Artikel GEMBALA YANG BAIK
Mazmur 23: 1-6
Tema yang menjadi renungan kita pada minggu Trinitas ini adalah “Gembala yang Baik”. Bacaan dari Mazmur 23: 1-6 yang kita nyanyikan tadi dengan jelas memperlihatkan bahwa Tuhan adalah gembala yang baik. Dari literatur-literatur yang saya teliti, banyak penulis yang mengatakan bahwa Mazmur ini merupakan salah satu bagian atau ayat Alkitab favorit orang-orang Kristen, dan rasanya ini benar ya, karena sebagian dari kita tentu tidak asing dengan Mazmur ini. Artur Weiser mengatakan bahwa Mazmur 23 memang merupakan nyanyian agung yang begitu indah, yang memberikan perfect peace of mind bagi manusia. Sehingga terdapat begitu banyak nyanyian tentang Mazmur 23 dengan berbagai versi dan arransemen. Saya sendiri juga kepincut Mazmur 23 ini, tidak tahu kenapa. Oleh karena itu Alkitab pertama sekali yang saya miliki pada tahun 2005 lalu yakni ketika saya dibaptis juga bertuliskan dan bergambarkan Tuhan Yesus gembala yang baik.
Singkatnya, Mazmur 23 ini memang sangat terkenal, sehingga ketika kita mendengar kata gembala pun, seumumnya di dalam bayangan kita secara otomatis juga muncul gambaran gembala yang digambarkan oleh pemazmur ini. Tetapi tahukah saudara, jika ada gembala yang baik tentu juga ada gembala yang tidak baik bukan? Yehezkiel 34:2 mengatakan bahwa ada gembala yang tidak baik yakni gembala yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Tuhan Yesus juga pernah berbicara tentang gembala yang baik dan tidak baik ini. Di dalam Injil Yohanes 10: 11-12 Ia mengatakan bahwa Ia adalah gembala yang baik, Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari.
Dari Yehezkiel dan perkataan Tuhan Yesus tadi, kita menemukan dua jenis gembala yakni gembala yang baik yakni Tuhan sendiri dan juga gembala yang tidak baik alias gembala upahan. Menjadi seorang gembala memang bukanlah yang mudah. Ada memang orang yang dengan senang hati melakukannya karena ia suka, tetapi kebanyakan orang melakukannya karena tidak ada pilihan yang lain. Menjadi gembala penuh dengan resiko karena gembalaan rentan terhadap maling dan juga ancaman dari hewan buas yang kapan saja siap menerkam jika sang gembala itu lengah. Apalagi kalau menggembalakan di dalam liar. Oleh karena resiko yang demikian, seringkali seorang gembala upahan tidak dapat diandalkan, karena biasanya mereka hanya bekerja untuk uang, sehingga mereka hanya sekedar menjaga saja kawananan gembalaan itu, tanpa hati dan kesungguhan di dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Jika ada masalah bisa saja mereka lari begitu saja dan meninggalkan gembalaannya tercerai-berai.
Di dalam pengalaman saya hal itu sering terjadi, bahkan tidak hanya itu, seringkali seorang gembala upahan korupsi waktu. Keluarga kami adalah keluarga gembala, saya terbiasa menggembalakan gembalaan (Lembu & Kerbau) semasa SD ke alam liar. Dan biasa, jika kami berhalangan untuk menggembalakan, kami akan mencari gembala upahan, dan seringkali kami kecewa dengan hasilnya, karena ia mengeluarkan gembalaan dari kandangnya agak siang dan pulang ke kandang sebelum sore, ia juga membawa kawanan gembalaan ke tempat terdekat karena malas, alhasil kawanan gembala pun kurang makanan. Itulah gembala yang tidak baik, boro-boro berkorban, ia hanya memikirkan dirinya sendiri.
Tentu tidak demikian dengan gembala yang baik. Tuhan Yesus berkata gembala yang baik bahkan rela berkorban. Nyawa saja diberikan apalagi resiko yang lain, pasti akan ditanggung demi gembalaan! Gembala yang baik akan melalukan segala cara meskipun penuh resiko agar kawanan gembalaannya itu tetap aman dan nyaman, terjaga, tercukupi kebutuhannya di dalam damai sejahtera dan sukacita. Itulah pengorbanan seorang gembala yang baik untuk gembalaannya. Di dalam bacaan kita hari ini diperlihatkan bagaimana gembala yang baik menggembalakan gembalaan-Nya berdasarkan kesaksian gembalan itu sendiri, yakni Daud.
Namun, sebelum kita melihat apa itu gembala yang baik kita perlu terlebih dahulu melihat sebuah “kejanggalan” di dalam Mazmur ini, di mana karena kejanggalan ini juga yang menyebabkan banyak penafsir yang tidak setuju untuk memberikan judul “Tuhan gembala yang baik” terhadap Mazmur 23 ini. Kejanggalan tersebut terdapat pada ayat 5 di mana dikatakan “Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah”. Hans Joachim Kraus mengatakan bahwa ayat 5 tidak berbicara tentang hubungan antara gembala dan domba. Kraus menyampaikan beberapa alasan: gembala tidak menyediakan hidangan, melainkan membawa domba ke padang rumput yang hijau. Domba juga tidak diminyaki kepalanya oleh gembala, dan domba juga tidak meminum dari piala, melainkan dari sungai/mata air. Ini merupakan bentuk pembacaan firman Tuhan secara kritis, dan ini tentu sangat baik di dalam pertumbuhan iman. Tujuannya tentu saja bukan untuk memenuhi isi kepala kita dengan segala informasi, tetapi agar kita semakin mengenal Allah dengan benar. Dengan membaca secara kritis kita akan dapat bertumbuh secara terbuka, sehingga kita dapat membedakan manakah ajaran yang sehat, membangun ataupun yang tidak.
Apa yang dikatakan Kraus memang tampak benar dan beralasan. Namun, jika kita perhatikan Mazmur 23 secara keseluruhan tidaklah seperti itu. Karena pesan yang disampaikan oleh ayat 1 dan 5 adalah sama, Daud menyampaikan pesan yang sama dengan lirik yang berbeda, yang berasal dari pengalamannya sebagai seorang gembala maupun sebagai seorang raja yang diurapi yang memiliki banyak musuh. Namun, walau dalam keadaan carut marut; dulu dia sebagai gembala yang penuh dengan resiko, dan juga ketika dia sebagai raja yang memiliki banyak musuh dan lawan, pemeliharaan TUHAN nyata atasnya, ia tidak kekurangan, bahkan piala (cangkirnya) melimpah ruah. Ini karena TUHAN adalah gembalanya. Kata gembala di sini berasal dari bahasa Ibrani Roi (akar kata Raahοƒ latin (Pastur atau Pastor); menggembalakan, menjaga, melindungi (pasca Yesus, PB mensinonimkannya dengan presbiter ataupun episkopos/penatua jemaat). Jadi di Mazmur 23, melalui ayat 1 dan 5 terlihat sense of art yang tinggi dari Daud. Dengan sengaja Daud untuk mengulang dua maksud yang sama dengan lirik yang berbeda untuk menegaskan tentang pemeliharaan TUHAN sebagai gembala yang menjaga dan melindungi hamba/umat-Nya di dalam segala situasi.
Di dalam Mazmur 23: 2-3 Pemazmur menyinggung tentang padang rumput hijau dan air yang tenang yang akan memberi kesegaran padanya. Namun, sebagai pembaca zaman sekarang maka kita harus sadari bahwa konteks padang rumput dan tempat yang berair tenang tidak dapat kita bayangkan seperti di Indonesia pada umumnya yang dengan gampang mencari tempat yang seperti itu. Pada masa Pemazmur bukan hal yang mudah untuk mencari tempat seperti itu karena tanah Israel dan sekitarnya penuh dengan bebatuan. Namun, bagaimana pun sulitnya medan penggembalaan, seorang gembala yang baik akan terus mengusahakan rumput hijau dan air yang tenang, untuk menyegarkan setiap jiwa kawanan gembalaan-Nya sebagaimana yang dikatakan Mazmur 23: 3 “Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya”. Gembala yang baik benar-benar peduli dan memerhatikan gembalaan-Nya. Ia tidak hanya memerhatikan apa yang terbaik bagi kawanan gembalaan-Nya itu, tetapi Ia juga menuntun mereka di jalan yang benar, sehingga mereka tidak tersesat.
Melalui Mazmur 23: 1-3 diperlihatkan kepada kita pengalaman Pemazmur akan kebaikan Tuhan sebagai gembalanya di tengah situasi kehidupan yang ia alami dan akan ia alami sebagai seorang gembala. Apa yang mungkin dialami seorang gembala? Marie Claire Barth dan Pareira mengatakan bahwa seorang gembala bersama kawanan gembalaannya ada kalanya melewati lembah kekelaman, jurang yang lekak-lekuk, tempat yang jarang dilintasi orang, sehingga sangat berbahaya, yang bisa dengan mudah mereka akan tersesat, jatuh, mati ataupun menjadi mangsa binatang buas. Namun, sekalipun akan mengalami rintangan yang demikian, mereka tidak takut, sebab Sang Gembala bersama-sama dengan mereka, gada-Nya dan tongkat-Nya akan menghibur mereka, akan mengarahkan mereka kembali kepada jalur yang benar. Hal ini ditegaskan si Pemazmur pada ayat 4 dengan berkata “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Di dalam kehidupan ini tanpa kita sadari kita sering mencari jalan sendiri, kita merasa bahwa jalan yang kita lalui sudah baik dan benar, padahal sebenarnya tidak. Amsal 16:25 mengatakan Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut. Oleh karena itu kita perlu sadari serta senantiasa mengingatkan pada diri kita sendiri setiap saat bahwa berjalan dengan benar di jalan yang benar hanya dapat terjadi kepada kita ketika kita bersama-Nya, bersama Sang Gembala yang baik itu. Ia maha tahu karna Ia adalah jalan kebenaran dan hidup, sehingga ketika kita salah jalan ia akan tarik kembali dengan gada dan tongkat-Nya, sakit? Ya pasti sakit karna di tarik, dan terkadang dipukul, untuk dapat kembali ke jalan yang benar. Tetapi itu untuk kebaikan kita, itulah gembala yang baik, mengarahkan dan menuntun kita kepada jalan yang yang benar. Kebaikan-Nya melampaui kebaikan yang dapat kita pahami dengan keterbatasan kita. Ia baik bukan untuk membuat kita enak, aman dan nyaman, tetapi agar kita tetap berjalan dengan benar di jalan yang benar. Sebab banyak orang berjalan dengan cara benar tetapi bukan di jalan yang benar, ataupun berjalan di jalan yang benar tetapi tidak dengan cara yang benar. Namun, di dalam Dia dan bersama-Nya saja kita dapat berjalan dengan benar di jalan yang benar, jalan kekekalan, jalan dari kehidupan ini menuju kehidupan di dalam kebahagiaan yang kekal nantinya.
Sebagai orang percaya, seperti juga Daud, kita adalah kawanan gembalaan-Nya, yang di dalam menjalani hidup rawan dengan berbagai ancaman, baik itu perjalanan yang terjal, lembah kekelaman, maupun serangan hewan buas, si Iblis maupun hawa nafsu keinginan kita. Oleh karena itu kita mesti senantiasa tinggal di dekat-Nya, Sang Gembala itu, hidup di dalam-Nya. Gembala yamg baik akan melakukan penjagaan yang baik, kita akan diurapi, kita dijagai dengan benar dan baik. Ia menjamin kita, sehingga kita tidak perlu kuatir, sekalipun banyak lawan yakni keinginan-keinginan, hawa nafsu, atau hal-hal yang lain yang ada di luar kita yang siap untuk menerkam kita sehingga kita jauh dari-Nya, jauh dari kumpulan kawanan kita, komunitas kita. Namun, sang gembala akan menjamin kita, bahkan menyediakan hidangan bagi kita, Ia akan tetap memelihara, menjagai kita agar tetap berjalan dengan benar di jalan yang benar menuju tempat yang benar, sampai kita suatu saat akan sampai di tempat itu dan diam di sana sepanjang segala masa, menikmati kebahagiaan dengan-Nya sebagaimana kesaksian Daud di dalam ayat 5-6 “ Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Gembala yang baik memberikan hal terbaik bagi kita, tidak hanya di dalam kehidupan ini, tetapi ia juga di kehidupan yang akan datang ketika suatu saat nanti kita pulang. Daud telah membuktikan bagaimana gembala yang baik itu memimpin kehidupannya bahwa ia tidak kekurangan suatu apa pun, Sang Gembala memelihara hidupnya, menuntunnya berjalan dengan benar di jalan yang benar walaupun penuh tantangan dan bahaya. Sang Gembala sangat peduli dan perhatian, bahkan rela mengambil resiko dan berkorban untuk gembalaan-Nya, untuk setiap kita. Jika Gembala yang demikian beserta kita, menjamin hidup kita sebagai orang percaya apalagi yang saudara takutkan dan khawatirkan di dalam perjalanan kehidupan ini?
Ingatlah setiap saat bahwa Tuhan adalah gembala yang baik yang tidak pernah meninggalkan kita sedetikpun. Jadilah gembalaan atau domba yang baik! datanglah pada-Nya, dengarkanlah senantiasa suara-Nya melalui firman-Nya. Periksalah diri senantiasa apakah kita sudah berjalan dengan benar dan di jalan yang benar atau tidak? dan ingatlah bahwa banyak hal yang terjadi, yang kita alami, di mana Dia harus menarik kita dengan gada-Nya bahkan memukul kita agar kita tidak jatuh terperosok ke jalan kebinasaan. Lembutkanlah hati kita dan berkatalah di dalam diri “Engkau adalah gembala yang baik, pimpin dan tuntunlah aku di jalan kekekalan-Mu”. Amin.
Ev. Malemmita P