Artikel Memeriksa Kesehatan Spiritual
Bukan hal yang mudah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medical check up). Barangkali kita sangat khawatir jika ternyata ada permasalahan pada kesehatan kita. Kita berpandangan lebih baik kita tidak tahu daripada tahu tetapi tidak sanggup menanganinya, baik karena keterbatasan dana, atau karena tidak ditanggung oleh asuransi yang kita miliki, atau mental kita tidak kuat untuk menghadapinya.
Dalam bacaan ini, Yesus mengajukan pertanyaan reflektif kepada Simon untuk melakukan pemeriksaan kesehatan spiritual. Mari kita perhatikan bersama.
Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya (Luk. 7:36). Mengundang makan mengekspresikan rasa hormat, perhatian dan juga kasih sayang. Saya percaya ketika Saudara mengundang seseorang untuk makan, Saudara mempertimbangkan hal-hal seperti, apakah menu makanannya cocok, apakah higienis, apakah tempatnya sesuai, dan seterusnya. Saya percaya jika Saudara mengundang saya makan, Saudara tidak akan membawa saya ke restoran aneka durian.
Bagaimana dengan Simon? Mengapa Simon mengundang Yesus makan di rumahnya? Memang merupakan kebiasaan zaman itu di mana rabi mengundang sesama rabi. Selain untuk berinteraksi, berbagi pengetahuan, filsafat, teologi, hukum dan prinsip kehidupan, juga sebagai bentuk status diri. Lagi pula, popularitas Yesus sedang melonjak tinggi pada masa itu. Mengundang Yesus bisa meningkatkan status Simon, dan juga sebagai bentuk untuk menunjukkan kuasa. Namun jawaban sesungguhnya terdapat di Lukas 6:7, yang berbunyi “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.”
Lalu apa yang terjadi? Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, LALU DUDUK makan (Luk. 7:36). Apa yang terjadi di sini sangat tidak lazim. Pada masa itu, tamu tidak datang dan langsung duduk makan. Ada prosedur keramahtamahan yang harus dijalani terlebih dulu. Tamu disambut oleh tuan rumah dengan ciuman di pipi kanan dan kiri. Apabila tamu tersebut adalah orang yang sangat dihormati, maka tuan rumah akan mencium tangannya. Kemudian seorang hamba akan melepaskan kasutnya dan membasuh kakinya. Sekurang-kurangnya, tuan rumah menyediakan air agar tamunya dapat membasuh kakinya sendiri. Tamu juga disambut dengan peminyakan di kepala dengan minyak zaitun yang murah sebagai pengharum dan penyegar. Namun Yesus tidak menerima penyambutan tamu yang lazim pada masa itu. Dia masuk dan duduk makan. Singkat kata, Simon memperlakukan Yesus secara tidak terhormat.
Sebagai kontrasnya, “Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa” (Luk. 7:37). Perempuan ini datang dan menyelinap masuk ke dalam rumah Simon. Mungkin ia sudah mendengarkan ajaran Yesus yang membuatnya sangat tersentuh sehingga ia sangat berharap dapat datang dan melakukan sesuatu bagi-Nya.
Menjamu tamu penting pada masa itu. Lazimnya dilakukan di tempat terbuka, yakni di halaman rumah dengan pintu utama dibiarkan dalam kondisi terbuka. Hal ini dilakukan agar orang banyak yang lewat dapat melihat siapa tamu terhormat yang sedang dijamu di rumah. Mengundang tamu penting ke rumah merupakan sebuah hiburan menarik pada zaman itu. Nah, mungkin perempuan berdosa tersebut menyelinap masuk melalui kerumunan orang banyak yang ingin melihat dan mendengarkan perkataan Yesus.
Kita tidak tahu mengapa ia menjadi wanita penghibur. Apakah suaminya meninggal dunia sehingga ia dililit utang? Atau ia dipaksa oleh keluarganya yang selalu menuntut dukungan finansial? Seorang wanita penghibur pernah berkata, “Saya melakukan pekerjaan ini demi mengumpulkan uang agar saya bisa berbisnis suatu hari kelak.”
Perempuan berdosa tersebut datang dan berdiri di belakang Yesus. Jantungnya mungkin berdebar sangat cepat karena takut dan merasa berdosa. Ia merasa hidupnya tidak layak, merasa dirinya tidak berguna dan tidak berharga. Tidak mudah bagi perempuan ini untuk datang kepada Yesus karena ia harus berhadapan dengan banyak orang yang memandangnya dengan penuh kebencian. Jika ia berprofesi melayani kebutuhan seksual para pria, ia pasti dibenci oleh banyak orang yang sedang berkumpul di rumah Simon, karena pada umumnya mereka adalah para guru yang memandang orang-orang berdosa sebagai orang-orang terkutuk. Ia juga harus mendengarkan banyak cemooh yang sangat tidak enak didengar.
Ia membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi yang biasanya digantungkan di leher. Biasanya ia menggunakan minyak ini pada dirinya untuk melayani para pria berhidung garis-garis, hidung zebra atau hidung belang. Apa yang dibawanya merupakan produk mahal yang biasanya diimpor dari Mesir. Bagi orang banyak, persembahan yang dibawanya ini merupakan barang haram karena berasal dari penghasilan yang berdosa.
Mengapa perempuan ini berdiri di belakang Yesus? Pada zaman itu, orang-orang duduk di lantai (tidak ada kursi), dengan meja rendah. Mereka bersandar dengan satu tangan di meja, dan kaki ke sisi belakang. Lukisan Leonardo da Vinci tentang perjamuan makan terakhir tidak menggambarkan suasana makan dengan tepat. Dalam lukisan tersebut, Yesus dan murid-murid-Nya duduk di meja makan yang panjang seolah-olah sedang memandang kamera untuk dipotret. Perempuan itu mungkin kaget melihat kaki Yesus kotor dengan debu. Ia menangisi dosanya dan hidupnya yang merupakan sebuah kegagalan. Ketika menyadari kaki Yesus yang kotor, ia sudah tidak sempat pulang ke rumah untuk mengambil air dan kain handuk. Air matanya menetesi kaki Yesus. Ia melepaskan ikat rambutnya dan menggunakannya untuk mengeringkan kaki Yesus. Dalam budaya saat itu, melepaskan rambut di tempat umum merupakan sebuah pengumuman cerai. Bisa jadi ia juga tidak peduli karena ia memang tidak menikah. Atau memang ia tidak peduli karena jenis pekerjaannya.
Kemudian Simon berkata dalam hatinya, “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya (haptomai: menyentuh dengan menggoda) ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa” (Luk. 7:39). Pikiran Simon sangat jahat dan kejam. Ia menilai perempuan tersebut sedang menggoda Yesus untuk hubungan seksual. Yesus tiba-tiba berkata, “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Lalu Simon menyahut, "Katakanlah, Guru” (Luk. 7:40).
Yesus membaca pikiran Simon dan memberikan sebuah perumpamaan kepadanya (Luk. 7:41). Melalui perumpamaan tersebut, Yesus bagaikan berkata, “Simon kamu merasa dirimu berutang 50 dinar (hasil kerja 50 hari), sedangkan perempuan itu berutang 500 dinar (hasil kerja 500 hari).” Intinya adalah, Yesus mau menegaskan bahwa perempuan ini berbuat demikian karena ia merasa dosanya yang sangat banyak telah diampuni.
Yang ingin saya tekankan adalah pertanyaan Yesus kepada Simon. "Engkau lihat perempuan ini?” Apakah Saudara merasa pertanyaan Yesus di sini terkesan aneh? Bukankah Simon terus memerhatikan perempuan itu? Ketika kita memerhatikan kehidupan orang lain, Tuhan justru ingin kita menilik ke dalam hidup kita sendiri. Tuhan ingin kita melakukan “spiritual medical check up” pada diri kita. Perhatikan perkataan Yesus,
- Engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku… dia membasahi kaki-Ku dengan air mata;
- Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku
Dengan kata lain Yesus sedang berkata, “Kamu lihat apa yang dilakukannya kepada-Ku, tetapi engkau tidak melakukannya pada-Ku.”
Siapa dari kisah tersebut merupakan cerminan diri kita, Simon atau perempuan berdosa? Simon merupakan cerminan orang yang merasa dirinya baik, berprestasi, berhasil, dan telah melayani Tuhan dengan luar biasa. Simon, yang merasa dirinya utuh, tidak memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan. Simon, yang menghafal 300 nubuat tentang Mesias, tidak mengenal Mesias yang diundangnya makan. Kita bisa seperti Simon yang berprestasi, berpengetahuan dan mengetahui banyak tentang Tuhan, tetapi kita tidak mendengarkan-Nya dan tidak melakukan kehendak Bapa di surga.
Sebaliknya, perempuan tersebut adalah cerminan orang yang hidupnya hancur, gagal, dan tidak berguna. Pemeriksaan kesehatan spiritual sangat penting. Jangan sampai Tuhan berkata, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat. 7:23). Jangan sampai apa yang kita pandang baik, yang kita kerjakan dalam hidup kita, ternyata adalah kejahatan bagi-Nya. Tuhan menegaskan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: TUHAN, TUHAN! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang MELAKUKAN KEHENDAK Bapa-Ku yang di surga” (Mat. 7:21). Kiranya Tuhan menolong kita untuk memeriksa kesehatan spiritual kita.
Pastor Lan Yong Xing