Artikel Janganlah Biarkan Hatimu Mengeras
2 Korintus 10:3-5; Ibrani 4:12
Kekerasan hati adalah penyakit yang sangat mematikan. Benih firman Tuhan yang jatuh pada kondisi hati yang keras sama saja dengan Benih yang jatuh di pinggir jalan. Padahal benih firman Tuhan untuk mendatangkan kehidupan, sebaliknya justru dimakan oleh burung sampai habis (Mat 13:4). Kekerasan hati mematikan jiwa. Firman yang didengar akan tergeletak disitu karena hati sudah tidak responsif.
Hati yang tidak responsif ini terjadi karena hati yang murni seperti anak kecil secara perlahan mengeras. Mengeras ketika mengejar keinginan, mengeras ketika menolak teguran Tuhan, mengeras ketika enggan berdoa dengan benar, mengeras ketika memelihara pikiran dengan kebodohan dan dusta. Pikiran yang salah dan hati yang keras adalah benteng dan kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia, seperti halnya hidup Kain dan Esau.
Setiap kita dilahirkan dengan hati yang murni yang berjuang ditengah dunia yang gelap. Kita berjuang memerangi keangkuhan diri dan ego, yaitu bagian dalam diri kita yang menentang pengenalan akan Allah (2 Kor 10:5). Bagian yang kita biarkan terus bertumbuh dalam diri kita seperti kemarahan, kepahitan, identitas palsu, insecure, tidak berkecukupan, ikatan dosa, kenyamanan yang sia-sia dan sebagainya. Bagian yang kita bangun ini menjadi benteng-benteng dan kubu yang kokoh yang membuat hati kita perlahan mengeras.
Untuk itu, Paulus mengingatkan kita bahwa kita perlu membawa senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng (2 Kor 10:5a). Benteng dan kubu dalam hati kita harus diruntuhkan. Selidiki mengapa saudara marah, ceritakan kepahitanmu, temukan identitasmu di dalam Kristus, secure in God, belajar bersyukur, hentikan perbuatan dosa dengan mengandalkan Tuhan, carilah makna hidup. Paulus mengajar kita untuk menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2 Kor 10:5b). Kita tidak membiarkan pikiran dan perasaan mengendalikan kita.
Saudara, janganlah biarkan hatimu mengeras. Berbaliklah kepada Tuhan, mintalah senjata dari-Nya. Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk sangat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup menilai pikiran dan niat hati kita (Ibr 4:12). Jagalah hati dan pikiran kita agar tetap berespon kepada firman hidup.
Ps. Wennie Dong