Search

Artikel Melangkah dengan Hikmat

Amsal 6:2-8

Kitab Amsal adalah kitab hikmat. Kata-kata yang banyak muncul dalam kitab ini mengajar kita pentingnya bertumbuh dalam hikmat.

חָכְמָה Hikmat - Wisdom (41 kali)
בִּין Ketajaman - Discernment (33 kali)
תָּבוּן Pemahaman - Understanding (19 kali)
דַּעַת Pengetahuan - Knowledge (39 kali)
מְזִמָּה Kebijaksanaan - Discretion (8 kali)

Tuhan memanggil kita untuk membangun rumah-Nya. Tubuh kita adalah bait Allah, gereja adalah tubuh Kristus. Kita perlu bertumbuh, gereja perlu bertumbuh bersama. Tugas pembangunan rumah Tuhan harus dikerjakan dengan hikmat. Terkadang kita berpikir bahwa hikmat seperti sesuatu yang melayang tinggi dan sulit dicapai, hanya orang yang hebat yang dapat mendapatkannya. Justru sebaliknya, Hikmat berasal dari hal kecil yang kita perhatikan.

Firman Tuhan pagi ini akan mengajar kita hikmat mengenai tanggung jawab.
1. Batasan (Boundary)
2. Bekerja (Work)

Batasan (Boundary)
Batasan (Boundary) adalah garis pemisah antara seseorang dengan orang lain. Batasan tersebut menunjukkan identitas dan tanggung jawab seseorang. Batasan adalah ruang yang diperlukan setiap orang. 

Orang yang tidak ada batasan sering mengundang kesusahan untuk diri sendiri. Amsal ini mengangkat isu seseorang yang menjadi jaminan bagi hutang orang lain (Ams 6:2). Penjamin hutang berarti berjanji untuk membayar hutang jika orang yang berhutang gagal membayarnya. Berjanji untuk membayar hutang orang lain sama saja menjebak diri sendiri. dan engkau terjerat dalam perkataan mulutmu, tertangkap dalam perkataan mulutmu (Amsal 6:2). Orang ini terjerat dalam perkataannya sendiri.

Seorang penjamin mengantungkan nasibnya pada orang yang berhutang. Apakah berdosa jika menjadi penjamin orang lain? Well jika saudara sudah mempertimbangkan skenario terburuk yaitu orang tersebut tidak dapat membayar hutang, jika saudara mampu membayar ataupun menanggung segala hal karena keputusan ini, saudara bebas melakukannya. Pertanyaannya, apakah saudara memikirkan konsekuensinya? Konsekuensinya adalah saudara terikat dengan tanggung jawab orang lain.
Mencegah memang lebih baik daripada mengobati, namun  bagaimanakah jika sudah terlanjur terjerat?
Amsal 6:3-5
Buatlah begini, hai Anakku, dan lepaskanlah dirimu, karena engkau telah jatuh ke dalam genggaman sesamamu: pergilah, berlututlah, dan desaklah sesamamu itu; Janganlah membiarkan matamu tidur, dan kelopak matamu mengantuk; Lepaskanlah dirimu seperti kijang dari tangkapan, seperti burung dari tangan pemikat.

Hikmat mengajar kita untuk melepaskan diri dengan segera (bahkan lebih penting dari tidurmu). Urgent dan segeralah melepaskan diri dari bahaya konsekuensi tersebut. Ditambah perlunya mempertimbangkan apakah orang tersebut dapat dipercaya, bagaimana karakternya dan untuk apa keperluan utangnya. Adalah kesalahan besar ketika kita membantu orang tanpa hikmat. 

Hikmat mengajar kita mengenai batasan, apa yang menjadi tanggung jawab kita dan apa yang bukan menjadi tanggung jawab kita. Seperti pagar rumah yang menandakan yang mana properti milikmu. Kita tentu tidak mau ada tetangga yang datang terus berkata , “Cat rumahmu kurang bagus, saya ganti ke warna ungu saja”. Sama halnya, kita tidak kerumah tetangga dan berkata, “Segala kerusakan rumahmu akan ku tanggung semuanya”

Namun bukankah firman Tuhan berkata,
Galatia 6:2
Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

Ingatlah bahwa bagian yang sama juga mengatakan,
Galatia 6:5
Sebab, tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.

Kasih dan batasan tidak berlawanan. Karena setiap kita bertanggung jawab atas hidup diri  kita dihadapan Tuhan. Ingat, setiap kita harus bertumbuh di dalam Tuhan.
Mari kita renungkan dari contoh sederhana ini. Anggap saja ini kamar anakmu (berantakan). Idealnya kamar adalah rapi tersusun. Untuk mencapai kondisi tersebut, apa yang saudara lakukan?
a. Membereskannya?
b. Mendidik anakmu membereskan kamarnya?

Sering kali, kita ingin mencapai situasi ideal dengan cara yang tidak berhikmat. Kita membereskannya karena mengasihi anak kita. Tahukah saudara, ketika kita sering mengatakan “Let me do it”, anak kita terdidik dengan mengatakan, “Let mom/dad do it”

Saudara, banyak keluarga yang mengalami penderitaan karena mencoba membereskan kamar milik orang lain. Suami yang sering hutang ke rentenir, kemudian istri dan anak yang selalu membayar hutangnya. Masalah judi, narkoba dan alkohol yang mempengaruhi keluarga tertentu. Setiap ada masalah, ada yang menanggungnya sehingga tidak heran jika terjadi berulang-ulang. Hal-hal menyedihkan seperti ini terjadi karena orang yang tidak bertanggung jawab.

Saudara setiap kita memiliki satu hidup (one life). Masa kanak-kanak, remaja, pemuda, dewasa bahkan masa tua hanya terjadi satu kali dan tidak bisa diulang. Pertanyaannya, berapa lama anak saudara akan hidup dibawah naunganmu? Bagi yang masih muda, renungkan berapa tahun saudara akan hidup dibiayain oleh orang tua? Well mungkin 20-30 tahun, dan suatu hari pasti harus keluar dan hidup mandiri. Saudara atau anak saudara tidak memiliki orang tua yang selalu membereskan kamarnya/hidupnya. Oleh sebab itu, betapa pentingnya belajar bertanggung jawab atas hidup sendiri. 

Kita tidak hanya berkata-kata ketika bersuara, kita bisa berkata-kata dalam pikiran. Pikiran kita bisa menjerat tindakan kita. Sehingga kita perlu mengubah mindset kita dan belajar untuk “let go”. Melepaskan tanggung jawab yang bukan milik kita, untuk kebaikan bersama. Hidup kita milik Tuhan sehingga kita bertanggung jawab akan hidup kita dihadapan Tuhan. Saudara bertanggung jawab mendidik anakmu untuk bertumbuh mengenal tanggung jawabnya. Didikan saudara akan menjadi gaya hidup anakmu kemanapun mereka pergi. Banyak orang yang berhenti bertumbuh karena kesempatan bertanggung jawab di ambil ahli oleh orang lain. Mengasihi anak-anak berarti memberikan kesempatan untuk mereka belajar dan bertumbuh.

Bekerja (Work)
Saudara, semut dipuji sebagai binatang yang rajin bekerja dan bertanggung jawab.  Binatang ini disebut 2 kali dalam firman Tuhan dan keduanya ada di dalam kitab Amsal. Semut termasuk dalam salah satu binatang kecil yang disebut dalam Amsal 30.
Amsal 30:24-25
Ada empat binatang yang kecil di bumi, tetapi sangat cekatan: Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi menyediakan makanannya di musim panas.

Perhatikan hikmat dari bangsa yang tidak kuat dan kecil ini. Semut bertanggung jawab atas hidupnya. Jika saudara melihat banyak semut di sekitar rumah, mereka bukan sedang hangout, tetapi sedang bekerja.
Amsal 6:7-8
Biarpun tidak ada pemimpin, pengatur atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.

Semut bekerja, mengerjakan hal yang penting. Hikmat dari semut adalah tentang etika untuk bekerja dengan konsisten dan bertanggung jawab. Semut tidak bermalas-malasan mengerjakan hal yang tidak penting. Semut bekerja dengan berorientasi pada masa depan.

Seorang guru memberikan PR mengarang kreatif. Guru  tersebut membagikan cerita semut dan belalang. “Pada musim panas, Si Semut bekerja dengan rajin setiap hari dan menyimpan banyak makanan. Tetapi, Si Belalang Bermain sepanjang musim Panas dan tidak mau bekerja. Ketika musim dingin datang, Si Belalang melompat ke rumajh semut dan mulai mengemis, “Pak Semut punya banyak makanan, bagi dong”. Cerita guru berhenti disitu kemudian menyuruh murid-muridnya untuk mengarang ending cerita tersebut.

Beberapa anak menulis dengan ending dengan jawaban Semut, “Tidak Pak Belalang, anda seharusnya bekerja di musim panas dan tidak bermain. Sekarang, saya hanya punya cukup makanan untuk diri saya sendiri.” Akhirnya, semut itu hidup dan belalang itu mati. Namun ada satu anak mengakhiri ceritanya dengan cara yang berbeda dari anak-anak lainnya. Dia menulis, "Maka Pak Semut memberikan semua makanannya kepada Pak Belalang. Pak Belalang hidup melewati musim dingin. Namun Pak Semut mati”.

Pak Semut menanggung konsekuensi yang seharusnya ditanggung oleh Pak Belalang. Saudara bisa membayangkan sendiri bagaimana Pak Belalang hidup selanjutnya, mungkin  berubah karena pengorbanan Pak Semut. Namun yang sering terjadi adalah tidak ada perubahan. Pak Belalang hanya akan mencari Pak Semut lainnya untuk meminta makanan untuk musim dingin berikutnya.

Tuhan ingin kita melangkah dengan hikmat. Banyak orang berjerih payah menanggung beban orang lain. Tuhan mengajar kita untuk batasan yang sehat (healthy boundary) dan memikul kuk yang Tuhan berikan. 
Matius 11:28-30
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat kelegaan. Sebab, kuk yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan.

Melangkah dengan hikmat berarti memikul Kuk yang Tuhan pasangkan kepadamu dan lepaskanlah kuk yang bukan milikmu. Ketika kita tidak mengambil tanggung jawab orang,  Biarkan orang itu diproses dan dibentuk Tuhan. Karena Tuhan juga memiliki kuk yang dipasangkan pada orang lain.

Dalam hal bekerja firman Tuhan sangat tegas.
2 Tesalonika 3:10-11
Jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. Kami katakan ini karena kami dengar bahwa ada orang di antara kamu yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.

Amsal 6:6
Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah kelakuannya dan jadilah bijak

Tuhan tidak menciptakan kita untuk jadi pemalas. Pemalas mendatangkan kesusahan bagi diri sendiri dan penderitaan bagi orang sekitarnya. Pemalas adalah pelaku ketidakadilan. Ingatlah bahwa Tuhan kita bekerja dan memanggil setiap orang untuk bekerja. Hal ini sudah di desain sejak zaman taman Eden.

Hikmat mengajar dan melindungi kita. Hikmat juga menegur pemalas dan orang bodoh.  Hikmat menolong setiap orang untuk bertumbuh dan membangun rumah Tuhan. Maukah saudara belajar melangkah dengan hikmat?



Ps Wennie Dong