Search

Artikel Diperhitungkan Kepadanya Sebagai Kebenaran

Roma 4:19-25

生老病死 (Shēng lǎo bìng sǐ) dikenal sebagai 4 kenyataan yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia. Kelahiran, penuaan, sakit penyakit dan kematian memberi kesan yang menyedihkan. Karena bermula dari hidup dan kemudian berakhir dengan kematian. Ketika imlek, kata 死 sǐ atau mati adalah pantangan besar bagi orang Tionghua. Meski kata ini kita gunakan sepanjang tahun, tetapi adalah kata yang sangat tidak beruntung ketika disebut pada masa imlek. Apakah benar kematian itu sesuatu yang perlu kita takutkan?

Roma 4:19
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia menyadari (κατανοέω -katanoeó) bahwa tubuhnya sudah seperti mati, karena ia sudah berusia kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah mati.

Abraham menyadari bahwa tubuhnya sudah seperti mati. Kata menyadari ini bukan sekedar sadar tubuh melemah dan menua. Dalam bahasa Yunani, κατανοέω - katanoeó berarti memperhatikan dan memeriksa dengan saksama suatu keadaan. Dalam terjemahan bahasa inggris (NIV) diterjemahkan he faced the fact - ia menghadapi kenyataan.  Kenyataan bahwa dirinya sudah tua (100 tahun), tubuhnya sudah seperti mati dan rahim Sara telah mati.

Kenyataan kematian apa yang sedang saudara hadapi saat ini?
Nick Vujicic seorang yang tidak memiliki kaki dan tangan. Nick dengan tubuh yang sudah seperti mati ini adalah seorang yang suka bergurau. Dengan keterbatasan tubuhnya, ia bisa melakukan apa yang tidak bisa manusia normal lakukan. Suatu ketika di mobil, ia berpapasan dengan seorang anak kecil di mobil sebelahnya. Anak tersebut bertatap mata dengan Nick cukup lama. Kemudian Nick mulai 顽皮 wánpí - berulah. Ia membuka sabuk pengamannya dan memutar dirinya di tempat duduk. Karena anak tersebut hanya dapat melihat kepalanya, ia mengira kepala Nick bisa putar 360 derajat. Rahang anak tersebut pun jatuh dan matanya terbuka lebar.

Nick sering menggunakan tubuhnya yang seperti mati ini untuk bercanda dan membawakan sukacita kepada orang sekitar. Bukan demi stand up comedy, melainkan gurauan dia dijadikan untuk menjangkau orang lain. Orang-orang yang bertemu Nick pasti bermula dengan mengasihani kondisi tubuhnya. Namun, hidup Nick menceritakan kisah yang berbeda. Ia memiliki kisah yang menyedihkan. Tetapi perjumpaan dengan Tuhan mengubahnya keterbatasannya itu hidupnya sebagai mukjizat. Mukjizat bahwa bagaimana seorang yang tidak memiliki kaki dan tangan mampu menyentuh begitu banyak orang yang mendengar kisahnya bersama Tuhan. 

Nick menghadapi kenyataan tentang tubuhnya, tetapi imannya tidak menjadi lemah, seperti Abraham. Iman dapat diperkuat ketika kita menghadapi kenyataan kematian untuk BENAR-BENAR HIDUP (facing the fact of death to TRULY LIVE). Menghadapi kenyataan adalah hal yang wajib kita jalani.

Penuaan adalah sebuah kenyataan hidup yang harus dan wajib kita perhatikan dan hadapi. Penuaan memiliki kesan ‘seperti mati’ karena secara perlahan (atau kadang cepat) kita kehilangan bagian dari hidup kita. Mulai dari rambut rontok, rambut memutih karena produksi melamin menurun, keriput karena pergantian sel kulit melambat, menopause (rahim telah mati), otot mengecil, kepadatan tulang berkurang dan metabolisme tubuh menurun sehingga makan semakin sedikit. Apalagi kita menderita sakit, tubuh kita seperti lemari obat. Ada bagian tubuh yang tidak berfungsi, hilang memori (pikun) dan berbagai keterbatasan. Tubuh ini sudah seperti mati.

Ketika mendekati pensiun, mungkin mulai berpikir akan kehilangan karir yang dijalani selama puluhan tahun. Mungkin bertanya-tanya, “Siapakah saya tanpa pekerjaanku?”. Setelah pensiun, kehidupan kerja seperti mati.

Ketika mengalami kegagalan. Dalam hal mencari pekerjaan atau kehilangan pekerjaan kemudian merasa diri tidak berguna. Kegagalan dalam pernikahan dan merasa ada noda hitam yang mengikuti seumur hidup. Kegagalan dalam mendidik anak dan merasa perjuangan selama ini sia-sia. Kegagalan membuat kita merasa seperti mati.

Dalam menghadapi berbagai kenyataan ini, bagaimana kondisi iman kita?
Abraham dikenal sebagai bapa orang beriman. Namun bukankah dalam kesulitan Abraham lari ke Mesir dan ketika mengejar masa depan (keturunan), ia mengusahakan keturunan dengan perempuan Mesir?

Ada perbedaan besar antara orang yang beriman pada imannya dan beriman pada Tuhan. Orang yang beriman pada imannya sering berada pada dua titik ekstrim yaitu antara “saya tahu” (gua zai) atau “saya tidak tahu” (gua em zai).

Ketika berumur 75 tahun, Abraham pernah beriman pada imannya dan pergi ke Mesir, tetapi tidak berseru kepada Tuhan. Pikirnya “saya tahu” Tuhan menyertai, jadi pergilah ia. Dalam kebodohannya, ia mengalami kesulitan dan Tuhan intervensi untuk menyelamatkannya. Sebuah pelajaran bahwa ternyata dia tidak begitu tahu tentang jalan hidupnya.

Ketika berumur 86 tahun, Abraham pernah beriman pada imannya dan meniyakan saran Sarah untuk melahirkan anak dari Hagar (orang Mesir). Pikirnya mungkin “saya tidak tahu”, mungkin ini tanda dari Tuhan karena istriku yang menyarankan. Kemudian kesulitan yang “ia tidak tahu” menantinya, setiap harinya mendengar Sarah mengadu menderita karena Hagar. Kecerobohan ini membuat Abraham kemudian harus membuat keputusan berat, yaitu membiarkan Sarah menindas Hagar. Pelajaran lain, ternyata “saya tidak tahu” dan asal ikut hal kata orang juga  mendatangkan masalah.

Bagaimana Abraham yang demikian disebut bapa orang beriman?
Abraham pernah tidak berseru kepada Tuhan (shutting God’s voice).
Abraham pernah lebih mendengarkan suara manusia daripada Tuhan (allow human speak louder than God).

Abraham bukan tidak pernah gagal, tetapi kegagalannya itu menjadi pelajaran berharga dalam hidupnya. Abraham belajar siapa Tuhan yang berkuasa menebus kesalahannya di Mesir. Ia juga belajar belajar Tuhan tidak membatalkan perjanjian ketika Abraham ceroboh mengambil keputusan. Tuhan adalah setia.

Abraham BELAJAR untuk tidak mengandalkan “saya tahu” dan “saya tidak tahu” tetapi beriman kepada Tuhan, karena TUHAN LEBIH TAHU (HE KNOWS BETTER).

Roma 4:20-21
Namun, terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Itulah sebabnya hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Melalui semua pengalaman hidupnya, Abraham diperkuat dalam imannya dan berkeyakinan penuh bahwa Allah berkuasa melaksanakan janji-Nya. Iman yang bertumbuh inilah yang  diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

IMAN YANG BERTUMBUH menemukan KEHIDUPAN bahkan saat menghadapi jalan buntu
GROWING FAITH found LIFE even facing a dead end


Tuhan memperhatikan dan memperhitungkan iman kita. Apakah iman kita mundur atau bertumbuh. Iman yang mundur menuju kematian, sedangkan iman yang bertumbuh menemukan hidup meskipun kenyataan hidup mematikan.

Roma 4:23
Kata-kata “hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. tetapi ditulis juga untuk kita. Sebab, kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati,

Di dalam Yesus, yang mati dan bangkit mengalahkan kematian, setiap  kita dapat menjalani 生老病死 (Shēng lǎo bìng sǐ) dengan berbeda. Mengapa? Karena KENYATAAN di atas kenyataan adalah Tuhan berkuasa atas 生老病死 (shēng lǎo bìng sǐ). Kita merayakan kelahiran. Kita bisa menjalani penuaan yang mengandung hikmat. Bisa merasakan sakit penyakit tanpa kehilangan harapan. Bahkan terhadap kematian sekalipun kita tidak takut. Karena ada KENYATAAN di atas kenyataan  生老病死 (Shēng lǎo bìng sǐ), bahwa Tuhan menjanjikan HIDUP YANG KEKAL.

1 Yohanes 2:25
Inilah janji yang telah dijanjikannya sendiri kepada kita, yaitu hidup yang kekal.

Apakah HIDUP YANG KEKAL nyata bagimu?

Ada sebuah konten instagram - deafmotherhood, seorang mama yang  tuli dengan 4 anak. Saya membayangkan bagaimana hidupnya yang tidak dapat mendengarkan apa-apa. Suara suami dan tangisan anaknya, musik yang indah, kicauan burung dan sebagainya. Dengan telinga yang mati (tuli), ia memberitakan pekerjaan Tuhan dalam hidupnya di media sosial.

Dia pernah mengalami trauma dalam melahirkan salah satu dari 3 anak pertama dan sangat menderita. Menjelang kelahiran anak ke-4, ia dibangunkan karena kontraksi. Sebagai orang tuli, Ia mendengar suara Tuhan dengan lembut berkata, “Bersiaplah (get ready) dan bawalah sebuah handuk”. Ketika dalam mobil van menuju rumah sakit, ia merasakan sangat sakit. Tuhan berkata lagi, “Bersiaplah (get ready)”. Mama ini berpikir mungkin harus berbaring sedikit sampai tiba di rumah sakit untuk lahiran. Ia masih sangat takut dan Tuhan mengingatkanya,

Mazmur 91:1
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Maha Tinggi akan bermalam dalam naungan Yang Maha Kuasa.

Ia pun berkata, “bayinya sudah hampir keluar”. Suaminya berkata, “Tahan dulu, kita sudah hampir sampai rumah sakit”. Tidak lama kemudian, bayinya lahir dalam mobil van dalam perjalanan. Lalu mengertilah mereka mengapa Tuhan mengatakan untuk bawa handuk.

Melalui pengalaman ini, Ia menyimpulkan satu hal Terkadang Tuhan meminta Anda melakukan sesuatu yang tidak masuk akal, dan ketaatan lebih utama daripada rasa takut (Sometimes, God will asked you to do something that make no sense, and that obedience over fear). Dalam kematian pendengaran fisiknya, mama ini belajar mendengarkan suara Tuhan (tune in).

Suara demikian bersifat personal sesuai dengan kenyataan yang kita hadapi. Baik Abraham, Nick Vujicic dan mama yang tuli ini masing-masing memiliki kenyataan hidup yang harus di hadapi. Tune in to Jesus - Dengarkan suara Tuhan dalam kenyataan yang anda hadapi. Karena suara Tuhan  mengarahkan pandangan kita kepada Yesus Kristus, yang dibangkitkan untuk pembenaran kita.

Roma 4:25
Yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran-pelanggaran kita dan dibangkitkan untuk pembenaran kita.

Percayalah kepada Kristus pada masa tua kita. Tubuh kita bisa melemah dan semakin rapuh. Tetapi iman kita semakin kuat dan kokoh berakar di dalam Kristus. Kita menantikan kematian yang adalah HIDUP YANG KEKAL, hidup bersama Bapa. Bukankah sangat indah?

Semakin kita sakit, semakin kita menyadari kita lemah dan terbatas, semakin banyak alasan bagi kita untuk PERCAYA dan BERIMAN KEPADA TUHAN.

Percayalah kepada Kristus yang menebus kegagalan masa lalu yang menghantui kita. Kepada yang berbalik kepada-Nya, ia akan mendapatkan penerimaan penuh seperti Bapa yang menerima anak yang hilang. Dialah yang menanggalkan baju kotor kita yang lama dan mengenakan baju pesta kepada kita.

Kenyataan kematian yang dialami di dunia dapat menguntungkan ketika kita berjumpa dengan Kristus.
Yang sedang bergumul dengan penuaan,
Yang sedang bergumul dengan sakit penyakit,
Yang sedang bergumul dengan kegagalan,
Tuhan memperhatikan dan memperhitungkan imanmu. Biarlah imanmu terus bertumbuh dan diperhitungkan sebagai kebenaran oleh Tuhan Allah kita yang hidup.

Ps. Wennie Dong