Artikel MELAKUKAN MUKJIZAT SETIAP HARI
Yohanes 6: 1-15
Setelah sekian lama berpisah karena jarak dan kesibukan masing-masing, tiga orang sahabat (A, B, dan C) yang sudah bersahabat sejak sekolah minggu pun akhirnya temu kangen dan bercerita berbagai hal;
A : “kalian tahu ga! Kalau yang sering mengadakan KKR Mukjizat kesembuhan ilahi yang fenomenal itu dari gerejaku lho, di tenpat kalian ada ga mukjizat-mukjizat begitu?
B : “kalau di tempatku kayaknya ada sih ya. Bukan mukjizat kesembuhan itu tapi. Temanku pernah mendengar saudaranya berkata bahwa dulu gereja pernah mengadakan acara outdoor, tetapi tiba-tiba langit menjadi gelap dan mau hujan. Tapi ketika berdoa langitnya jadi cerah kembali
A, B : “di tempatmu gimana C?”
C : (karena merasa tersudut, mau tidak mau si C juga harus bercerita), katanya, “kalau di tempatku, pernah dulu seorang kakak rohani mau berangkat pelayanan di ibadah minggu. Karena kendaraannya rusak ia putuskan untuk jalan kaki. Tapi ketika mau berangkat tiba2 turun hujan deras banget…..setelah tunggu beberapa saat tidak berhenti juga. Dan ia pun segera berdoa. Tetapi hujannya malah makin deras”
A, B : “walah, kalau begitu ngapain kamu ceritakan, kan tadi kita bicara tentang mukjizat”
C : “memang hujannya tidak berhenti, tapi tetiba harinya berubah jadi hari Sabtu”
A, B : “wahh, hebat kali mukjizatnya”
C : “becanda guys! Hehe. Habis kalian tanya-tanya mukjizat terus, seakan-akan mukjizat itu hanyalah hal-hal yang ajaib, spektakuler saja”
Bapak/Ibu/Sdr, tema renungan kita hari ini adalah “Melakukan Mukjizat Setiap Hari”. Tema ini mungkin terdengar tidak biasa untuk sebagian dari kita. Bahkan mungkin menimbulkan tanda tanya. Hal ini tidak mengherankan, berarti mungkin saja kita memiliki cara pandang yang mirip dengan si A dan B di dalam cerita tadi yang melihat mukjizat adalah yang ajaib-ajaib, spektakuler saja. Lalu apakah memang benar demikian? Apakah mukjizat itu hanyalah berkaitan dengan hal-hal spektakuler, hal-hal extravaganza saja?
Peristiwa mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan ini tercatat di dalam keempat Injil yakni Matius 14: 13-21, Markus 6: 30-44, Lukas 9: 10-17, dan bacaan kita hari ini yakni Yohanes 6: 1-15. Baik, Matius, Markus maupun Lukas memang tidak secara eksplisit menuliskan bahwa peristiwa ini dinamakan mukjizat. Namun tidak satu pun ahli-ahli kitab ini yang tidak setuju bahwa peristiwa Tuhan Yesus memberi makan lima ribu orang ini bukanlah mukjizat. Namun, Penginjil Yohanes berbeda, Ia dengan terang-terangan mengatakan bahwa peristiwa tersebut adalah mukjizat. Bahkan di dalam perikop bacaan kita hari ini dua kali dikatakan tentang mukjizat. Yang pertama pada ayat 14 dan yang kedua pada ayat 2. Memang kata mukjizat yang digunakan oleh Injil Yohanes ini berbeda dengan yang digunakan di tempat ataupun kitab lain. Misalnya saja di dalam Kisah Para Rasul 19: 11. Kata mukjizat yang digunakan di sini adalah Dynameis yang dapat diartikan sebagai keajaiban ataupun kuasa. Tetapi kata mukjizat yang digunakan di dalam bacaan kita hari ini adalah semeion atau simeia yang berarti tanda, simbol ataupun bukti.
Jadi, mukjizat di dalam peristiwa Tuhan Yesus memberi makan 5000 orang ini adalah tanda, bukti, menyimbolkan sesuatu. Dengan kata lain, di dalam mukjizat sebagai tanda, simbol, ataupun bukti ini yang terpenting bukanlah tanda atau mukjizatnya itu tetapi apa yang mau dipesankan melaluinya ataupun dibaliknya. Kehidupan juga dipenuhi dengan tanda ataupun simbol. Misalnya saja cincin kawin yang ada di tangan bapak/ibu saudara. Yang terpenting kan bukan cincinnya, tetapi kan perkawinannya, komitmennya, dsb. Misalnya lagi, salib yang besar ini. yang terpenting kan bukan salib ini sebagai tanda atau simbol, tetapi apa yang dipesankan, apa yang dibalik salib ini.
Jadi, ketika kita mengalami mukjizat di dalam kehidupan kita sehari-hari maka kita jangan fokus kepada mukjizatnya itu sendiri, sehingga kita salah kaprah seperti khalayk ramai yang berbondong-bondong untuk mengikuti Yesus seperti bacaan kita tadi. Sejak dari awal, pada ayat 2 telah terlihat motivasi dan fokus mereka yang keliru. Mereka fokus kepada mukjizat dan kehebatan tindakan Yesus, bukan kepada Yesusnya sendiri. Kekeliruan ini pun melahirkan pemahaman dan pengertian keliru yang kedua. Yakni kegagalan mereka mengenal Tuhan Yesus dengan benar. Mereka keliru mengenalinya. Mereka tidak mengenal bahwa Yesus adalah Mesias, Juruselamat yang dinanti-nanti itu, malah mereka berkata “Dia adalah benar-benar Nabi yang akan datang” (ay. 14).
Kekeliruan demi kekeliruan pun akhirnya melahirkan pengambilan tindakan yang keliru pula di mana mereka hendak memaksa Yesus menjadi Raja (ay. 15). Ini adalah sebuah catatan yang sangat penting bagi setiap kita saat ini sebagai pengikut Kristus. Agar kita senantiasa memeriksa fokus kita ketika kita mengikut Dia. Apakah kita fokus kepada mukjizat-mukjizat-Nya, kepada berkat-berkat-Nya ataukah kepada Dia? Ingat! Bahwa motivasi dan fokus kita menentukan bagaimana kita mengikuti-Nya dan seperti apa kita menerjemahkan karya-Nya di dalam kehidupan ini. Jangan sampai kita salah kaprah!
Terdapat dua pandangan yang dominan dalam melihat mukjizat Yesus memberi makan 5000 orang. Pertama mukjizat terjadi secara ajaib, dalam arti tiba-tiba saja lima roti dan dua ikan mengalami penggandaan, menjadi banyak. Ini tentu pandangan yang sah-sah saja dan dapat diterima, sebab Tuhan Yesus memang sangat banyak melakukan mukjizat. Dan mukjizat yang dilakukan-Nya selalu bertujuan sebagai tanda-tanda akan kehadiran kerajaan Allah dan juga untuk menunjukkan hakikat dan identitas diri-Nya.
Pandangan yang Kedua mengatakan bahwa mukjizat terjadi karena kegerakan hati yang dipenuhi cinta kasih. Dalam bacaan kita hari ini mukjizat terjadi dimulai dari seorang anak yang merelakan lima roti dan dua ikannya untuk dibagi (ay. 9). Maka dari itu terjadilah kegerakan hati dalam jumlah besar sehingga orang lain juga melakukan hal yang sama seperti anak tersebut, sehingga lima roti dua dan ikan menjadi sangat bangat. Hal ini memungkinkan terjadi karena perayaan paskah, hari raya orang Yahudi sudah dekat dimana orang-orang tersebut kemungkinan besar memiliki stok makanan yang dibawa sebab mereka akan berkumpul dengan orang-orang terdekatnya dan makan-makan.
Memang tidak terlalu penting jenis mukjizat yang terjadi apakah hal itu karena peristiwa ajaib ataupun karena kegerakan hati. Yang terpenting adalah apa yang mau disampaikan oleh mukjizat itu sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Namun yang tak kalah pentingnya yang harus kita tahu juga adalah mengapa, apa sebenarnya yang melatarbelakangi terjadinya mukjizat tersebut. C.S Lewis di dalam bukunya “Miracles,” menyebut hal ini sebagai mukjizat sebelum mukjizat, mukjizat yang signifikansinya paling besar, yang memungkinkan semua mukjizat yang lain terjadi.
Di dalam bacaan kita hari ini, alasan yang melatarbelakangi terjadinya mukjizat tersebut atau dapat disebut sebagai mukjizat sebelum mukjizat memang tidak diperlihatkan dengan jelas. Namun, jika kita telisik lebih dalam kita akan menemukannya. Yoh 6:5 dan Lukas 9:12 tampaknya memiliki kemiripan. Di dalam kedua Injil ini kita hanya dapat mengetahui banyak terdapat banyak orang berbondong-bondong mengikut Yesus bahkan sampai malam. Mungkin saja. di dalam situasi ini Yesus melihat di antara kerumunan manusia itu ada yang sudah lelah, kehausan, dan kelaparan sehinga hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Gerakan belaskasihan inilah yang dapat dikatakan sebagai mukjizat sebelum mukjizat. Karena bermula darinya, maka mukjizat lain pun terjadi.
Namun, Injil Matius dan Markus berbeda. Di dalam Matius 14: 14 dikatakan bahwa hati Yesus tergerak oleh belas, dan oleh karena gerakan belas kasih yang besar ini maka terjadilah mukjizat Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti dan dan dua ikan. Namun, Jika di dalam versi Matius tidak menyebutkan mengapa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, maka berbeda dengan versi Markus. Di dalam Markus 6: 34 dikatakan bahwa tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Di dalam versi Markus ini ditemukan alasan lengkapnya, mengapa hati Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Rupanya Yesus tidak hanya kasihan kepada orang banyak itu karena kebutuhan jasmani (makanan dan minuman) sebagaimana yang diberitakan oleh ketiga Injil sebelumnya. Tetapi orang banyak ini juga memerlukan kebutuhan spiritual. Hal ini terlihat oleh Yesus melalui kondisi orang banyak itu yang tercerai berai seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Artinya tidak ada yang membimbing dan menuntun mereka berjalan ke jalan yang benar. Hidup mereka rentan tersesat dan binasa. Gerakan hati yang penuh belas kasih inilah mukjizat pertama, sehingga kemudian terjadi mukjizat yang lainnya yakni Ia memberi makan mereka semua. Ia memenuhi kebutuhan jasmani mereka. Dan Ia pun mengajar mereka, Ia memenuhi kebutuhan spiritual mereka.
Melalui kisah mukjizat Tuhan Yesus memberi makan lima orang hari ini, sebagai pengikut-pengikut Kristus kita diingatkan dan disadarkan mengenai dua hal penting. Pertama adalah apa yang kita sebut sebagai mukjizat kedua yakni mukjizat yang terjadi secara ajaib, spektakuler (Dynameis) oleh karena campur tangan Allah. Contohnya banyak kita temukan di dalam kehidupan ini, misalnya mukjizat kesembuhan, pengusiran Setan, yang paling umum adalah nafas kehidupan yang masih kita miliki sampai sekarang ini—Anda dan saya dapat hidup hari ini dan beribadah di sini maupun online itu adalah mukjizat. Dan sebagai pengikut Kristus kita diingatkan agar tidak fokus kepada mukjizat ini tetapi fokus kepada Allah, Sang pemberi Mukjizat itu. Dan fokus kepada apa yang hendak Ia ingin sampaikan kepada setiap kita melalui mukjizat-Nya itu.
Kedua, adalah apa yang kita sebut tadi sebagai mukjizat sebelum mukjizat ataupun mukjizat pertama yakni mukjizat yang terjadi karena adanya kegerakan cinta kasih yang besar. Anthony De Mello mengatakan bahwa bahwa mukjizat itu bukan hanya sesuatu yang spektakuler, tetapi ketika kita melakukan sesuatu kepada orang lain dengan cinta kasih yang besar, ketika kita melakukan kehendak-Nya. Jadi ketika kita melakukan segala sesuatu, dengan terhubung dengan-Nya, dengan sepenuh hati dan cinta, sekecil atau sebesar apa pun pekerjaan itu di bidang yang Tuhan telah percayakan kepada setiap kita, maka kita telah melakukan mukjizat. Maka pertanyaannya adalah sudahkah kita melakukannya? Lakukanlah setiap hari di dalam hidup kita maka setiap hari hidup kita akan dipenuhi mukjizat. Setiap hari hidup kita akan menjadi tanda kehadiran Allah bagi dunia dunia ini.
Ev. Malemmita P