Search

Artikel Kuduslah Kamu!

Bilangan 4:14-18

Apakah Anda termasuk orang yang sayang pada pakaian? Bagaimana jika pakaian barumu terkena noda yang sulit dibersihkan? Chunjie identik dengan warna merah. Merah merupakan warna sukacita. Warna merah yang cerah mudah menarik perhatian kita. Di Alkitab, merah merupakan warna dosa - "dosamu merah seperti kirmizi" (Yes. 1:18).

"Mengapakah pakaian-Mu semerah itu?" (Yes. 63:2a).

"Semburan darah mereka memercik ke baju-Ku.  Pakaian-Ku ternoda." (Yes. 63:3b).

Dosa kita mengotori pakaian TUHAN! Melalui Kemah Suci (Tabernakel) atau juga dikenal dengan Kemah Pertemuan, TUHAN mengajar kita bahwa untuk bisa masuk ke dalam Kemah Suci, seseorang perlu terlebih dulu memberikan pengurbanan hewan. Dosa telah merusak hubungan kita dengan TUHAN. "Tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan dosa" (Ibr. 9:22). Kita dapat masuk ke Kemah Suci atau berjumpa dengan TUHAN karena Darah Kristus Yesus yang tercurah bagi kita (Mat. 27:51). Roh Kudus yang diam di dalam diri kita, menjadikan kita Kemah Suci-Nya (1 Kor. 6:19). Setiap kali kita memasuki rumah dengan pintu yang digantung kain merah, kita diingatkan bahwa kita dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.

Tahukah Saudara bahwa kata "kudus" berarti "dipisahkan?" TUHAN menguduskan Abraham dengan cara memisahkan dia dari kampung halamannya. TUHAN menguduskan Musa dengan memisahkan dia dari Firaun. TUHAN menguduskan kita dengan memisahkan kita dari dosa.

Ketika di padang gurun, bangsa Israel harus mengikuti TUHAN. Ketika tiang api  (malam hari) atau tiang awan (siang hari) berpindah, maka mereka harus berpindah.

"Setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, orang Israel pun berangkat, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah" (Bil. 9:17)

Ketika orang-orang bertanya kepada Musa, mengapa kita berangkat, mengapa kita berhenti di sini? Bayangkan Musa menjawab, "Saya juga tidak tahu, TUHAN berangkat maka kita berangkat. TUHAN berhenti, maka kita berhenti di sini. TUHAN tidak mengatakan alasannya, kita mengikuti TUHAN." Hidup ini..... harus mengikuti pimpinan Tuhan. Kita belajar memperhatikan TUHAN. Ketika Dia berkata, "Diam", kita diam. Ketika TUHAN berkata "Jalan", kita berjalan. Ketika TUHAN berkata, "Pindah!", kita pindah.

Ketika banga Israel berpindah tempat, Kemah Suci akan dibongkar dan dipasang kembali di tempat perhentian yang baru. Bilangan 4:11-18 memuat pesan penting dalam memindahkan Kemah Suci. Secara khusus, TUHAN berpesan agar para imam sungguh-sungguh melaksanakan tugas mereka agar tidak mencelakakan keturunan Harun yang bertugas untuk memindahkan barang-barang kudus.

Bil 4:17- TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun, "Perhatikanlah supaya suku Kehat dengan kaum-kaumnya  JANGAN BINASA dari tengah-tengah orang Lewi."

Bil 4:20 - Janganlah mereka masuk ke dalam untuk melihat barang-barang kudus itu, walau hanya sesaat, nanti mereka mati

Para imam harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan dipindahkan dengan baik. Perlengkapan kudus harus ditutupi dengan kain berwarna biru tua atau biru keunguan sebelum diangkut (Bil. 4:6). Dalam prinsip kepemimpinan, apabila pemimpin tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar maka orang yang dipimpinnya akan menderita.

Apakah kita bekerja untuk kebahagiaan orang lain? Saudara berbahagia karena melihat orang berbahagia menikmati makanan yang Anda buat. Saudara berbahagia karena melihat orang berbahagia rambutnya ditata Anda. Saudara berbahagia melihat orang berbahagi karena ia mendapatkan manfaat dari asuransi yang Anda tawarkan. Kita tidak hanya bekerja, tetapi menjadi berkat. TUHAN ingin kita mendapat bagian dalam kekudusan-Nya.

TUHAN memilih dan memberikan tugas kepada keturunan Harun untuk bertanggung jawab atas pemindahan Kemah Suci:

  • Kaum Kehat - mengurus pemindahan barang-barang kudus Kemah Suci (Bil. 4:4-14).
  • Kaum Gerson - mengurus pemindahan perlengkapan dekorasi seperti kain tirai, tali dan kain penutup (Bil. 4:24-26).
  • Kaum Merari - mengurus pemindahan perlengkapan struktur kemah suci seperti tiang, patok, tali (Bil. 4:31-33).

Saya membayangkan para imam mengajar, melatih atau bahkan memimpin gladi gladi bersih agar setiap pelayan melaksanakan tugas masing-masing dengan benar. Jika mereka tidak hati-hati, mereka akan mati. Hal ini mengajar ktia bahwa dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan kita, semestinya kita juga memperhatikan kebaikan bersama (common good).

Katakanlah Saudara adalah seorang kaum Merari. Tugasmu adalah memindahkan sebuah patok. Anda sudah mengerjakan hal ini selama bertahun-tahun. Anda merasa pelayananmu tidak berharga sehingga pada suatu hari setelah melepaskan patok, Anda menghilang bersama patok yang Anda pegang. Ketika dipasang kembali, Kemah Suci tidak dapat berdiri dengan sempurna karena kekurangan patok yang merupakan tanggung jawab Anda.

Saudara mungkin memandang remeh fungsi dirimu. Setiap orang mempunyai fungsi yang berharga! Jangan meremehkan hidupmu.

Sering kali kita tidak bahagia karena tidak ada kebahagiaan di dalam batin kita. Kekosongan di dalam hati kita membuat kita tidak bahagia. Kita merasa tidak layak untuk kebahagiaan, kita merasa tidak dicintai, tidak diterima, tidak berguna. Kita ingin menjadi seperti David Beckham, Denzel Washington, Keanu Reeves atau seperti Gloria 鄧紫棋 (Deng Ziqi). Semakin kita ingin menjadi orang lain, semakin kita tidak bahagia. Semakin kita hidup untuk orang lain, semakin kita tidak bahagia.

Terpisah dari TUHAN membuat kita tidak bahagia. Karena darah Kristus kita masuk ke dalam "Kemah Suci." Karena Roh Kudus kita menjadi "Kemah Suci." Tidak hanya dosa kita yang dicambuk dan dipaku atas diri Yesus, tetapi juga rasa malu, rasa bersalah, rasa tidak berguna, rasa tidak dikasihi dirimu juga dicambuk dan dipaku pada Yesus. Roh Kudus memperbarui kita. Kita mendapat bagian dalam kekudusan Allah.

1 Petrus 1:15-16 - Tetapi HENDAKLAH kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus

Ibrani 12:14 - BERUSAHALAH hidup damai dengan semua orang dan KEJARLAH KEKUDUSAN, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.

Penting untuk dicatat bahwa tidak ada yang dapat mencapai kekudusan. Kita tidak menjadi kudus karena perbuatan kita sendiri. Kita menjadi kudus karena Kristus Yesus.

2 Kor. 5:15 - Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, TIDAK LAGI HIDUP UNTUK DIRINYA SENDIRI, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka .

Kita menjadi kudus dengan hidup untuk Kristus. Kita tidak hidup untuk diri sendiri. Hidup untuk diri sendiri membuat hidup kita kosong dan sia-sia. Kita hidup untuk Kristus karena Dia telah menjadikan kita keluarga Allah. Kristus menjadikan kita berharga (worthy), dikenal (known) dan dikasihi (loved). Hidup bagi Yesus berarti, kita mendedikasikan hati, pikiran dan tubuh kita untuk Kristus. Kita menjaga kesucian hati kita.

Matius 5:8 - Berbahagialah orang yang SUCI HATINYA, karena mereka akan melihat Allah.

Orang yang hatinya suci dapat melihat Allah, melihat Siapa Allah, karakter-Nya, pekerjaan-Nya, keajaiban-Nya. Kita tidak mengisi pikiran kita dengan berpikir jahat tentang orang lain. Kita isi hati kita dengan kemurnian. Sebagai contoh, orang yang suci hatinya tidak suka bertengkar (2 Tim. 2:24; Titus 3:2). Salah satu kebiasaan dalam perayaan Chunjie adalah mengucapkan perkataan berkat. Orang yang berhikmat tidak bertengkar, tetapi melarikan diri dari orang yang suka bertengkar.

Lebih baik tinggal di sudut sotoh rumah daripada serumah dengan perempuan yang suka bertengkar (Amsal 21:9).

Lebih baik tinggal di padang gurun daripada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah (Amsal 21:19)

Di sini, hikmat tidak sedang mengatakan istri yang suka bertengkar. Tetapi, perempuan yang suka bertengkar. Artinya, perempuan yang suka bertengkar ini bisa merupakan istri orang lain atau perempuan yang tidak menikah. Sepertinya tidak adil jika kita hanya mengatakan tentang perempuan yang suka bertengkar. Laki-laki juga suka bertengkar. Menjelang Pemilu, hari-hari laki-laki dan perempuan bertengkar membela pilihan masing-masing.

Lebih baik bersembunyi di kamar, dari pada menghadapi orang yang suka bertengkar. Lebih baik naik gocar ke padang gurun daripada berbicara kepada orang yang suka bertengkar. Seorang yang suka bertengkar tidak menjadi berkat, melainkan menjadi malapetaka.

Tidak bertengkar tidak berarti kita hidup dalam kepalsuan, senyum di luar, marah di dalam. Yesus pernah memandang orang-orang di sekitarnya dengan marah karena kekerasan hati (Mrk. 3:5). Kristus tidak bertengkar, tetapi Dia juga tidak mencari muka. Yesus hidup jujur dan tidak takut pada penilaian manusia (Mrk. 12:14). Hidup untuk Kristus juga berarti kita meneladani Dia, yakni hidup jujur dan tidak takut pada penilaian manusia.

Kekudusan tidak hanya bermanfaat untuk kebahagiaan kita, tetapi juga orang lain. Pikiran, perkataan dan perbuatan yang kudus bermanfaat untuk kebaikan orang lain. Kita memikirkan yang baik, mengatakan hikmat, melakukan yang mulia untuk kebaikan dan kesejahteraan orang lain. Dengan hidup kudus, kita menjadi berkat!

Ps. Lan Yong Xing

 

Bapa, terima kasih Engkau memperkenalkan dan memperlihatkan Diri-Mu kepada kami melalui Yesus Kristus

Roh Kudus, bukalah hati kami agar kami menjaga kesucian hati dan kemurnian pikiran kami.

Yesus Kristus, Engkau telah menyingkirkan dosa dan menguduskan kami. Kami ingin hidup untuk-Mu. Amin.