Search

Artikel Jika Engkau Percaya Engkau Akan Melihat Kemuliaan Allah?

ohanes 11: 33-44

Salah satu yang mestinya menjadi ciri khas para pengikut Kristus adalah peka, sebab Tuhan Yesus sendiri adalah orang yang peka. Ia tahu bagaimana pedihnya hati Marta dan Maria karena kepergian Lazarus saudaranya. Ia tahu bagaimana harus bersikap dan seperlunya saja berkata-kata (Yohanes 11: 33-35). Hal ini berbeda dengan tetangga-tetangga Marta dan Maria, bahkan ketika Tuhan Yesus datang mereka langsung mengomentarinya, bahkan menggosipinya, dan besar kemungkinan mereka juga mengomentari Maria dan marta, bahkan memberikan petuah-petuah kepada mereka sebagai tanda simpati dan perhatian mereka, padahal Maria dan Marta tidak membutuhkannya (Yoh 11: 36-37). Sikap mereka ini mirip seperti sikap teman-teman Ayub, yang memberikan petuah-petuah dan nasihat-nasihat kepada Ayub karena kemalangan yang ia alami. Dan kepada mereka itu Ayub berkata “penghibur sialan kalian semua” (Ayub 16:2). Jika kita kurang peka, maka bisa jadi kita pun berpotensi menjadi penghibur-penghibur sialan atau orang-orang yang tidak peka dan tidak bisa menempatkan diri ketika melawat orang yang sedang sakit ataupun sedang mengalami kedukaan.

Nampaknya, kematian Lazarus tidaklah mengagetkan Tuhan Yesus. Hal ini terlihat dari responya ketika Ia mendengar bahwa Lazarus sakit, dan ia tidak segera datang, bahkan menunggu dua hari kemudian untuk pergi menjenguk Lazarus(Yoh 11: 1-8). Berarti ketika Tuhan Yesus mendengar kabar tersebut, di mata orang banyak Lazarus kemungkinan sudah mati, atau paling tidak sedang kritis. Oleh sebab itu, ketika Tuhan Yesus meminta untuk mengangkat batu penutup kuburan itu, Marta berkata bahwa tubuh Lazarus sudah berbau sebab ia telah mati selama empat hari (Yoh 11: 39). Namun, menariknya adalah respon Tuhan Yesus. Ia berkata “bukankah sudah kukatakan kepadamu: jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?” (Yoh 11: 40). Tuhan Yesus memang pernah mengatakan hal yang serupa kepada Marta, dan Marta menjawab bahwa ia percaya (Yoh 11: 25-27). Tetapi ketika kenyataan yang memahitkan itu datang, ia pun bimbang dan meragukan Tuhan di dalam hidupnya. Tetapi itu hanya sesaat, walaupun di dalam keraguan, relasinya dengan Tuhan membuahkan hasil, ia menuruti perkataan Tuhan Yesus untuk mengangkat batu penutup kubur itu.

Dalam keadaan yang galau itu, Marta memilih taat kepada Tuhan Yesus. Ia rela mengambil resiko menjadi tertawaan bahkan mungkin cacian orang lain demi taat pada Yesus. Bayangkan jika Lazarus tidak bangkit, bukankah apa yang dilakukan Marta mecoreng mukanya sendiri sebab Marta mengijinkan membuka kuburan, mengijinkan orang lain pula masuk padahal di mata orang lain jelas-jelas Lazarus sudah mati. Saya bayangkan, besar kemungkinan banyak yang nyinyir dan berkomentar negatif ketika batu kuburan itu hendak dibuka. Banyak orang di sana bisa jadi merespon dan berkata “ngapain, kok uda mati saya ga dibiarkan tenang, walah, memanglah Martha ini”. Bukankah hal ini dapat menjadi momok di masyarakat nantinya, bahkan konyol di mata orang lain? Tetapi semua konsekuensi itu dikesampingkan oleh Marta. Ia lebih menaruh kepercayaannya kepada Tuhan Yesus. Marta rela dipandang rendah, rela menjadi bahan tertawaan, rela tidak nyaman, rela mengambil resiko demi ketaatannya pada Tuhan Yesus, sehingga ia dapat melihat dan menyaksikan kemuliaan Allah! Apakah engkau rela dikatakan konyol “kok ibadah terus ga capek ya! Kok toko tutup hari minggu, kan minggu ramai, kok begini, kok begitu, dst,”apakah kita rela ditertawakan, rela menderita dan tidak nyaman demi ketaatan kita pada Tuhan Yesus? Jika engkau rela maka sebagaimana yang dialami Marta, engkau juga akan melihat kemuliaan Tuhan!

Di dalam keadaan baik-baik saja, atau ketika semua keadaan masih di dalam batas kemampuan kita untuk meng-handle, mungkin dengan mudah kita akan berkata bahwa “aku masih percaya kepada Tuhan dan percaya bahwa Ia akan menolongku”. Tetapi bagaimana jika di dalam keadaan tidak baik-baik saja bahkan di dalam keadaan yang penuh kepahitan, apakah kita masih dapat berkata seperti demikian? Seperti Marta, harusnya kita juga dapat tetap percaya dan yakin pada Tuhan Yesus sekalipun mungkin kita memiliki keraguan, kita harus tetap teguh di dalam iman kita kepada-Nya. Mengapa? Karena kita memiliki relasi yang intim dengan Tuhan Yesus. Oleh sebab itu penting sekali untuk mendorong diri kita agar memiliki relasi yang intim dengan Kristus, sehingga di dalam berbagai keadaan bahkan keadaaan yang penuh kepahitan sekalipun kita tetap dapat percaya pada Tuhan Yesus dan memiliki keyakinan yang teguh pada-Nya!

Kiranya kita tetap dapat berdiri teguh di dalam iman, memiliki kepercayaan yang teguh pada Allah di dalam segala keadaan, khususnya ketika sedang dilanda berbagai tantangan dan pergumulan hidup seperti Marta dan Maria. Marta memang memiliki sedikit keraguan, tetapi ia dapat mempercayakan hidupnya dan hidup Lazarus pada Yesus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus berkata kepadanya “jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah” (Yoh 11:40). Kata percaya yang dikatakan Tuhan Yesus dalam bahasa Yunani adalah Pisteu, yang merupakan kata kerja yang berarti menyerahkan diri, percaya dengan sungguh, dengan segenap hati, dan yakin. Dengan kata lain, kepercayaan itu bukan hanya diketahui namun juga dialami. Karena merupakan kata kerja, maka Pisteu atau kepercayaan itu berarti harus diusahakan terus menerus. Artinya meskipun kepercayaan itu sudah tertanam dalam diri kita, kepercayaan itu mesti terus dirawat dan dipelihara, diupayakan terus menerus.

Apakah Anda asing dengan game “Trust fall”? permainan yang sangat menegangkan sebab kita dituntut untuk percaya penuh kepada orang lain dengan menjatuhkan diri. Ketika menjatuhkan diri kita percaya bahwa teman kita akan menangkap kita. Tentu, terlebih dahulu yang harus kita lakukan adalah percaya kepada diri sendiri, dan percaya kepada teman, kita yakin dan berketetapan hati bahwa mereka akan sanggup menopang dan menangkap kita, kita berserah dan bergantung penuh pada mereka. Artinya kita benar-benar tahu dan kenal orang-orang yang menangkap kita itu, bahwa mereka bisa dijadikan tempat untuk berlindung dan mereka tidak akan mencelakakan kita sehingga kita benar-benar percaya sanggup mempercayakan hidup kita! Allah menghendaki kepercayaan yang demikian kepada-Nya atas setiap kita. Ia mau kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, sehingga kita dapat berserah penuh pada karya, penjagaan dan pemeliharaan-Nya.

Dengan demikian, penting sekali bagi setiap kita untuk terus belajar mengenal-Nya sebab tidak mungkin kita dapat percaya sungguh-sungguh kepada orang yang tidak kita kenal karena tidak memiliki relasi dengan-Nya. Oleh sebab itu, Allah terlebih dahulu memperkenalkan diri kepada setiap kita melalui Sang Firman, Tuhan Yesus Kristus sendiri, sehingga kita dapat mengenal Allah dengan benar, dan sungguh-sungguh percaya kepada-Nya. Kiranya kita terus mendorong diri kita dan orang-orang terdekat kita untuk menjalin relasi dengan Allah, untuk terus belajar firman-Nya, dan untuk semakin dekat dengan-Nya sehingga setiap kita boleh melihat kemuliaan Tuhan. Selamat memasuki Minggu Pra Paskah kelima. Kiranya spirit pengorbanan-Nya, memberikan kita kekuatan bahkan sukacita untuk sungguh-sungguh percaya pada-Nya dan memampukan kita untuk mempercayakan hidup, rencana kita, dan segalanya pada-Nya. Amin!

Ev. Malemmita