Artikel Diundang Untuk Berbahagia

Matius 5:1-12

Imlek biasanya identik dengan sukacita, kebahagiaan, berkat. Jadi biasanya dalam menyambut imlek, ada harapan dan doa yang diucapkan agar mendapatkan kebahagiaan di tahun yang baru. Dalam amplop angpao atau tulisan di depan rumah, biasanya terdapat aksara 福fú yang artinya berkat/anugerah yang datang dari Tuhan/dewa. Dalam ucapan bahagia di Mat 5:1-12, kata berbahagialah dalam alkitab versi mandarin ataupun inggris atau bahasa yunaninya, artinya mengarah kepada berkat/anugerah. akar kata dari berkat dalam alkitab itu sendiri bisa berarti kebahagiaan yang sejati. Jadi kalau mau sederhananya kebahagiaan sejati itu merupakan berkat dari Allah.

Siapa yang tidak mau bahagia? Bukankah itu yang manusia harapkan. Tuhan Yesus pun tahu bahwa dalam menjalani kehidupan, banyak orang merasa tidak bahagia. Maka tidak aneh, jika orang-orang mencari kebahagiaan dengan berbagai cara, yang mereka pikir bisa membuat mereka bahagia. Akan tetapi pada kenyataannya justru malah jadi semakin tidak bahagia. Mengapa? karena kebahagiaan yang dicari tidak bisa membuat mereka mendapatkan bahagia yang sesungguhnya. Contoh: Pernahkah saudara melihat seseorang yang merasa bahwa kebahagiaan mereka dapat terpenuhi jika sudah memiliki sesuatu yang mereka inginkan, seperti rumah, atau mobil dambaan, emas, memiliki pasangan dan menikah? Tapi ketika mereka mendapatkannya tidak juga membuat bahagia. Senang mungkin tapi dalam beberapa waktu saja, sedangkan kebahagiaan sejati tidak mereka dapatkan. Karena kebahagiaan sejati itu datangnya dari Tuhan.

Mari kita coba membayangkan, apa yang Tuhan Yesus rasakan ketika melihat orang banyak. Mereka adalah orang-orang yang mencari kebahagiaan karena hidup mereka tertekan, hidup mereka tidak bahagia. Ketika mereka mengikuti Yesus, mereka berpikir bahwa aku bisa mendapatkan kebahagiaan, aku bisa mendapatkan berkat, yah minimal kecipratan berkat lah, kan Yesus hebat. Yang mereka kejar adalah kebahagiaan menurut pemikiran mereka. Enak sekali ikut Yesus, bisa lihat tontonan spektakuler dengan mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus, bisa dapat makanan gratis, kalau sakitpun bisa langsung diobati. Bagaimana perasaan Yesus ketika tahu apa yang orang banyak pikirkan? sedih, karena mereka hanya mengejar kepuasan mereka sendiri bukan kebahagiaan sejati.

Yesus hendak mengajarkan kepada orang banyak bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan harus melihat dengan cara pandangnya Tuhan. Tuhan yang paling tahu apa yang dapat membuat kebahagiaan sejati bagi manusia, wajar saja bukan? Karena yang menciptakan manusia adalah Tuhan, sehingga Dia mengerti apa yang diperlukan dan dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Pertama, mari kita lihat cara pandang Tuhan tentang manusia. Manusia harus sadar dengan dirinya di hadapan Tuhan. Manusia adalah makhluk ciptaan yang sebenarnya tidak berdaya jika hidupnya tidak dipimpin oleh Tuhan. Manusia tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Apalagi ketika manusia sudah terbelenggu oleh dosa maka pada akhir hidupnya manusia akan menuju ke arah kebinasaan. Tentu saja jika itu terjadi tidak ada kebahagiaan bukan? Oleh karena itu Yesus mengundang orang-orang untuk datang kepada Allah dan menggantungkan kehidupan sepenuhnya kepada Allah. Karena dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah maka manusia akan mendapatkan keselamatan yang nantinya akan membuat mereka mendapatkan kebahagiaan yang sejati.

Kedua, apakah yang harus manusia lakukan menurut cara pandangNya Tuhan? Setelah sadar dirinya siapa dirinya, maka untuk mendapatkan kebahagiaannya dia harus mengetahui apa yang harus dilakukannya. Tentu saja apa yang dilakukannya ini harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan berdasarkan pemikiran sendiri. Makanya kan dikatakan "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri" (Ams 3:5)

Mari kita lihat apa yang Yesus katakan:

1. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.  (Mat 5:3)

Pertanyaan kritis dari ayat ini adalah memangnya ada orang yang kaya di hadapan Allah? kan tidak ada. Yang membedakan adalah ada orang sadar dan ada yang tidak, bahwa kita ini adalah orang yang miskin di hadapan Tuhan. Tanpa Allah kita ini tidak bisa apa-apa. Diberi nafas kehidupan saja juga bukan hasil usaha kita kan. Pas waktu covid saja pakai masker saja kita sudah sesak nafas. Di hadapan Tuhan itu kita benar-benar miskin lho, tidak ada yang benar-benar kita miliki, semuanya pemberian Tuhan dan Tuhan bisa ambil kapan saja Dia mau. Bukan itu saja, tanpa Tuhan kita bisa apa? yang ada manusia tanpa Tuhan akan terus melakukan kejahatan dan dosa terus sehingga membawa kepada kebinasaan.

Pernah ketemu orang yang miskin tapi songong (belagu/sombong) tidak merasa diri miskin. Bagaimana sikap mereka? Menyebalkan bukan, nah yang seperti ini bagaimana Tuhan mau bantu, lha dia saja merasa tidak butuh Tuhan. Jangan-jangan kita di hadapan Tuhan juga demikian. Kita merasa tanpa Tuhan, hidup saya fine-fine (baik-baik) saja. ya kita berdosa sih, tapi ga berdosa-dosa amat, kita butuh Tuhan sih, tapi ya ga butuh-butuh amat. Coba perhatikan ketika kita mengambil sebuah keputusan atau tindakan apakah kita menanyakan pada Tuhan terlebih dahulu?

Jadi kalau mau mendapatkan kebahagiaan, sadarilah bahwa diri kita adalah miskin di hadapan Tuhan dan belajar bagaimana menjadi orang miskin yang hidupnya selalu merasa tergantung sama Tuhan dan benar-benar tidak mau dan tidak bisa hidup tanpa Tuhan. Percayalah Tuhan pasti akan menolong kita tepat pada waktuNya dan tahu apa yang terbaik untuk kita.  Yang Tuhan Yesus katakan tentang berbahagialah, bukan semoga berbahagia tapi pasti mendapatkan kebahagiaan jika menuruti perkataan Tuhan Yesus.

2. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. (Mat 5:4)

Sadarkah kita bahwa kita adalah orang yang berdukacita. Dalam hal ini Tuhan Yesus bukan menunjuk kepada dukacita karena kehilangan, tetapi dukacita karena penyesalan.  Penyesalan karena sudah tahu bahwa dirinya miskin di hadapan Tuhan, berbuat dosa dan melakukan hal-hal yang tidak berkenan bagi Allah. Kesadaran sebagai manusia berdosa dan butuh pengampunan dari Allah yang akan mengarahkan mereka kepada hidup dalam pertobatan.

Mengapa orang-orang yang sadar akan hal tersebut akan mendapat penghiburan dari Tuhan? Karena Tuhan mengampuni orang yang sungguh-sungguh memohon ampun akan segala dosa dan pelanggarannya dan Tuhan akan menghiburkan orang tersebut, sehingga orang-orang tersebut dipulihkan dan mendapatkan keselamatan.

3. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. (Mat 5:5)

Ketika orang sadar bahwa dirinya butuh Tuhan maka ia akan mulai dengan rendah hati memohon pertolongan Tuhan dan belajar bagaimana memaknai hidupnya sesuai dengan arahan dari Tuhan. Seorang yang lemah lembut akan menundukkan dirinya di hadapan Allah, kepada FirmanNya, dan kepada hajaranNya; mengikuti petunjukNya, mengikuti rancanganNya dan bersikap lemah lembut terhadap sesama.

Dia bukan orang yang lemah dan berkompromi dengan kejahatan; melainkan ia akan menegakkan kebenaran dengan sikap hormat dan lemah lembut terhadap orang lain. Dia akan berbahagia karena akan mampu menghadapi apapun dalam hidupnya, karena apa yang dia lakukan berdasarkan pimpinan dari Tuhan. Tuhan akan mampukan dan kuatkan dia dalam menjalani semuanya. Perhatikan Stevanus dan murid-murid Yesus yang lain ketika menghadapi aniaya sekalipun mereka tetap bisa kuat bahkan mendoakan keselamatan orang yang menganiaya mereka. luar biasa kan?

4. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. (Mat 5:6)

Demikian juga ketika kita sadar bahwa kita ini benar-benar butuh pengarahan dari Tuhan untuk hidup kita, maka kita akan memiliki sikap lapar dan haus akan kebenaran dan Tuhan akan puaskan.Contoh sederhana : dalam mendengarkan khotbah, atau membaca firman Tuhan, kalau sikap kita tidak merasa benar-benar butuh petunjuk Tuhan, apakah seperti itu sikap yang haus dan lapar terhadap petunjuk Tuhan? Coba kalau kita sadar, kita haus dan lapar, mencari dengan sungguh-sungguh, pasti Tuhan akan puaskan kita. Dia akan beri petunjuk apa yang harus kita lakukan, apa yang dapat memulihkan hidup kita, apa yang dapat menguatkan hidup kita ketika dalam menghadapi berbagai pergumulan dunia.

5. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. (Mat 5:7)

Ketika menyadari bahwa dirinya miskin di hadapan Tuhan dan semuanya yang dimiliki sebenarnya titipan dari Tuhan, maka seharusnya tidak sulit baginya untuk berbagi dengan orang lain. Nah bayangkan jika orang tersebut murah hati, bukankah Allah akan mempercayakan dia lebih banyak. Ini bukan berarti bersifat fisik saja, tapi bisa juga dalam bentuk sukacita, kedamaian, kasih yang meliputi diri kita. Bukankah ini juga merupakan hal yang membahagiakan?

Misalnya: saat kita menolong orang, bukankah ada rasa bahagia yang kita rasakan? ada sukacita yang mengalir dalam hati kita. Kemurahan hati ini adalah lebih dari sekedar perasaan, ini adalah prinsip yang berlaku.  kemurahan hati tidak hanya menggerakkan hati, tetapi menggerakkan tangan untuk memberikan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan. Orang yang demikian akan memperoleh kemurahan dari Allah dan merasakan kepuasan di dalam hatinya.

 

6. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Mat 5:8)

Orang yang sadar akan dirinya, akan berusaha untuk menjaga kesucian mereka. Ketika orang dapat menjaga dirinya, maka akan membuat dia semakin peka dengan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Peka dengan Allah adalah sebuah kebahagiaan, bagaimana hati Allah yang mengasihi kita, bagaimana Allah ingin memberikan kehidupan yang bermakna bagi kita, dsb.

Kesucian hati bukanlah kehidupan yang tanpa dosa. Hal ini terlihat jelas dari kehidupan orang-orang yang dipakai Allah. Nuh pernah mabuk, Abraham berbohong dengan sengaja, Musa tidak taat, Ayub mengutuki hari kelahirannya, Elia melarikan diri dari ancaman Izebel, Petrus menyangkal Yesus, dll.

Oleh karena itu, orang yang suci hatinya bukanlah orang yang hidup tanpa dosa karena sebagai orang yang masih hidup di dalam darah dan daging, ia masih bisa berdosa. Orang yang mempunyai kesucian hati adalah orang yang menjadi sadar akan dan dibebani dengan kenajisan yang masih tinggal di dalam dirinya. Kesadaran itu akan membuatnya berjaga-jaga terhadap dosa dan perasaan dibebani itu akan membuatnya mengejar kekudusan hidup.

7. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Mat 5:9)

Orang yang sadar dengan dirinya dan tahu apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam dunia ini, maka ia akan menjadi orang yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Bagaimana membuat dunia ini menjadi lebih baik seperti yang dikehendaki Allah. pola pikir atau cara pandangnya sudah seperti anak-anak Allah.

Dia akan berpikir bahwa sebagai anak-anak Allah harus menjadi serupa dengan Dia, yaitu sebagai pembawa damai dalam dunia ini.  jadi kehadiran kita dapat dirasakan oleh orang lain sebagai pembawa damai bukan menjadi sumber pertengkaran.  Bukankah sangat membahagiakan jika kehidupan kita dapat mencerminkan kedamaian Allah?

8. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. (Mat 5:10)

Jika kita sadar bahwa kita berada di jalanNya Tuhan, maka iblis tidak akan tinggal diam, dia akan berusaha untuk melakukan segala cara agar kita terlepas dari Tuhan. jadi jangan aneh jika kita mendapatkan penganiayaan. Karena sebenarnya disitulah ujian sesungguhnya, apakah kita tetap setia dan bergantung sepenuhnya pada Tuhan atau tidak? Sebenarnya kita tidak perlu takut karena jika kita berjalan dalam kehendak Allah maka keselamatan jadi upah kita di sorga. Ingat apa yang ada di dalam dunia ini fana semuanya, dan kita ini bukan siapa-siapa jika tanpa Tuhan.

Bukankah ini juga merupakan suatu kebahagiaan jika kita boleh menunjukkan iman dan kesetiaan kita di hadapan Tuhan, sehingga nama Tuhan dipermuliakan? Maka pada ayat 11 dan 12 ini diingatkan kembali untuk bersukacita dan bergembira karena upah kita besar di sorga.

Jadi secara ringkas bagaimana agar kita mendapatkan kebahagiaan yang sejati, atau kehidupan yang diberkati Tuhan? Sederhana, belajarlah untuk melihat cara pandang Tuhan terhadap kita, siapakah diri kita sebenarnya. Sadarilah kita tanpa Tuhan = nothing.  Sadarilah bahwa kita butuh Tuhan dalam menjalani kehidupan kita, oleh karena itu mintalah petunjuknya dengan rendah hati, dengan sungguh-sungguh dan lakukanlah setiap perkataanNya dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka Allah sang sumber kebahagiaan itu akan memberikan kita kebahagiaan sejati.


Ps Anthonius Widjaja