin bagi kita kebahagiaan berarti mendapatkan barang-barang kesukaan kita. Namun kemudian kita menemukan kepuasan yang kita dapatkan dari barang-barang kita sangatlah singkat. Kebahagiaan yang murni sudah semakin memudar karena dunia mengejar kebahagiaan yang dangkal dan palsu melalui pemuasan hawa nafsu.

Saudara, apa yang membuat dirimu bahagia? Menantikan hari mulai kuliah, hari pertama masuk kerja, hari pernikahan? Menerima hadiah yang Anda sukai? Menerima pujian yang menyenangkan? Menerima pengakuan yang membanggakan? Bagaimana jika ternyata banyak kebahagiaan yang kita terima selama ini bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya, tetapi lebih tepatnya berupa kesenangan-kesenangan jangka pendek? Manusia cenderung memandang bahwa mereka disebut bahagia apabila kebahagiaan mereka dapat dilihat orang. Sehingga manusia menyimpulkan, kebahagiaan adalah melakukan suatu yang disukai, lalu memastikan orang-orang dapat melihatnya dan mengaguminya.

Seperti yang kita ketahui, banyak yang kelihatan sangat berbahagia, penuh tawa, penuh senyuman, tampak ceria, tetapi sebenarnya hati mereka sangat sengsara. Banyak yang kelihatan sangat bahagia, dikagumi banyak orang, sebenarnya hati mereka kosong. Banyak yang dikenal sebagai orang yang sukses, tetapi hidup mereka tidak bahagia. Mungkin kita juga termasuk orang-orang demikian.

Firman TUHAN mengajarkan konsep kebahagiaan secara berbeda. Kebahagiaan berasal dari takut akan TUHAN (Pengkhotbah 8:12b). Kita menerima kebahagiaan apabila kita takut akan TUHAN. TUHAN ingin memberikan kita kebahagiaan. Pesan firman Tuhan di Titus 2:13a mengajar kita untuk “menantikan penggenapan pengharapan kita yang PENUH BAHAGIA (μακάριος makarios)” Kata “bahagia” di sini mengandung arti “DIBERKATI” (blessed). Dengan kata lain, kebahagiaan yang sesungguhnya adalah DIBERKATI TUHAN. Orang yang diberkati TUHAH adalah orang yang berbahagia.

Saudara, apa yang Anda rasakan jika Anda mengetahui bahwa Kristus akan datang? Akankah jiwamu melonjak penuh dengan sukacita? Ketika TUHAN mendidik kita, Dia bagaikan mempersiapkan kita untuk menyambut kedatangan-Nya. Firman TUHAN mengatakan, “menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus? (Titus 2:13). Kita akan mengalami kebahagiaan penuh ketika Kristus datang untuk menjemput kita. Saya sering membayangkan kedatangan Kristus yang kedua kali bagaikan seorang anak kecil yang sedang belajar dan bermain di sekolah sambil menunggu jemputan orangtuanya.

Mungkinkah kita berbahagia sekarang? Firman TUHAN mengatakan, “Dia MENGHAJAR (παιδεύω paideuo) kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam KEKUDUSAN-NYA” (Ibrani 12:10b). Kita berbahagia karena kita dihajar TUHAN untuk KEBAIKAN kita dan kita mendapat bagian dalam KEKUDUSAN-NYA. Bukankah diajar TUHAN membuat kita  sangat bahagia?

Kita berbahagia karena “Ia mendidik kita” (παιδεύω paideuo) (Titus 2:12).

Siapa yang dimaksud dengan “Ia” di sini? Dari ayat sebelumnya, kita menemukan bahwa yang dimaksud dengan “Ia” di sini adalah “kasih karunia Allah” (Titus 2:11). Dengan kata lain, Kasih karunia Allah mendidik kita. Menarik, bukan? Allah dalam kasih karunia-Nya mendidik kita. Kasih karunia Allah mendisiplin kita.

Kata “mendidik” (παιδεύω paideuo) di sini, mencakup menguatkan, mengoreksi, mendisiplin, mengajar, mengarahkan. Apakah Anda merasa bahagia jika Anda bisa belajar langsung dari Tuhan sendiri dalam kasih karunia-Nya? Bagaimana jika TUHAN berkata, “Nak, kamu percayalah kepada-Ku, singkirkanlah berhala sebab berhala dalam hatimu akan merusak kebahagiaanmu.”

Tahukah Saudara bahwa TUHAN tidak mengajar sembarang orang? Jika demikian, siapa saja yang menerima didikan TUHAN?…

Ibrani 12:5-6  Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."

TUHAN mendidik orang-orang yang dikasihi-Nya. TUHAN mendisiplin orang-orang yang diakui-Nya sebagai anak. God only teaches whom He regards as His beloved children.

Kita berbahagia karena TUHAN menguduskan kita dan menjadikan kita milik kesayangan-Nya (Tian Fu de Bao Bei).

Dia “menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik” - Titus 2:14

Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri. - Maleakhi 3:17

Apa kualitas yang kita butuhkan agar kita dapat menerima didikan TUHAN?

Pemazmur mengatakan, “Ia membimbing orang-orang yang RENDAH HATI menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang RENDAH HATI(Mazmur 25:9).

Artinya, tidak setiap orang bisa diajar atau dibimbing TUHAN. TUHAN mencari orang-orang yang memiliki kualitas KERENDAHAN HATI. Orang yang dibimbing dan diajar TUHAN, pasti adalah orang yang rendah hati. Ketika orang-orang yang rendah hati menerima teguran TUHAN, mereka akan merendahkan diri di hadapan-Nya dan memperbaiki diri.

Saudara, dalam hidup ini kita menghormati dosen, guru, atau mentor kita. Nah, “Bukankah kita HARUS LEBIH TAAT kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh HIDUP?” (Ibrani 12:9). Ketika kita dididik TUHAN, kita menaati-Nya, supaya kita sungguh-sungguh hidup. Kebahagiaan kita tidak dapat dipisahkan dengan ketaatan kita kepada TUHAN.

Demi kebahagiaan kita, TUHAN mendidik kita dalam kasih karunia-Nya

  1. supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi” (Titus 2:12a).

Firman TUHAN menggunakan Esau sebagai contoh orang yang menukarkan yang berharga dengan yang hina. Esau menjual hak kesulungannya demi semangkok kacang merah - Ibrani 12:16 - “Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.” Karena pilihannya, Esau kemudian ditolak. Ibrani 12:17 - “Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.”

Ketika TUHAN memanggil kita memperbaiki diri, apa respons kita? Apakah kita berpikir, “Iya, nanti saja, masih banyak waktu. Saya mau bersenang-senang dulu dan bertobat kemudian. Saya mau menunggu di nafas terakhir baru bertobat” Menunda pertobatan sama dengan menunda kebahagiaan. Menunda pertobatan sama dengan mempertahankan apa yang berpotensi merusak kehidupan kita. Kita mungkin berpikir, “Nanti masih ada kesempatan.” Namun penulis kitab Ibrani menggunakan Esau sebagai contoh TIDAK MEMPEROLEH KESEMPATAN UNTUK MEMPERBAIKI KESALAHANNYA.

Untuk hidup bahagia, kita harus menyingkirkan apa yang menghambat perjalanan iman kita. Untuk hidup bahagia, kita harus menyingkirkan apa yang memperlambat perjalanan iman kita.

Demi kebahagiaan kita, TUHAN mendidik kita dalam kasih karunia-Nya

  1. “supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini” (Titus 2:12b).

Dalam bahasa yang sederhana,

  • Bijaksana berarti hidup dipimpin hikmat dari TUHAN
  • Adil berarti melihat manusia dari sudut pandang TUHAN
  • Beribadah berarti hidup untuk TUHAN.

Tahukah Saudara apa yang membuat Adam dan Hawa jatuh dalam dosa? Mereka memilih untuk menentukan sendiri apa yang baik dan jahat. Mereka tidak mau TUHAN yang menentukan standar kebaikan dan kejahatan. Kita sering kali merasa berbahagia karena kita sudah melakukan perbuatan baik. Tahukah Saudara bahwa perbuatan baik menurut kita, bisa menjadi perbuatan jahat dalam pandangan TUHAN? Tahukah Saudara bahwa perbuatan baik kita bisa menghambat pekerjaan TUHAN? Karena kita berpikir kita telah memberikan dukungan dan nasihat, padahal di mata TUHAN, kita sedang mencelakakan orang melalui perbuatan yang menurut kita super baik tersebut. Jika kita tidak hati-hati, ketika kita mengira kita sudah menjadi orang baik, justru kita menjadi orang yang jahat di mata TUHAN. Mungkinkah kita berbahagia jika ternyata perbuatan baik, dan nasihat kita ternyata menghancurkan kebahagiaan orang?

Tahukah Saudara bahwa kata “RAJIN berbuat BAIK” di ayat 14 berarti sangat giat mengerjakan hal-hal yang indah, berharga dan mulia. Yang disebut dengan perbuatan baik adalah perbuatan yang dilakukan dengan bijaksana, adil dan ibadah kepada TUHAN.

Ibrani 12:28 mengatakan, “Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah MENURUT CARA yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” Kita tidak dapat beribadah menurut cara kita, tetapi cara yang berkenan kepada-Nya.

Untuk melakukan perbuatan baik, kita perlu kebijaksanaan dari TUHAN. Untuk melakukan perbuatan baik, kita membutuhkan keadilan menurut TUHAN, yakni melihat manusia sebagai mana mestinya. Dunia melihat manusia berdasarkan status dan kemampuannya. TUHAN melihat manusia menurut gambar-Nya. Dunia melihat manusia berdasarkan perbuatan dan perkataannya, TUHAN melihat manusia berdasarkan hatinya.

Perbuatan baik baru dapat disebut baik jika dilakukan dalam kebijaksanaan, keadilan dan ibadah MENURUT CARA yang berkenan kepada-Nya. Perbuatan baik yang dilakukan karena perasaan phaiseh (sungkan) bukanlah perbuatan yang baik. Sebuah perbuatan yang dilakukan karena perasaan phaiseh, adalah perbuatan yang tidak dilakukan dalam kasih.  Seandainya, kita merasa phaiseh jika kita tidak menolong seseorang, maka bantuan yang kita berikan bukan sebuah tindakan kasih. A good deed that is compelled by feeling phaiseh (embarrassing), cannot be regarded as good deed. When we do semething due to feeling phaiseh, we are not doing it out of love.

TUHAN ingin kita menantikan kedatangan-Nya. Itulah kebahagiaan yang terbesar. Bagaimana jika TUHAN juga memerintahkan kita untuk berbagi kebahagiaan? Bagaimana jika untuk membawa orang yang kita kasihi ke dalam kebahagiaan yang murni, kita harus terlebih dulu membongkar kebahagiaan yang palsu?

Titus 2:15 - Beritakanlah semuanya itu, nasihatilah dan yakinkanlah orang dengan segala kewibawaanmu. Janganlah ada orang yang menganggap engkau rendah.

Kata “yakinlah” (ἐλέγχω elegcho) lebih tepat diterjemahkan dengan “menegur” (rebuke). Terjemahan Bahasa Indonesia Modern lebih jelas, TEGURLAH dengan penuh wibawa”

Saudara, jauh lebih mudah membiarkan seseorang mati dalam keberdosaan daripada menegurnya agar dirinya berada dalam pengudusan.

Tahukah Saudara bahwa teman yang baik adalah teman yang berani menasihati dan menegur kita? Sebab orang yang benar-benar mengasihi kita pasti akan menasihati dan menegur kita demi kebaikan kita.

Kita berbahagia karena TUHAN berkenan mendidik kita setiap hari. Kita berbahagia karena TUHAN menjadikan kita anak-anak-Nya, milik kesayangan-Nya. Kita berbahagia karena TUHAN menguduskan kita. Kita berbahagia karena TUHAN mempersiapkan kita untuk menyambut kedatangan-Nya, menyambut langit dan bumi yang baru.

Saudara, sebelum kematian-Nya, Yesus berkata

Yohanes 16:22  Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.

Murid-murid sangat bergembira ketika menyaksikan kebangkitan Yesus. terlebih lagi kelak, orang-orang percaya akan sangat bergembira ketika melihat kedatangan Kristus. Inilah kebahagiaan terbesar yang kita nantikan!

Maukah Saudara menerima kebahagiaan dari TUHAN?

Ps. Lan Yong Xing

 

Pertanyaan Reflektif dan Sharing

  1. Apa kebahagiaan sederhana masa kecil Anda?
  2. Mengapa kebahagiaan karena dididik dan dihajar TUHAN jauh melampaui kebahagiaan mempunyai harta yang banyak?