Search

Artikel EVERLASTING LIFE

Yoh 10:22-30

Apa jadinya ketika manusia diberikan hidup yang kekal? Apakah kehidupan di dalam dunia akan menjadi lebih baik? saya agak meragukannya. Manusia ketika diberikan umur yang terbatas saja, masih banyak kekacauan dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia, apalagi jika diberikan waktu yang tidak terbatas. Mungkin perkelahian atau perang terus menerus terjadi, kejahatan terus berlangsung, manusia akan semakin egois mencari apa yang menjadi keinginannya sendiri, dll. Memang ada juga sih kebaikan yang terus dilakukan manusia, tapi jika dibandingkan dengan kejahatan yang dilakukan manusia pasti kalah jauh. Itu tidak aneh, karena manusia sudah terjerat dalam dosa sehingga keinginan hatinya dipenuhi dosa.

Seandainya kita diberikan tambahan usia 100 atau 200 tahun lagi, kira-kira apa yang akan saudara lakukan? Keliling dunia, pergi tempat-tempat terkenal yang ingin dikunjungi, memakan makanan yang belum pernah kita nikmati, atau  menikmati kebersamaan dengan anak, cucu, buyut kita, atau apa?  biasanya kita akan berusaha mengejar mimpi-mimpi dan keinginan-keinginan kita di dalam dunia. Pemikiran seperti ini sangat wajar dan juga manusiawi. Namun jika kita membatasi pemikiran kita seperti ini maka akan sulit untuk mengerti pemikiran Tuhan.

Coba kita masukan pemikiran manusiawi kita terhadap konsep kehidupan yang kekal. Mungkin kita akan membayangkan bahwa nanti nih dalam hidup yang kekal kita bisa  makan enak sepuasnya, bisa keliling dunia melihat keindahannya, bisa ini dan bisa itu sesuai dengan keinginan kita. Coba perhatikan, yang diutamakan jadinya adalah keinginan kita, jadinya kita rajanya. Apakah yang sebenarnya Tuhan inginkan?  untuk apakah Yesus membangkitkan orang-orang percaya untuk hidup selamanya bersama Dia? apakah untuk memuaskan keinginan manusia? Tentu saja bukan. Tentu saja dalam kekekalan bersama dengan Tuhan, yang tetap menjadi Rajanya, ya tentu saja Tuhan. Saya sendiri tidak tahu nanti di kehidupan kekal seperti apa, namun yang saya percaya ketika dalam hidup yang kekal bersama Yesus maka semuanya akan baik-baik saja dan akan membahagiakan.  Tanpa memuaskan keinginan daging kita, tetap akan membahagiakan dan menyenangkan. Dengan mengerjakan kehendak Tuhan pun juga pasti menyenangkan dan membahagiakan jauh diatas apa yang menjadi keinginan manusia.  Jadi rasanya cukup aneh jika kita hidup dalam kekekalan di surga namun mengerjakan sesuatu untuk kepuasan hawa nafsu manusia, rasanya tidak mungkin.

Mari kita perhatikan bacaan kita di Yoh 10:22-30.

Hari raya penahbisan Bait Allah (Hanukkah) adalah hari raya dimana terjadi penyucian kembali Bait Allah pada masa Yudas Makabe (165SM). Pada jaman itu, ia merebut kembali dari tangan raja Siria (Antiokhus Epifanes) yang menajiskan bait Allah dengan menjadikannya sebagai mezbah tempat pemujaan pada Dewa Zeus.  Nah, pada perayaan ini lah orang Yahudi bertanya kepada Yesus apakah Dia adalah Mesias. (Yoh 10:24). Apa hubungannya antara hari raya penahbisan dengan pertanyaan orang Yahudi? Jelas ada, jika memang Yesus menyatakan diriNya adalah Mesias maka mereka akan meminta buktinya. Bagi mereka, Mesias itu minimal seperti apa yang dilakukan oleh Yudas Makabe, yaitu merebut kembali Bait Allah dan kekuasaan bangsa Israel dari tangan penjajah. Padahal konsep mesias mereka berbeda dengan mesias yang dimaksudkan oleh Yesus.

  • Konsep Mesias  orang Yahudi : Menjadi Raja bangsa Israel, membebaskan mereka dari penjajahan dan berkuasa atas segala bangsa.
  • Konsep Mesias Yesus : Menjadi raja atas kehidupan setiap orang percaya, membebaskan mereka dari dosa dan maut, memperoleh hidup yang kekal bersama dengan Allah.

Hal inilah yang membuat orang Yahudi bimbang dalam hatinya. Di satu sisi mereka telah melihat pekerjaan yang dilakukan Yesus dan dalam hati mereka sebenarnya mengakui bahwa Yesus adalah utusan Allah  dan Mesias itu sendiri. namun di sisi lain, mereka kurang terima dengan kemesiasan Yesus yang tidak sesuai dengan pemahaman atau keinginan mereka. Nah bukankah dalam kehidupan keseharian kita pun, kita suka berpikir seperti orang Yahudi. Kita menganggap Allah itu baik jika sesuai dengan keinginan kita. Allah itu baik jika apa yang kita ingin selalu dipenuhi oleh Allah, namun kemudian kita menjadi bimbang dengan Allah ketika apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita ingini. sebagai contoh: kita dengan mudah mengatakan bahwa Allah itu baik, ketika usaha kita lancar, ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, ketika lulus ujian yang sulit dan segala hal yang menurut kita baik. namun kita menjadi sulit mengatakan Tuhan itu baik ketika kita mendapatkan hal yang menurut kita kurang baik seperti usaha yang macet, sakit, kehilangan orang yang kita kasihi dan lain sebagainya yang menurut kita buruk. Saya teringat dengan seorang teman yang mengatakan bahwa Allah itu baik ketika dia liburan, cuacanya cerah dan bagus, namun mengomel ketika cuacanya buruk.

Perhatikan jawaban Yesus pada ayat 25, Yesus berkata pada mereka bahwa Ia telah mengatakannya kepada mereka tapi mereka tidak percaya. Memang Yesus tidak berkata secara terang-terangan bahwa Dia adalah Mesias, tapi dari apa yang Dia lakukan dan kerjakan, seharusnya mereka tahu bahwa Yesus adalah Mesias. Karena  Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam nama Bapa. Jadi seharusnya mereka paham bahwa Yesus adalah utusan Allah.

Mereka tidak paham karena mereka tidak mengenal Yesus, mereka tidak mendengarkan suara Yesus dan mereka tidak mengikut Yesus. apa yang menyebabkan mereka seperti itu? karena mereka tidak belajar membuka hati mereka kepada kedatangan Mesias yang sesungguhnya, fokus mereka hanya kepada Mesias yang mereka pikirkan dan mereka ingini. hal ini yang membuat mereka tidak mampu mengenali sang Mesias itu sendiri, padahal bukti keberadaannya sudah mereka lihat, hanya tidak sesuai dengan apa yang mereka ingini. Andai saja mereka belajar mengenal Yesus, mendengar suaraNya dan mengikuti Yesus maka mereka pasti akan memperoleh hidup yang kekal , tidak binasa sampai selama-lamanya dan tidak ada seorangpun yang mampu merebut mereka dari tangan Tuhan.

Nah seringkali ketika kita berpikir bahwa kita telah menjadi orang Kristen entah itu dibaptis atau disidi merasa bahwa kita adalah dombanya Yesus, kita akan menerima hidup yang kekal. Tunggu dulu, jangan kepedean. Perhatikan baik-baik ayat sebelum Yesus menyatakan akan memberikan hidup yang kekal kepada para dombaNya.

"Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku," (Yoh 10:27)

Apakah kita adalah domba-domba yang mendengarkan suara Tuhan dan juga mengikuti kehendak Tuhan? ketika menjadi domba-dombaNya Yesus, bukan berarti tidak bisa tersesat jalannya. Kadang ada kalanya ketika tidak fokus dengan gembalanya atau tertarik dengan hal lain membuatnya menjadi tersesat. Namun sang gembala yang baik akan memanggil domba-dombanya. Reaksi dombaNya adalah mendengarkan suara sang gembala dan mulai kembali mengikut Dia. tentu saj jika domba tersebut tidak mendengarkan suara gembalaNya atau memutuskan untuk tidak mengikut Dia, maka bisa semakin tersesat dan dimangsa hewan buas. Jadi sebagai domba harus selalu mendengar suara gembalanya dan mengikut Dia. Dan karena domba-domba ini mendengar suara Tuhan dan mengikut DIa, maka domba-domba ini akan diberikan hidup yang kekal dan tidak ada seorangpun yang mampu merebutnya.

Nah jadi ketika diberikan hidup yang kekal, para domba ini sudah terbiasa mendengarkan suara Gembalanya dan mengikuti dia. ini artinya ketika kita di dalam kehidupan yang kekal pun akan terus mendengar suara Tuhan dan mengikuti kehendakNya. untuk persiapan dalam menerima hidup yang kekal bersama dengan Tuhan, maka sejak kita menjadi dombanya dalam dunia ini, kita diajarkan untuk terus mendengarkan suara Tuhan dan mengikuti kehendakNya.nah yang menjadi masalah adalah apakah kita merupakan domba-dombaNya Tuhan Yesus? apakah Dia mengenal kita? seandainya kita memang domba-dombanya Tuhan Yesus maka akan terlihat dari respon kita terhadap suara Tuhan sebagai gembala kita. apakah kita mendengarkanNya dan mengikutiNya?

Jemaat terkasih, mari kita merespon setiap panggilan Tuhan dalam mengikutiNya. belajar terus untuk mendengar suaraNya melalui waktu teduh kita bersama Tuhan (Berdoa, membaca, dan merenungkan firman Allah) dan belajar untuk taat melakukan ajaran fiman Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus yang menuntun dan menolong kita. Amin.

Ps. Anthonius